Kisah Pilu di Akhir Syawal, Rasulullah SAW Berduka Ketika Putranya Ibrahim Wafat

Sabtu, 21 Mei 2022 - 17:46 WIB
loading...
A A A
Dalam satu hadis dijelaskan,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

Artinya, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah sholat dan bersedekahlah.” (HR Bukhari)



Syekh Ali Muhammad al-Qari dalam Mirqâtul Mafâtîḫ menjelaskan hadis di atas menjelaskan bahwa baik gerhana matahari atau pun gerhana bulan adalah murni fenomena alam yang menjadi tanda kekuasaan Allah, tidak ada kaitannya dengan kelahiran atau kematian seseorang.

Saat peristiwa tersebut terjadi, umat Muslim dianjurkan untuk beribadah dengan sholat gerhana, berdoa, dan memperbanyak sedekah.

Alasan umat Islam dianjurkan untuk berdoa pada saat terjadi gerhana adalah karena ketika terjadi sesuatu yang di luar kebiasaan (dalam hal ini gerhana) maka biasanya manusia akan lebih fokus mengingat Allah dan tidak sibuk memikirkan dunia. Dengan begitu doa mereka akan lebih mudah dikabulkan.

Semua putra-putra Nabi Muhammad wafat saat masih balita. Artinya, mereka semua meninggal sebelum Nabi wafat. Muhammad Faraj dalam bukunya berjudul "Al-‘Abqariyyatul ‘Askariyyah" berpendapat hikmah di balik ketetapan Allah ini adalah supaya setelah Rasulllah wafat, tidak ada orang dari keturunan beliau yang “dikultuskan” sebagai pewaris kenabian, dan hal ini sangat mungkin akan dialami putra-putra Nabi jika mereka masih hidup. Sementara sudah jelas bahwa Rasulullah adalah Nabi terakhir.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1396 seconds (0.1#10.140)