Pra-Islam, Kisah Abu Bakar Menghindar dari Tradisi Jahiliyah dan Condong ke Agama Ibrahim

Rabu, 09 Februari 2022 - 12:34 WIB
loading...
A A A
Dia berkata, “Aku mencari perlindungan kepada Allah (dari meminumnya).”

Seseorang bertanya, “Mengapa?”

Dia menjawab, “Aku mencoba melindungi kehormatanku dan menjaga martabatku, karena siapa pun yang meminum anggur akan kehilangan kehormatan dan martabatnya.”

Namun, meski Abu Bakar tidak melakukan adat istiadat Jahiliyah, dia tidak menunjukkan kebencian apapun terhadap Kaum Quraisy. Dia tidak pernah mencela perbuatan-perbuatan mereka. Dia menutup rapat perbuatan dan keyakinannya, karena bagaimanapun dia adalah pemimpin kabilahnya sendiri, Bani Taim bin Murrah bin Kaab, yang harus dia lindungi.



Penganut Agama Ibrahim
Di pundak Abu Bakar waktu itu terpikul tugas yang paling penting dan utama, dia adalah pengumpul diyat (uang tebusan) Kaum Quraisy. Terbayang olehnya, bencana-bencana yang mungkin akan ditemuinya jika dia mengungkapkan keyakinannya.

Adapun sebagai pelarian dari kegelisahan hatinya, Abu Bakar seringkali secara diam-diam menemui tiga manusia suci pada masa itu: Qus bin Saidah al-Iyyadi, Zaid bin Amr bin Nufail, dan Waraqah bin Naufal. Mereka adalah penganut agama Ibrahim yang telah meninggalkan keramaian dunia dan hidup menyepi.

Dari Zaid bin Amr bin Nufail dia mendapatkan sebuah pertanyaan, “Manakah yang benar, apakah Tuhan yang satu, atau tuhan yang beribu-ribu? Apakah dapat dikatakan agama jika urusan terpecah semena-mena?”

Pertanyaan itu bertahan lama, hinggap di dalam pikirannya, dan karenanya Abu Bakar menderita. Dia begitu ingin mencari tahu kebenaran.

Abu Bakar berkata di dalam hati, “Demi Tuhan Ibrahim, inilah sebenarnya yang hak! Tetapi bagaimana caranya? Serta bilakah masanya kita akan beroleh keyakinan terhadap-Nya?”



Adapun mengenai Qus bin Saidah al-Iyyadi, peristiwa pertemuan Abu Bakar dengan dirinya diriwayatkan oleh Abu Bakar sendiri setelah dia masuk Islam. Pada suatu hari Rasulullah SAW sedang bersama para sahabatnya, beliau membuka beberapa lembar kenangan pada masa mudanya.

Rasulullah bersabda, “Aku tak lupa kepada Qus bin Saidah yang ketika itu sedang mengendarai seekor unta berwarna keabu-abuan di Pasar Ukaz. Dia mengucapkan pidato yang sudah tidak kuingat lagi.”

Kemudian Abu Bakar berkata, “Aku masih mengingatnya wahai Rasulullah! Aku juga hadir di Pasar Ukaz pada hari itu. Di atas untanya yang keabu-abuan itu, Qus berpidato sebagai berikut:

‘Hai manusia! Dengar dan perhatikanlah, serta ambillah manfaat dari pendengaranmu itu! Sesungguhnya setiap orang yang hidup itu akan mati, dan setiap orang yang mati akan lenyap dan pergi. Segala yang datang itu pasti akan berlalu.

‘Sesungguhnya di langit itu ada berita, dan di muka bumi itu ada pelajaran bagi kita. Begitu pun pada hamparan-hamparan yang dibentangkan, atap-atap yang ditinggikan, bintang-bintang yang beredar, lautan yang airnya tak pernah kering, malam yang sunyi senyap, dan langit-langit yang memiliki rasi-rasi.

‘Aku bersumpah, bahwa Allah memiliki suatu agama yang lebih disukai-Nya ketimbang agama yang sedang kalian anut sekarang ini!

‘Mengapa orang-orang itu pergi dan tak kembali? Apakah mereka senang tinggal di sana lalu menetap? Ataukah mereka itu dibiarkan lalu tertidur pulas?’.”

Abu Bakar kemudian mengucapkan syair gubahan Qus bin Saidah:

Tatkala aku lihat maut itu mengalir tiada hentinya
Menuju muara padahal tak ada hulu dan sumbernya
Aku lihat orang-orang berdatangan ke sana
Tak pandang bulu, baik besar mau pun kecil
Yakinlah aku bahwa aku pun pasti dan tak dapat tidak
Suatu saat akan mengikuti jejak mereka pula
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1199 seconds (0.1#10.140)