Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Ramadhan
loading...
A
A
A
Ustaz Hendy Irawan Saleh STh.I ME
Pengasuh Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an Bandung
Sebagian umat Islam sangat menanti-nanti kedatangan bulan Ramadhan. Ini karena Ramadhan memiliki kemuliaan dan keutamaan spesial dibanding bulan lain. Tak sedikit ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan tentang kemuliaan bulan suci Ramadhan.
Salah satu yang sangat masyhur di kalangan umat Islam, terutama di Indonesia, adalah hadis yang mengatakan bahwa 30 hari bulan Ramadhan terbagi atas tiga hal. Hari-hari pertama di bulan Ramadhan adalah rahmat. Hari-hari pertengahan Ramadhan adalah ampunan.
Hari-hari akhir Ramadhan adalah pembebasan dari api neraka. Adapun redaksi hadis tersebut sebagai berikut:
وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ
Artinya: "Ramadhan adalah bulan yang awalnya rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka."
Dengan adanya hadis ini, umat Islam tentu sangat termotivasi untuk melakukan sebanyak-banyaknya amal baik. Umat Islam sangat mengharapkan rahmat Allah di sepertiga pertama bulan Ramadhan, ampunan di sepertiga kedua di bulan Ramadhan, dan pembebasan api neraka di sepertiga terakhir di bulan Ramadhan. Namun, ulama memperdebatkan hadis tersebut: apakah hadis itu shahih atau tidak?
Tak banyak orang tahu bahwa itu adalah hadis yang bermasalah. Kiyai Mustafa Ali Yaqub, ulama hadis Indonesia yang juga pernah menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal, mengatakan dalam bukunya yang berjudul "Hadis-hadis Palsu Ramadhan" bahwa hadis tersebut bermasalah.
Ia mengatakan bahwa hadis tersebut bermasalah karena terdapat seorang perawi bernama Ali bin Zaid bin Jud’an yang dianggap dha'if oleh ulama hadis. Lalu, apakah umat Islam tidak lagi bersemangat dalam melakukan amal baik di bulan Ramadhan? Itu tidaklah benar.
Ini karena sebagian ulama Hadis membolehkan umat Islam mengamalkan hadis dha'if dengan beberapa ketentuan. Jika ketentuan itu terpenuhi, maka umat Islam bisa mengamalkannya.
Ulama kaliber dalam bidang hadis, Imam Ibnu Hajar mengatakan bahwa umat Islam bisa beramal menggunakan hadis dha'if dengan setidaknya lima ketentuan:
1. Status dha'if hadis tersebut tidak parah.
2. Penggunaan hadis dalam lingkup keutamaan amal (fadha'ilul a'mal) atau targhib dan tahrib, bukan berkaitan tentang akidah atau hukum.
3. Tidak boleh meyakini bahwa itu adalah Hadis.
4. Ada hadis lain yang lebih otoritatif dan redaksinya lebih umum dari hadis dha'if tersebut
5. Jika disampaikan, wajib menjelaskan status dha'if hadis tersebut.
Hadis tentang keutamaan di 10 hari pertama bulan Ramadhan sekiranya masih dapat diamalkan oleh umat Islam karena memenuhi kriteria yang diberikan oleh Imam Ibnu Hajar. Selain itu, banyak dalil-dalil, baik Al-Qur'an maupun hadis yang memerintahkan umat Islam untuk berbuat baik di bulan Ramadhan.
Pengasuh Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an Bandung
Sebagian umat Islam sangat menanti-nanti kedatangan bulan Ramadhan. Ini karena Ramadhan memiliki kemuliaan dan keutamaan spesial dibanding bulan lain. Tak sedikit ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan tentang kemuliaan bulan suci Ramadhan.
Salah satu yang sangat masyhur di kalangan umat Islam, terutama di Indonesia, adalah hadis yang mengatakan bahwa 30 hari bulan Ramadhan terbagi atas tiga hal. Hari-hari pertama di bulan Ramadhan adalah rahmat. Hari-hari pertengahan Ramadhan adalah ampunan.
Baca Juga
Hari-hari akhir Ramadhan adalah pembebasan dari api neraka. Adapun redaksi hadis tersebut sebagai berikut:
وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ
Artinya: "Ramadhan adalah bulan yang awalnya rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka."
Dengan adanya hadis ini, umat Islam tentu sangat termotivasi untuk melakukan sebanyak-banyaknya amal baik. Umat Islam sangat mengharapkan rahmat Allah di sepertiga pertama bulan Ramadhan, ampunan di sepertiga kedua di bulan Ramadhan, dan pembebasan api neraka di sepertiga terakhir di bulan Ramadhan. Namun, ulama memperdebatkan hadis tersebut: apakah hadis itu shahih atau tidak?
Tak banyak orang tahu bahwa itu adalah hadis yang bermasalah. Kiyai Mustafa Ali Yaqub, ulama hadis Indonesia yang juga pernah menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal, mengatakan dalam bukunya yang berjudul "Hadis-hadis Palsu Ramadhan" bahwa hadis tersebut bermasalah.
Ia mengatakan bahwa hadis tersebut bermasalah karena terdapat seorang perawi bernama Ali bin Zaid bin Jud’an yang dianggap dha'if oleh ulama hadis. Lalu, apakah umat Islam tidak lagi bersemangat dalam melakukan amal baik di bulan Ramadhan? Itu tidaklah benar.
Ini karena sebagian ulama Hadis membolehkan umat Islam mengamalkan hadis dha'if dengan beberapa ketentuan. Jika ketentuan itu terpenuhi, maka umat Islam bisa mengamalkannya.
Ulama kaliber dalam bidang hadis, Imam Ibnu Hajar mengatakan bahwa umat Islam bisa beramal menggunakan hadis dha'if dengan setidaknya lima ketentuan:
1. Status dha'if hadis tersebut tidak parah.
2. Penggunaan hadis dalam lingkup keutamaan amal (fadha'ilul a'mal) atau targhib dan tahrib, bukan berkaitan tentang akidah atau hukum.
3. Tidak boleh meyakini bahwa itu adalah Hadis.
4. Ada hadis lain yang lebih otoritatif dan redaksinya lebih umum dari hadis dha'if tersebut
5. Jika disampaikan, wajib menjelaskan status dha'if hadis tersebut.
Hadis tentang keutamaan di 10 hari pertama bulan Ramadhan sekiranya masih dapat diamalkan oleh umat Islam karena memenuhi kriteria yang diberikan oleh Imam Ibnu Hajar. Selain itu, banyak dalil-dalil, baik Al-Qur'an maupun hadis yang memerintahkan umat Islam untuk berbuat baik di bulan Ramadhan.
(rhs)