Mush'ab Bin Umair, Sahabat Nabi Paling Ganteng dan Duta Islam Pertama (2)

Senin, 08 Juni 2020 - 08:26 WIB
loading...
Mushab Bin Umair, Sahabat Nabi Paling Ganteng dan Duta Islam Pertama (2)
Kisah Mushab bin Umair radhiyallahuanhu bisa dijadikan teladan bagi mereka yang ingin mencari ridha Allah Taala. Foto ilustrasi/Dok dakwah.kamikamu.net
A A A
Mush'ab bin Umair radhiyallahu'anhu, salah satu sahabat Nabi yang memiliki kisah mengagumkan. Beliau rela meninggalkan kesenangan duniawi dan memilih hidup sengsara demi cintanya kepada Allah Ta'ala dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Mush'ab bin Umair adalah seorang remaja Quraisy terkemuka dikaruniai wajah rupawan dan paling ganteng di antara para remaja di Makkah kala itu. Suatu saat Mush'ab dipilih Rasulullah SAW untuk melakukan suatu tugas penting saat itu. Beliau menjadi duta atau utusan Rasululllah ke Madinah untuk mengajarkan Islam kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan bai'at kepada Rasulullah di bukit Aqabah. [ Baca Juga: Abdullah Ibnu Rawahah, Sang Penyair yang Syahid di Medan Perang ]

Beliau juga ditugaskan mengajak orang lain untuk memeluk Agama Allah dan menyiapkan Kota Madinah untuk menyambut Hijrah Rasul sebagai peristiwa besar. Sebenarnya di kalangan sahabat ketika itu banyak yang lebih tua, lebih berpengaruh dan lebih dekat hubungan kekeluargaannya dengan Rasulullah daripada Mush'ab.

Tetapi Rasulullah menjatuhkan pilihannya kepada Mush'ab . Nabi memikulkan tugas besar itu ke pundak pemuda tampan tersebut. Mush'ab memikul amanat itu dengan bekal karunia Allah kepadanya, berupa pikiran yang cerdas dan budi pekerti yang luhur. Dengan sifat zuhud, kejujuran dan kesungguhan hati, ia berhasil melunakkan dan menawan hati penduduk Madinah hingga berduyun-duyun masuk Islam.

Ketika sampai di Madinah, Mush'ab mendapati kaum Muslimin di sana tidak lebih dari 12 orang, yaitu orang-orang yang telah bai'at di Bukit Aqabah. Tetapi tiada sampai beberapa bulan kemudian, orang-orang ramai memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya.

Pada musim haji berikutnya dari perjanjian Aqabah, kaum Muslimin mengirim Mush'ab (mewakili mereka) untuk menemui Nabi. Mush'ab membuktikan bahwa ia layak menjadi pilihan Rasulullah SAW . [Baca Juga: Terlalu Kaya, Abdurrahman bin Auf Telat Masuk Surga Setengah Hari]

Berdakwah di Madinah
Di Madinah Mush'ab tinggal sebagai tamu di rumah As'ad bin Zararah. Selama di Madinah, ia didampingi As'ad mengunjungi kabilah-kabilah, rumah-rumah dan tempat-tempat pertemuan, untuk membacakan ayat-ayat suci Allah.

Pernah ia menghadapi beberapa peristiwa yang mengancam keselamatan diri serta sahabatnya dan nyaris celaka kalau tidak karena kecerdasan akal dan kebesaran jiwanya. Suatu hari, ketika sedang memberikan petuah kepada orang-orang, tiba-tiba beliau disergap Usaid bin Hudhair, kepala suku kabilah Abdul Asyhal di Madinah. Usaid menodong Mush'ab dengan menyentakkan lembingnya.

Bukan main marah dan murkanya Usaid, menyaksikan Mush'ab yang dianggap akan mengacau dan menyelewengkan anak buahnya dari agama mereka, serta mengemukakan Tuhan Yang Maha Esa yang belum pernah mereka kenal dan dengar sebelum itu. Padahal menurut anggapan Usaid, tuhan-tuhan mereka yang bersimpuh di tempatnya masing-masing mudah dihubungi. Jika memerlukan sesuatu, cukup mendatanginya dan memaparkan kesulitan dan menyampaikan. Begitu yang tergambar dalam pikiran suku Abdul Asyhal.

