Sejarah dan Asal Usul Hari Tasyrik

Rabu, 13 Juli 2022 - 16:44 WIB
loading...
A A A
Ibadah di Hari Tasyrik
Selain makan dan minum sesuai hadis Rasulullah SAW, ada juga perintah langsung untuk memperbanyak mengingat Allah SWT di Al-Qur'an.

Dan berzikirlah kepada Allah pada hari yang telah ditentukan jumlahnya. Barangsiapa mempercepat (meninggalkan Mina) setelah dua hari, maka tidak ada dosa baginya. Dan barangsiapa mengakhirkannya tidak ada dosa (pula) baginya, (yakni) bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kamu akan dikumpulkan-Nya. (QS Al-Baqarah 203).

Menurut ulama, “hari yang telah ditentukan jumlahnya” ini adalah hari-hari tasyrik.

Bentuk mengingat Allah SWT di hari-hari tasyrik yang dimaksud adalah dengan memperbanyak takbir, banyak berdoa, dan zikir.

Allah SWT berfirman:

Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka berzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu, bahkan berzikirlah lebih dari itu. Maka di antara manusia ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,” dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun.

Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”

Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka kerjakan, dan Allah Maha Cepat perhitungan-Nya.” ( QS Al-Baqarah : 200 – 202).

Dalam kitab yang berjudul Lathaif Al-Ma’arif yang ditulis oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali, dijelaskan mengenai sebuah riwayat dari Kinanah Al Quraisy, bahwa ia mendengar Abu Musa Al Asy’ari ra berkhutbah di hari Idul Adha dan berkata:

“Pada tiga hari setelah Hari Idul Adha, itulah yang disebut Allah sebagai ayyamul ma’dudat (hari-hari yang terbilang, sesuai di QS Al-Baqarah: 203). Doa yang dipanjatkan di hari-hari tersebut tidak akan tertolak, maka berdoalah kamu semua dengan berharap kepada-Nya.”

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2113 seconds (0.1#10.140)