25 Wanita Cerdas di Zaman Rasulullah Layak Diteladani (3/Tamat)
loading...
A
A
A
Banyak tokoh wanita cerdas dan hebat di zaman Rasulullah yang patut kita contoh. Kiprah mereka dikenang dalam sejarah karena punya andil besar dalam peradaban Islam.
Di antaranya sosok Sayyidah Khadijah sang pebisnis ulung, Sayyidah Aisyah guru perempuan dari para sahabat Rasulullah, Sayyidah Hafsah sang pemelihara naskah asli Al-Qur'an.
Kemudian Ummu Salamah, sang pemberi solusi bagi Rasulullah dalam situasi genting di Hudaibiyyah. Sumayyah bint Khubbat, perempuan syahidah pertama dalam Islam. Nusaibah binti Ka'ab, tameng Rasulullah dalam perang Uhud. Rufaidah al-Aslamiyyah, dokter perempuan pertama dalam Islam dan lain-lain.
Berikut lanjutan 25 wanita cerdas di zaman Rasulullah dirangkum dari Buku "25 Perempuan Teladan" karya Hj Umma Farida Lc MA:
21. Asma' Binti Abu Bakr (Dzat an-Nitaqain,Pemilik Dua Ikat Pinggang)
Nama lengkapnya adalah Asma' binti Abu Bakr Abdullah ibn Usman. Sayyidah Asma' tumbuh dalam lingkungan yang baik. Ayahandanya adalah Abu Bakar, sahabat paling dicintai Rasulullah. Ibunya bernama Qutailah bint Abdul Uzza. Mereka seluruhnya masuk Islam dan memperoleh kemuliaan sebagai sahabat Nabi. Suaminya adalah Zubair ibn Awwam, salah seorang yang dijanjikan masuk surga. Anaknya adalah Abdullah ibn az-Zubair, ulama ahli ibadah dan mujahid.
Keutamaan Asma' adalah seorang perempuan teladan yang dermawan, murah hati dan rela berkorban. Abdullah ibn az-Zubair berkata: "Aku tak pernah melihat perempuan yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma', tetapi kedermawanan mereka berdua berbeda. Aisyah bisa mengumpulkan harta sedikit demi sedikit, lalu ketika sudah terkumpul banyak dia menyedekahkannya, sedangkan Asma' adalah perempuan yang tak pernah menyimpan harta untuk esok pagi."
Asma' juga memiliki ilmu yang luas. Beliau meriwayatkan hadis dari Rasulullah sebanyak 58 buah. 5 hadis terdapat dalam Sahih Al-Bukhari, 4 dalam Sahih Muslim, sedangkan sisanya tersebar dalam berbagai kitab hadis. Asma' juga seorang perempuan tegar dan penyabar.
Dijuluki Dzat an-Nitaqain karena beliau punya ikat pinggang lalu memotongnya menjadi dua. Yang satu digunakannya untuk pembungkus bekal makanan Rasulullah SAW (di Gua Hira), dan yang satu lagi sebagai qirbahnya (ikat pinggang yang dipakai perempuan)
22. Rufaidah Al-Aslamiyyah (Dokter Perempuan Pertama dalam Islam)
Rufaidah Al-Aslamiyyah adalah perempuan dari Bani Aslam yang biasa mengobati orang-orang terluka ketika perang kaum muslim dan kaum kafir Quraisy. Beliau mengobati yang terluka dengan hati ikhlas. Ibnu Ishaq menyebutkan dalam kisah Sa'ad ibn Mu'az, ketika ia terluka dalam perang Khandaq, lalu Rasulullah bersabda: "Tempatkanlah Sa'ad dalam kemah Rufaudah di Masjid (Nabawi), sehingga aku dapat menjenguknya dari dekat."
Keteladan Rufaidah dikisahkan ketika Sa'ad terluka parah dalam perang Khandaq, umat Islam membawanya kepada seorang perempuan yang bernama Rufaidah, yang memiliki kepandaian dalam mengobati orang-orang yang terluka. Kemudian saran itu dipenuhi, hingga apabila Rasulullah melewatinya pada sore hari, beliau bertanya kepada Sa'ad, "Bagaimana kabarmu sore ini?" dan jika beliau menjenguknya pagi hari, Rasulullah bertanya, "Bagaimana keadaanmu pagi ini?" Lalu Sa'ad memberikan jawaban kepada Rasulullah.
