Ini Si Pemalu yang Dicintai Allah Ta'ala
loading...
A
A
A
Banyak riwayat hadis tentang fadhail amal yang menjelaskan tentang amalan yang paling dicintai Allah. Namun para ulama hadis berkata bahwa jawaban Rasulullah dalam hadis-hadis tersebut disesuaikan dengan sang penanya.
Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid dalam "Ibadah Yang Paling Dicintai Allah" menyebut ada belasan ibadah yang sangat dicintai Allah. Dari yang belasan itu, di antaranya adalah sikap malu dan menutupi.
Malu dalam bahasa Indonesia artinya merasa sangat tidak enak hati karena berbuat sesuatu yang kurang baik atau segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat, agak takut, dan sebagainya. Dalam agama Islam malu adalah bagian dari agama, orang yang memiliki rasa malu pasti akan menuai banyak kebaikan. ( )
Allah subhanahu wa ta’ala menyukai sikap malu dan menutupi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( إن الله عز وجل حليم حيي ستير يحب الحياء والستر فإذا اغتسل أحدكم فليستتر )) [أخرجه النسائي].
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala Maha Santun, Malu, lagi menutupi, menyukai sikap malu dan menutupi. Apabila salah seorang darimu mandi maka hendaklah ia menutupi.” (HR An-Nasa`i)
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( الإيمان بضع وسبعون شعبة والحياء شعبة من الإيمان )) [أخرجه مسلم].
“Iman terbagi lebih dari tujuh puluh cabang, dan sikap malu satu cabang dari iman.” (HR Muslim)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih pemalu dari pada wanita perawan dalam pingitannya.
Asma' menjelaskan haya` (malu) secara bahasa (etimologi) berasa dari kata hayah (hidup). Dan istihyar rajul (seseorang merasa malu): karena kekuatan rasa malu padanya, karena ia sangat mengetahui posisi memalukan, maka haya` dari kekuatan perasaan dan kelembutannya serta kekuatan hidup. Dan menurut kadar hidupnya hati ada padanya kekuatan akhlak malu.
Malu pada manusia terdiri dari tiga macam:
Pertama, malu kepada Allah. Jika seseorang malu kepada Allah, ia akan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Rasulullah bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( استحيوا من الله حق الحياء قال: قلنا: يا رسول الله إنا نستحيي والحمد لله! قال: ليس ذاك ولكن الاستحياء من الله حق الحياء أن تحفظ الرأس وما وعى والبطن وما حوى ولتذكر الموت والبلى ومن أراد الآخرة ترك زينة الدنيا فمن فعل ذلك فقد استحيا من الله حق الحياء )) [أخرجه الترمذي].
“Malulah kalian kepada Allah dengan sungguh-sungguh rasa malu. Kemudian nabi ditanya, “Bagaimana caranya malu kepada Allah?” Dijawab, “Siapa yang menjaga kepala dan isinya, perut dan makanannya, meninggalkan kesenangan dunia, dan mengingat mati, maka dia sungguh telah memiliki rasa malu kepada Allah Ta'ala.”
Malu seperti inilah yang akan melahirkan buah keimanan dan ketakwaan. Menurut Asma', malu ini bersumber dari kekuatan agama dan kebenaran keyakinan.
Kedua, malu kepada manusia. Sikap malunya dari manusia itu maka dengan tidak mengganggu dan tidak terang terangan melakukan keburukan. Jenis malu ini termasuk kesempurnaan muru'ah dan berhati-hati dari celaan.
Jika seseorang memiliki rasa malu kepada manusia, maka ia akan menjaga pandangan yang tidak halal untuk dilihat.
Seorang ahli hikmah pernah ditanya tentang orang fasik. Beliau menjawab, “Yaitu orang yang tidak menjaga pandangannya, suka mengintip aurat tetangganya dari balik pintu rumahnya.”
Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid dalam "Ibadah Yang Paling Dicintai Allah" menyebut ada belasan ibadah yang sangat dicintai Allah. Dari yang belasan itu, di antaranya adalah sikap malu dan menutupi.
Malu dalam bahasa Indonesia artinya merasa sangat tidak enak hati karena berbuat sesuatu yang kurang baik atau segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat, agak takut, dan sebagainya. Dalam agama Islam malu adalah bagian dari agama, orang yang memiliki rasa malu pasti akan menuai banyak kebaikan. ( )
Allah subhanahu wa ta’ala menyukai sikap malu dan menutupi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( إن الله عز وجل حليم حيي ستير يحب الحياء والستر فإذا اغتسل أحدكم فليستتر )) [أخرجه النسائي].
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala Maha Santun, Malu, lagi menutupi, menyukai sikap malu dan menutupi. Apabila salah seorang darimu mandi maka hendaklah ia menutupi.” (HR An-Nasa`i)
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( الإيمان بضع وسبعون شعبة والحياء شعبة من الإيمان )) [أخرجه مسلم].
“Iman terbagi lebih dari tujuh puluh cabang, dan sikap malu satu cabang dari iman.” (HR Muslim)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih pemalu dari pada wanita perawan dalam pingitannya.
Asma' menjelaskan haya` (malu) secara bahasa (etimologi) berasa dari kata hayah (hidup). Dan istihyar rajul (seseorang merasa malu): karena kekuatan rasa malu padanya, karena ia sangat mengetahui posisi memalukan, maka haya` dari kekuatan perasaan dan kelembutannya serta kekuatan hidup. Dan menurut kadar hidupnya hati ada padanya kekuatan akhlak malu.
Malu pada manusia terdiri dari tiga macam:
Pertama, malu kepada Allah. Jika seseorang malu kepada Allah, ia akan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Rasulullah bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( استحيوا من الله حق الحياء قال: قلنا: يا رسول الله إنا نستحيي والحمد لله! قال: ليس ذاك ولكن الاستحياء من الله حق الحياء أن تحفظ الرأس وما وعى والبطن وما حوى ولتذكر الموت والبلى ومن أراد الآخرة ترك زينة الدنيا فمن فعل ذلك فقد استحيا من الله حق الحياء )) [أخرجه الترمذي].
“Malulah kalian kepada Allah dengan sungguh-sungguh rasa malu. Kemudian nabi ditanya, “Bagaimana caranya malu kepada Allah?” Dijawab, “Siapa yang menjaga kepala dan isinya, perut dan makanannya, meninggalkan kesenangan dunia, dan mengingat mati, maka dia sungguh telah memiliki rasa malu kepada Allah Ta'ala.”
Malu seperti inilah yang akan melahirkan buah keimanan dan ketakwaan. Menurut Asma', malu ini bersumber dari kekuatan agama dan kebenaran keyakinan.
Kedua, malu kepada manusia. Sikap malunya dari manusia itu maka dengan tidak mengganggu dan tidak terang terangan melakukan keburukan. Jenis malu ini termasuk kesempurnaan muru'ah dan berhati-hati dari celaan.
Jika seseorang memiliki rasa malu kepada manusia, maka ia akan menjaga pandangan yang tidak halal untuk dilihat.
Seorang ahli hikmah pernah ditanya tentang orang fasik. Beliau menjawab, “Yaitu orang yang tidak menjaga pandangannya, suka mengintip aurat tetangganya dari balik pintu rumahnya.”