Surat Al-Mumtahanah Ayat 8 dan Kisah Asma' Berhubungan dengan Bunda yang Kafir

Selasa, 18 Januari 2022 - 17:12 WIB
loading...
A A A
Ia pun bukan perempuan biasa, ini terbukti dari keterlibatannya dalam peristiwa awal upaya pembangunan perdaban Islam, yaitu hijrah Nabi ke Madinah.

Asma’ lahir sepuluh tahun sebelum risalah kenabian Muhammad turun. Menurut sebuah keterangan, ia orang ke 17 dari golongan orang-orang pertama yang masuk Islam.



Sang Dermawan
Tentang kepribadiannya, ummu Abdillah ini dikenal sebagai perempuan yang sangat menjaga kehormatannya, sangat dermawan juga sangat rajin ibadahnya. Bahkan di usia lanjutnya, di saat kesehatannya sudah lemah ditambah penglihatannya yang sudah tidak berfungsi, ia masih memikirkan para budaknya, dan ia memerdekakan mereka semua.

Putranya, Abdullah pernah berujar ‘tidak ada perempuan yang lebih dermawan dan lebih murah hati daripada Aisyah dan ibunya, Asma’; jika Aisyah masih menyisakan sesuatu yang ia miliki di tempatnya masing-masing, maka Asma’ sama sekali tidak menyisakan satu apapun untuk hari esok’.

Jauh sebelum itu, Asma merelakan ayahnya menyumbangkan seluruh hartanya demi tegaknya agama Allah SWT.

Pada saat hijrah, Abu Bakar membawa seluruh hartanya yang berjumlah sekitar 5.000 hingga 6.000 dinar. Lalu kakeknya yang buta, Abu Quhafah datang kepada Asma.

Abu Quhafah berkata: "Demi Allah, sungguh aku mendengar bahwa Abu Bakar telah meninggalkanmu pergi dengan membawa seluruh hartanya?''

Mendengar pertanyaan itu, Asma berkata, '''Sekali-kali tidak, wahai, Kakek! Sesungguhnya, Beliau telah menyisakan buat kami harta yang banyak.''

Kemudian Asma mengambil batu-batu dan meletakkannya di lubang angin, tempat ayahnya pernah meletakkan uang itu. Kemudian dia menutupinya dengan selembar baju.

Setelah itu Asma memegang tangan kakeknya dan berkata: "Letakkan tangan Kakek di atas uang ini."

Sang kakek pun merasa lega. "Kalau memang dia telah meninggalkan harta untukmu, maka dia telah berbuat baik. Ini sudah cukup bagi kalian."

Kemuliaan akhlak Asma itu telah menenangkan rasa gundah di hati sang kakek.

Padahal, yang sebenarnya Abu Bakar tidak meninggalkan sekeping dinar pun bagi keluarganya. Namun, Asma mengikhlaskannya. Ia tak menuntut harta dari sang ayah. Bahkan, ketika Zubair bin Awwam meminangnya, Asma tak menuntut apa-apa.



Ia menerima Zubair yang tak memiliki apapun, kecuali seekor kuda. Dengan penuh keikhlasan, Asma memberi makan kudanya dan mencukupi kebutuhan serta melatihnya. Ia menumbuk biji kurma untuk makanan kuda, memberinya air minum dan membuat adonan roti.

Suatu ketika Zubair bersikap keras terhadapnya, lalu Asma datang kepada ayahnya dan mengadu. Abu Bakar pun berkata, '"Wahai anakku, sabarlah! Sesungguhnya apabila seorang istri bersuami seorang yang saleh, kemudian suaminya meninggal dunia, sedang isterinya tidak menikah lagi, maka keduanya akan berkumpul di surga."

Asma pun sempat datang kepada Nabi SAW, lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, tak ada sesuatu yang berharga di rumah saya kecuali kuda yang dibawa Zubair. Bolehkah saya memberikan sebagian pendapatan saya kepadanya?''

Nabi SAW menjawab :"Berikanlah sesuai kemampuanmu dan janganlah bakhil, sehingga orang lain akan bakhil terhadapmu."

Asma juga merupakan Muslimah pejuang yang tangguh. Ia sempat ikut dalam Perang Yarmuk bersama suaminya, Zubair dan menunjukkan keberaniannya. Umar bin Khattab RA sangat menghormati Asma. Ketika menjadi khalifah, ia memberi tunjangan untuk Asma sebanyak 1.000 dirham.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3036 seconds (0.1#10.140)