Dengan demikian, jika ada orang yang membutuhkan pengobatan, maka Rufaidahlah tokohnya, hingga ia memperoleh gelar awwalu tabibah fi al-Islam (dokter perempuan pertama dalam Islam).
23. Asy-Syifa Binti Abdillah (Kepala Pasar Madinah dan Guru Pertama Tulis-Menulis)
Sosok Asy-Syifa dikenal sebagai kepala pasar Madinag dan guru pertama dalam tulis menulis di kalangan umat Islam). Asy-Syifa termasuk perempuan pertama yang masuk Islam. Beliau adalah istri dari Abu Khasmah dan yang memiliki kemampuan megobati penyakit sejak masa Jahiliyah. Ketika masuk Islam, ia memanfaatkan kemampuannya tersebut demi dakwah Islam.
Keteladana Asy-Syifa turut serta dalam berhijrah ke Madinah, serta ikut membai'at Rasulullah. Beliau juga sering mengunjungi rumah asy-Syifa bahkan terkadang beliau juga tidur siang di rumahnya. Rasulullah pernah bersabda kepada asy-Syifa: "Wahai Syifa', ajarkanlah kepada Hafsah (ummul Mukminin) mengobati penyakit sebagaimana engkau mengajarinya menulis."
Untuk diketahui, Asy-Syifa memiliki kepandaian dalam tulis-menulis. Ia terbiasa menulis sejak masa Jahiliyyah. Setelah masuk Islam, ia mengajari Hafsah tulis-menulis. Ia adalah guru pertama tulismenulis di kalangan umat Islam.
Asy-Syifa merupakan perempuan cerdas. Tidak jarang Umar Bin Khattab meminta pendapatnya tentang suatu urusan. Bahkan, Umar mempercayakan urusan manajemen pasar Madinah kepadanya. Meskipun perempuan, tapi Umar melihat kapabilitasnya dan amanahnya untuk mengurusi pasar tersebut. Asy-Syifa wafat pada masa pemerintahan Khalifah Umar tahun 20 Hijriyah.
24. Khansa' Binti Khizam
Nama lengkapnya adalah Khansa' bint Khizam al-Ansariyyah. Ia berasal dari bani Amr ibn Auf ibn Aus. Ia menemui Rasulullah ketika beliau hendak ke Madinah. Khanas sudah bisa menerima dakwah Rasulullah dan masuk Islam meskipun waktu itu ia masih kecil. Beliau dikenal sebagai sosok wanita yang memuliakan kaum Hawa dan membela hak-haknya.
Khansa' telah menjanda, lalu ayahnya menikahkannya (dengan lelaki yang bukan menjadi pilihannya), dan ia membenci hal itu. Lalu, ia menemui Rasulullah seraya berkata: "Sesungghnya ayahku telah berbuat sewenang-wenang terhadapku. Ia menikahkanku tanpa lebih dahulu memberitahukan kepadaku." Rasulullah lalu bersabda: "Tidak ada (tidak sah) pernikahannya. Nikahlah dengan siapa yang engkau kehendaki." Lalu Rasulullah mencabut kembali pernikahannya, maka kemudian Khansa' menikah dengan Abu Lubabah ibn Abdul Munzir, pejuang terkenal dari kalangan sahabat Rasulullah.
Islam menghormati hak-hak kaum perempuan. Ia memiliki kebebasan untuk memilih calon suami, bebas mengemukakan pendapat, dan bebas menuntut hak-haknya. Perempuan juga memiliki hak untuk meminta pemutusan hubungan pernikahan. Jika ia merasa tertipu atau merasa terpaksa dalam melaksanakan pernikahan itu, maka tidak boleh seorang pun memaksanya.
25. Shafiyyah Binti Abdul Muthallib
Shafiyyah bint Abdul Muthalib ibn Hasyim ibn Abdi Manaf ibn Qushai merupakan bibi Rasulullah. Beliau saudara perempuan Hamzah ibn Abdul Mutthalib, paman Rasulullah. Pada masa Jahiliyah, Shafiyyah pernah menikah dengan al-Haris ibn Harb ibn Umayyah, dan memiliki seorang anak laki-laki. Setelah suaminya meninggal, Shafiyyah menikah dengan al-Awwam ibn Khuwailid dan memiliki tiga orang anak: az-Zubair, as-Sa’ib dan Abdul Ka'bah.