Namun, Tuhannya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tidak ada yang mengetahui tempat-Nya dan tak seorang pun yang dapat melihat-Nya. Ketika melihat kedatangan Usaid bin Hudlair yang murka, mereka pun merasa kecut dan takut. Tetapi Mush'ab yang cerdas tetap tinggal tenang dengan air muka yang tidak berubah. Bagaikan singa hendak menerkam, Usaid berdiri di depan Mush'ab dan As'ad bin Zararah dan membentak: "Apa maksud kalian datang ke kampung kami ini, apakah hendak membodohi rakyat kecil kami? Tinggalkan segera tempat ini, jika tak ingin segera nyawa kalian melayang!"

Mush'ab tampak laksana damainya cahaya fajar, erpancarlah ketulusan hati Mush'ab lidahnya mengeluarkan kalimat halus, "Kenapa anda tidak duduk dan mendengarkan dulu? Seandainya anda menyukai nanti, anda dapat menerimanya. Sebaliknya jika tidak, kami akan menghentikan apa yang tidak anda sukai itu!

Usaid adalah seorang yang berakal sehat. Ia diajak oleh Mush'ab untuk berbicara dan meminta petimbangan kepada hati nuraninya sendiri. Yang dimintanya hanyalah agar ia bersedia mendengar dan bukan lainnya. Jika ia menyetujui, ia akan membiarkan Mush'ab , dan jika tidak, maka Mush'ab berjanji akan meninggalkan kampung dan masyarakat mereka untuk mencari tempat dan masyarakat lain, dengan tidak merugikan ataupun dirugikan orang lain.

Tiba-tiba Usaid berujar: "Sekarang saya insaf". Dia menjatuhkan lembingnya ke tanah dan duduk mendengarkan Mush'ab. Ayat-ayat indah Al-Qur'an pun keluar dari lisan Mush'ab. Ketika itu pula hati Usaid pun mulai terbuka dan meresapi keindahan kalamullah tersebut. Belum lagi Mush'ab selesai berbicara, Usaid pun berseru kepadanya dan kepada sahabatnya: "Alangkah indah dan benarnya ucapan itu! Dan apakah yang harus dilakukan oleh orang yang hendak masuk Agama ini?"

Maka suara tahlil pun bergemuruh serempak seakan hendak menggoncangkan bumi. Kemudian Mush'ab berkata: "Hendaklah ia mensucikan diri, pakaian dan badannya, serta bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Allah". [Baca Juga: Kisah Mush'ab bin 'Umair, Sahabat Nabi yang Dicintai]

Beberapa lama Usaid meninggalkan mereka, kemudian kembali sambil memeras air dari rambutnya, lalu ia berdiri sambil menyatakan pengakuannya bahwa tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah.

Berita masuk Islamnya Usaid pun tersebar di Madinah. Keislaman Usaid disusul oleh kehadiran Sa'ad bin Mu'adz. Setelah mendengar uraian Mush'ab, Sa'ad merasa puas dan ikut masuk Islam . Langkah ini disusul pula oleh Sa'ad bin Ubadah. Dan dengan keislaman mereka ini, berarti selesailah persoalan dengan berbagai suku yang ada di Madinah.

Penduduk Madinah saling berdatangan dan tanya-bertanya sesama mereka: "Jika Usaid bin Hudhair, Sa'ad bin Ubadah dan Sa'ad bin Mu'adz telah masuk Islam, apalagi yang kita tunggu. Ayo kita pergi kepada Mush'ab dan beriman bersamanya! Kata orang, kebenaran itu terpancar dari celah-celah giginya!

Demikianlah duta Islam pertama yang diutus Rasulullah telah mencapai hasil gemilang. Sebuah keberhasilan yang layak diperolehnya. Hari-hari dan tahun-tahun pun berlalu, dan Rasulullah bersama para sahabatnya hijrah ke Madinah. [
(bersambung)
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1159 seconds (0.1#10.140)