An-Nadhr: Belajar Sejarah ke Irak Demi Taklukkan Nabi

Senin, 15 Juni 2020 - 14:57 WIB
loading...
A A A
Belajar ke Irak
Setelah kegagalannya menjatuhkan pamor Nabi dengan menyuguhkan pertanyaan titipan para Yahudi , An-Nadhr bin Harits tetap berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk melawan Al-Qur‘an adalah dengan menyuguhkan cerita dan legenda-legenda. Sebab menurutnya, apa yang dibicarakan oleh Rasulullah (yakni Al-Qur'an) tidaklah lebih daripada cerita dan legenda belaka. Sehingga harus dilawan dengan yang semisal (apple to apple).

Lihatlah, cerita kehancuran kaum terdahulu akibat menolak dakwah para Nabi yang seharusnya menjadi i'tibar, berubah menjadi hanya sekadar karya sastra kuno di telinga An-Nadhr.

Hal ini telah mendorong An-Nadhr untuk berangkat ke Kota Al-Hirah. Sebuah kota kuno yang dahulu menjadi kota terbesar di Irak yang terletak sebelah barat Sungai Eufrat.



Hirah terletak di perbatasan antara gurun Arab dengan wilayah kekuasaan Imperium Persia. Kota Hirah adalah ibukota Kerajaan Hirah yang didiami oleh suku-suku Arab nomaden (Baduwi) seperti Bani Lakhm, Bani Tamim, Bani Tanukh, dan Bani Ghassan.

Bani Lakhm adalah pemegang kekuasaan politik di Kerajaan Hirah. Agama resminya adalah Kristen Nestorian. Tak lama sejak didirikan pada Abad IV masehi, Kerajaan Hirah telah menjadi kerajaan bawahan Imperium Sassanid Persia.
Kerajaan Hirah dimanfaatkan oleh Persia sebagai proxy (boneka) melawan Byzantium (Romawi Timur) yang juga menggunakan Kerajaan Arab Suriah sebagai proxy-nya. Saat ini Kota Hirah tinggal reruntuhannya saja. Terletak sekitar 7 Km dari Kota Najaf, Provinsi Najaf, Irak.

Pada saat An-Nadhr datang ke Hirah, kekuasaan Bani Lakhm atas Hirah telah dipreteli oleh Persia. Beberapa tahun sebelumnya, yakni tahun 602 M, raja arab terakhir Hirah An-Nu'man bin Munzhir digulingkan secara paksa oleh Kisra II. Kisra inilah yang kelak sepuluh tahun lagi akan merobek-robek surat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. ( )

Sebagai sebuah kota yang menjadi arena perkawinan budaya Arab dan Persia, Hirah merupakan tujuan yang cocok bagi An-Nadhr untuk mempelajari budaya Persia. Terutama untuk mempelajarai legenda-legenda asal Persia.



Bagi masyarakat Arab saat itu, Persia adalah sebuah imperium yang luar biasa mengagumkan jika dibandingkan dengan kehidupan kolot mereka di pedalaman gurun pasir. Maka bagi orang Arab, legenda raja-raja Persia adalah cerita yang sangat menakjubkan.

Inilah yang membuat An-Nadhr datang ke Hirah dan mempelajari legenda-legenda Sassanid. Menurut Ibnu Ishaq, An-Nadhr pergi ke Hirah untuk mempelajari legenda raja-raja Persia seperti Rustum dan Asfandayar.



Sepulangnya dari Al-Hirah, An-Nadr melancarkan aksinya mengganggu dakwah Rasulullah. Setiap kali Rasulullah membuat sebuah majelis untuk menyampaikan dakwahnya, An-Nadhr ikut-ikutan membuat sebuah majlis tak jauh dari majelis Rasulullah dengan tujuan agar masyarakat tidak tertarik kepada majelis Rasulullah.

Ia selalu berseru; Demi Allah Muhammad tidak lebih baik pembicaraannya daripada aku." Ia mulai menceritakan legenda raja-raja Persia kepada audiensnya. Setelah selesai bercerita ia akan berkata: "Dengan apa Muhammad bisa menjadi lebih baik pembicaraannya daripada aku?"



Minta Diazab
Upaya-upaya An-Nadhr terus mengalami kegagalan. Ia merasa malu dan marah. Itu sebabnya makin dahsyat pula kedengkian serta kekufurannya terhadap Nabi Muhammad. Lantas An-Nadhr mengumpulkan orang lebih banyak dan lebih besar lagi. Tentu, diundang pula Nabi Muhammad pada acaranya itu.

Boleh jadi ini adalah puncak penentangan dan kebencian Nadhr bin Harits terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan risalah yang diemban. Ia berani menantang Allah subhanahu wa ta‘ala demi memuaskan hasratnya menjatuhkan Nabi di depan penduduk Makkah.

Bahwa jika memang benar Muhammad adalah utusan Allah subhanahu wa ta‘ala, dia meminta Allah untuk menurunkan azab sebab dia mengingkari kerasulan Muhammad SAW.

Baca juga
: Umar bin Khattab: Si Kidal Penggembala Unta dengan Ayah yang Pemarah

Dia meminta Allah untuk menurunkan hujan batu saat itu juga. An-Nadhr bin Harits ingin mempengaruhi logika berpikir masyarakat Makkah, kalau tidak ada sesuatu yang terjadi pada dirinya yang menolak beriman pada Rasulullah, maka tentu masyarakat seharusnya menganggap bahwa apa yang disampaikan Nabi Muhammad adalah dusta. Tantangan ini diabadikan di dalam Al-Qur‘an sekaligus menjadi asbabun nuzul turunnya ayat berikut ini:

وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَٰذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2186 seconds (0.1#10.140)