Di antara keteladanan Shafiyyah adalah permpuan yang masuk Islam pada masa-masa awal. Beliay juga turut berhijrah ke Habasyah dan juga ke Yastrib. Ia seorang yang penyabar, ikhlas dan sosok berani di medan jihad. Ketika perang Uhud, Hamzah terbunuh mengenaskan akibat lembing yang dilemparkan Wahsyi atas suruhan Hindun. Kabar kematian Hamzah itu sampai kepada Shafiyyah dan melihat jenazah saudara kandungnya itu. Beliau berkata akan bersabar menghadapi musibah ini demi mengharap ridho Allah.
Shafiyyah merupakan pahlawan perempuan. Perjuangannya dalam berjihad tidak kalah dibanding pejuang laki-laki. Ketika perang Khandaq, Shafiyyah bersama perempuan lainnya dan anakanak berada di dalam benteng. Kondisi Madinah pada waktu itu sangat kritis, karena dikepung musuh dari segala arah. Ada satu benteng ‘Fari’ yang dimiliki Hassan ibn Sabit, benteng yang paling kokoh di Madinah.
Lalu Shafiyyah berkata kepada Hassan, "Wahai Hassan, orang Yahudi itu telah mengeliligi benteng. Turunlah dari benteng dan bunuhlah Yahudi itu. Hassan merasa takut dan tidak berani menghadapi orang Yahudi tadi. Lalu, Shafiyyah mengambil sebatang tongkat dan turun dari benteng lalu memukul ubun-ubun si Yahudi, hingga ia roboh ke tanah.
Lantas disusul dengan pukulan bertubi-tubi, hingga mati. Inilah keberanian dan kepahlawanan Shafiyyah. Ia tidak tinggal diam ketika melihat bahaya mengancam, apalagi di dalam benteng itu terdapat istri-istri Rasulullah yang harus ia jaga keselamatannya. Shafiyyah wafat pada masa kekhilafahan Umar, tahun 20 H dalam umur 73 tahun, dan dimakamkan di Baqi' Madinah.
Di antaranya sosok Sayyidah Khadijah sang pebisnis ulung, Sayyidah Aisyah guru perempuan dari para sahabat Rasulullah, Sayyidah Hafsah sang pemelihara naskah asli Al-Qur'an.
Kemudian Ummu Salamah, sang pemberi solusi bagi Rasulullah dalam situasi genting di Hudaibiyyah. Sumayyah bint Khubbat, perempuan syahidah pertama dalam Islam. Nusaibah binti Ka'ab, tameng Rasulullah dalam perang Uhud. Rufaidah al-Aslamiyyah, dokter perempuan pertama dalam Islam dan lain-lain.
Berikut lanjutan 25 wanita cerdas di zaman Rasulullah dirangkum dari Buku "25 Perempuan Teladan" karya Hj Umma Farida Lc MA:
21. Asma' Binti Abu Bakr (Dzat an-Nitaqain,Pemilik Dua Ikat Pinggang)
Nama lengkapnya adalah Asma' binti Abu Bakr Abdullah ibn Usman. Sayyidah Asma' tumbuh dalam lingkungan yang baik. Ayahandanya adalah Abu Bakar, sahabat paling dicintai Rasulullah. Ibunya bernama Qutailah bint Abdul Uzza. Mereka seluruhnya masuk Islam dan memperoleh kemuliaan sebagai sahabat Nabi. Suaminya adalah Zubair ibn Awwam, salah seorang yang dijanjikan masuk surga. Anaknya adalah Abdullah ibn az-Zubair, ulama ahli ibadah dan mujahid.
Keutamaan Asma' adalah seorang perempuan teladan yang dermawan, murah hati dan rela berkorban. Abdullah ibn az-Zubair berkata: "Aku tak pernah melihat perempuan yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma', tetapi kedermawanan mereka berdua berbeda. Aisyah bisa mengumpulkan harta sedikit demi sedikit, lalu ketika sudah terkumpul banyak dia menyedekahkannya, sedangkan Asma' adalah perempuan yang tak pernah menyimpan harta untuk esok pagi."
