Sa’ad bin Abi Waqqash: Penduduk Surga Penyebar Islam di Cina

Jum'at, 12 Juni 2020 - 05:01 WIB
loading...
A A A
Di bawah komando Sa'ad bin Abi Waqqas, pasukan Islam berhasil mengalahkan pasukan Persia dalam pertempuran di Qadisiah. Panglima Rustum yang selama ini sangat disegani tewas dan pasukannya yang berjumlah 120 ribu orang kocar-kacir. Setelah itu pasukan Sa'ad dapat merebut Mada'in, ibu kota Persia.

Dengan kekalahan itu, berakhirlah kekuasaan emperium Persia dan rakyatnya dibebaskan oleh Islam dari penindasan dan kezaliman. Nama Sa'ad bin Abi Waqqas dicatat dengan tinta emas sebagai panglima pembebas Persia.



Delegasi ke Cina
Sa’ad bin Abi Waqqash termasuk salah satu sahabat yang memiliki umur panjang. Ia wafat pada usia 83 tahun. Ia hidup di era Rasulullah, Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar bin Khattab, dan Khalifah Utsman bin Affan.

Sementara pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqash ditugaskan untuk memimpin delegasi ke Cina. Merujuk buku Perkembangan Islam di Tiongkok (Ibrahim Tien Ying Ma, 1979), ini menjadi tonggak pertama dakwah Islam di negeri Tirai Bambu.

Sebetulnya ada banyak versi tentang awal dan proses masuknya Islam ke Cina. Ada yang menyebut Islam masuk ke Cina dibawa oleh sahabat Rasulullah yang menetap di Abyssinia (Ethiopia) setelah hijrah yang pertama. Mereka menetap di sana dan tidak kembali lagi ke Makkah setelah peristiwa hijrah itu. Kemudian beberapa tahun setelahnya, mereka berlayar dari Abyssinia ke Cina untuk mendakwahkan Islam.



Ada juga yang menyebut kalau Islam masuk ke Cina dibawa oleh Sa’ad bin Abi Waqqash. Hampir sama dengan versi yang pertama, Sa’ad bin Abi Waqqash berlayar dari Abyssinia ke China untuk menyebarkan Islam pada tahun 616 M. Setelah beberapa saat berada di China, Sa’ad balik ke Arab. Dan sekitar 20 tahun setelahnya Sa’ad kembali lagi ke Cina untuk meneruskan dakwahnya.

Dari semua versi yang ada, Ibrahim Tien Ying Ma menyebut bahwa yang paling valid adalah versi yang pertama. Di mana Sa’ad dikirim Khalifah Utsman bin Affan untuk memimpin delegasi ke China untuk mendakwahkan Islam pada tahun 615 M, atau sekitar 20 tahun setelah wafatnya Rasulullah. [ ]

Dalam buku History of China (Ivan Taniputera, 2008) disebutkan, rombongan Muslim itu diterima dengan baik oleh Kaisar Yong Hui dari Dinasti Tang. Kaisar Cina juga menunjukkan toleransinya. Dia memperbolehkan delegasi umat Islam tersebut tidak melakukan tradisi penyembahan di hadapan kaisar. Sang Kaisar paham bahwa umat Islam tidak melakukan penyembahan terhadap manusia.

Tidak hanya itu, Sang Kaisar Cina juga mengizinkan delegasi yang dipimpin Sa’ad bin Abi Waqqash itu untuk mendirikan tempat ibadah, masjid. Maka dibangunlah sebuah masjid agung pada 742 M. Masjid itu bernama Masjid Huaisheng atau dikenal dengan Masjid Sa’ad bin Abi Waqqash di Provinsi Guanzhou. Masjid yang dibangun di atas lahan seluas 5 hektare itu menjadi salah satu masjid tertua di China. [Baca Juga: Kisah Mush'ab bin 'Umair, Sahabat Nabi yang Dicintai
Kisah lainnya menyebut, pada masa Khalifah Utsman bin Affan, dunia Islam dilanda badai fitnah dan telah membawa korban dengan syahidnya Utsman sendiri. Disusul ketika Khalifah ke-4 Ali bin Abi Thalib, badai fitnah belum juga reda. Banyak orang yang ambisius tampil ke gelanggang untuk merebut kedudukan Khalifah.

Sa’ad sebagai sahabat yang waktu itu masih hidup pun tidak urung ditampilkan orang untuk merebut kedudukan Khalifah Ali. Bahkan Hasyim bin Utbah, keponakannya sendiri mengusulkan agar Sa’ad tampil dan merebut kekuasaan Khalifah Ali. Dengan pongah, Hasyim berkata kepadanya, “Paman, di sini telah siap 100.000 pedang yang mengaggap paman adalah orang yang lebih berhak duduk dalam kursi Khalifah. Bangkitlah wahai Paman dan rebutlah kursi kepemimpinan Khalifah itu”

Sa’ad terperanjat dan dengan tegas berkata kepada Hasyim, “Dari 100 ribu pedang yang akan kau berikan kepadaku, aku hanya ingin sebuah saja. Dan sebuah itu pun bila kutebaskan kepada sesama mukmin tidak akan mempan sedikit juga. Tapi sebaliknya bila kutebaskan ke leher orang musyrik pastilah putus batang lehernya”

Mendengar jawaban sang paman, Hasyim mundur, ia memahami bahwa pamannya bukan orang yang gila pangkat atau jabatan. Apalagi untuk merebut kedudukan Khalifah Ali, pantang baginya. Sa’ad memang orang yang sederhana, meski kekayaannya melimpah dan banyak jabatan disodorkan kepadanya. Dalam usianya yang makin menua, hanya satu keinginannya, yaitu bisa menghadap Allah SWT dengan tenang, membawa ketenangan manis dalam membela Islam.
[ ]

Sa’ad bin Abi Waqqash, wafat di Madinah. Beliau dimakamkan di pemakaman Baqi’, makamnya para syuhada. Konon, dalam keadaan sakit, beliau berpesan kepada para sahabatnya agar ia dikafani dengan jubah yang digunakannya dalam Perang Badar—perang kemenangan pertama untuk kaum Muslimin.

Pahlawan perkasa ini menghembuskan nafas yang terakhir pada tahun 55 H dengan meninggalkan kenangan indah dan nama yang harum. ( )
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2600 seconds (0.1#10.140)