Asma' juga memiliki ilmu yang luas. Beliau meriwayatkan hadis dari Rasulullah sebanyak 58 buah. 5 hadis terdapat dalam Sahih Al-Bukhari, 4 dalam Sahih Muslim, sedangkan sisanya tersebar dalam berbagai kitab hadis. Asma' juga seorang perempuan tegar dan penyabar.
Dijuluki Dzat an-Nitaqain karena beliau punya ikat pinggang lalu memotongnya menjadi dua. Yang satu digunakannya untuk pembungkus bekal makanan Rasulullah SAW (di Gua Hira), dan yang satu lagi sebagai qirbahnya (ikat pinggang yang dipakai perempuan)
22. Rufaidah Al-Aslamiyyah (Dokter Perempuan Pertama dalam Islam)
Rufaidah Al-Aslamiyyah adalah perempuan dari Bani Aslam yang biasa mengobati orang-orang terluka ketika perang kaum muslim dan kaum kafir Quraisy. Beliau mengobati yang terluka dengan hati ikhlas. Ibnu Ishaq menyebutkan dalam kisah Sa'ad ibn Mu'az, ketika ia terluka dalam perang Khandaq, lalu Rasulullah bersabda: "Tempatkanlah Sa'ad dalam kemah Rufaudah di Masjid (Nabawi), sehingga aku dapat menjenguknya dari dekat."
Keteladan Rufaidah dikisahkan ketika Sa'ad terluka parah dalam perang Khandaq, umat Islam membawanya kepada seorang perempuan yang bernama Rufaidah, yang memiliki kepandaian dalam mengobati orang-orang yang terluka. Kemudian saran itu dipenuhi, hingga apabila Rasulullah melewatinya pada sore hari, beliau bertanya kepada Sa'ad, "Bagaimana kabarmu sore ini?" dan jika beliau menjenguknya pagi hari, Rasulullah bertanya, "Bagaimana keadaanmu pagi ini?" Lalu Sa'ad memberikan jawaban kepada Rasulullah.
Dengan demikian, jika ada orang yang membutuhkan pengobatan, maka Rufaidahlah tokohnya, hingga ia memperoleh gelar awwalu tabibah fi al-Islam (dokter perempuan pertama dalam Islam).
23. Asy-Syifa Binti Abdillah (Kepala Pasar Madinah dan Guru Pertama Tulis-Menulis)
Sosok Asy-Syifa dikenal sebagai kepala pasar Madinag dan guru pertama dalam tulis menulis di kalangan umat Islam). Asy-Syifa termasuk perempuan pertama yang masuk Islam. Beliau adalah istri dari Abu Khasmah dan yang memiliki kemampuan megobati penyakit sejak masa Jahiliyah. Ketika masuk Islam, ia memanfaatkan kemampuannya tersebut demi dakwah Islam.
Keteladana Asy-Syifa turut serta dalam berhijrah ke Madinah, serta ikut membai'at Rasulullah. Beliau juga sering mengunjungi rumah asy-Syifa bahkan terkadang beliau juga tidur siang di rumahnya. Rasulullah pernah bersabda kepada asy-Syifa: "Wahai Syifa', ajarkanlah kepada Hafsah (ummul Mukminin) mengobati penyakit sebagaimana engkau mengajarinya menulis."
Untuk diketahui, Asy-Syifa memiliki kepandaian dalam tulis-menulis. Ia terbiasa menulis sejak masa Jahiliyyah. Setelah masuk Islam, ia mengajari Hafsah tulis-menulis. Ia adalah guru pertama tulismenulis di kalangan umat Islam.
Asy-Syifa merupakan perempuan cerdas. Tidak jarang Umar Bin Khattab meminta pendapatnya tentang suatu urusan. Bahkan, Umar mempercayakan urusan manajemen pasar Madinah kepadanya. Meskipun perempuan, tapi Umar melihat kapabilitasnya dan amanahnya untuk mengurusi pasar tersebut. Asy-Syifa wafat pada masa pemerintahan Khalifah Umar tahun 20 Hijriyah.
24. Khansa' Binti Khizam
Nama lengkapnya adalah Khansa' bint Khizam al-Ansariyyah. Ia berasal dari bani Amr ibn Auf ibn Aus. Ia menemui Rasulullah ketika beliau hendak ke Madinah. Khanas sudah bisa menerima dakwah Rasulullah dan masuk Islam meskipun waktu itu ia masih kecil. Beliau dikenal sebagai sosok wanita yang memuliakan kaum Hawa dan membela hak-haknya.
Khansa' telah menjanda, lalu ayahnya menikahkannya (dengan lelaki yang bukan menjadi pilihannya), dan ia membenci hal itu. Lalu, ia menemui Rasulullah seraya berkata: "Sesungghnya ayahku telah berbuat sewenang-wenang terhadapku. Ia menikahkanku tanpa lebih dahulu memberitahukan kepadaku." Rasulullah lalu bersabda: "Tidak ada (tidak sah) pernikahannya. Nikahlah dengan siapa yang engkau kehendaki." Lalu Rasulullah mencabut kembali pernikahannya, maka kemudian Khansa' menikah dengan Abu Lubabah ibn Abdul Munzir, pejuang terkenal dari kalangan sahabat Rasulullah.
Islam menghormati hak-hak kaum perempuan. Ia memiliki kebebasan untuk memilih calon suami, bebas mengemukakan pendapat, dan bebas menuntut hak-haknya. Perempuan juga memiliki hak untuk meminta pemutusan hubungan pernikahan. Jika ia merasa tertipu atau merasa terpaksa dalam melaksanakan pernikahan itu, maka tidak boleh seorang pun memaksanya.
25. Shafiyyah Binti Abdul Muthallib
Shafiyyah bint Abdul Muthalib ibn Hasyim ibn Abdi Manaf ibn Qushai merupakan bibi Rasulullah. Beliau saudara perempuan Hamzah ibn Abdul Mutthalib, paman Rasulullah. Pada masa Jahiliyah, Shafiyyah pernah menikah dengan al-Haris ibn Harb ibn Umayyah, dan memiliki seorang anak laki-laki. Setelah suaminya meninggal, Shafiyyah menikah dengan al-Awwam ibn Khuwailid dan memiliki tiga orang anak: az-Zubair, as-Sa’ib dan Abdul Ka'bah.
Di antara keteladanan Shafiyyah adalah permpuan yang masuk Islam pada masa-masa awal. Beliay juga turut berhijrah ke Habasyah dan juga ke Yastrib. Ia seorang yang penyabar, ikhlas dan sosok berani di medan jihad. Ketika perang Uhud, Hamzah terbunuh mengenaskan akibat lembing yang dilemparkan Wahsyi atas suruhan Hindun. Kabar kematian Hamzah itu sampai kepada Shafiyyah dan melihat jenazah saudara kandungnya itu. Beliau berkata akan bersabar menghadapi musibah ini demi mengharap ridho Allah.
Shafiyyah merupakan pahlawan perempuan. Perjuangannya dalam berjihad tidak kalah dibanding pejuang laki-laki. Ketika perang Khandaq, Shafiyyah bersama perempuan lainnya dan anakanak berada di dalam benteng. Kondisi Madinah pada waktu itu sangat kritis, karena dikepung musuh dari segala arah. Ada satu benteng ‘Fari’ yang dimiliki Hassan ibn Sabit, benteng yang paling kokoh di Madinah.
Lalu Shafiyyah berkata kepada Hassan, "Wahai Hassan, orang Yahudi itu telah mengeliligi benteng. Turunlah dari benteng dan bunuhlah Yahudi itu. Hassan merasa takut dan tidak berani menghadapi orang Yahudi tadi. Lalu, Shafiyyah mengambil sebatang tongkat dan turun dari benteng lalu memukul ubun-ubun si Yahudi, hingga ia roboh ke tanah.
Lantas disusul dengan pukulan bertubi-tubi, hingga mati. Inilah keberanian dan kepahlawanan Shafiyyah. Ia tidak tinggal diam ketika melihat bahaya mengancam, apalagi di dalam benteng itu terdapat istri-istri Rasulullah yang harus ia jaga keselamatannya. Shafiyyah wafat pada masa kekhilafahan Umar, tahun 20 H dalam umur 73 tahun, dan dimakamkan di Baqi' Madinah.
(rhs)