Kisah Juraij: Laki-Laki Ahli Ibadah dan Bayi yang Bisa Berbicara
loading...
A
A
A
ADA beberapa riwayat tentang kisah Juraij. Hanya saja, semua meriwayatkan bahwa di kalangan Bani Israil, dia dikenal sebagai pemuda yang saleh dan ahli ibadah . Pada awalnya, Juraij adalah pedagang. Semua bisnisnya itu ia tinggalkan. Ia memilih menempuh jalan sufi . (
)
Juraij membangun kuil untuk beribadah kepada Allah. Dia ber- uzlah dari manusia. Di kuil yang dibangun di sebuah bukit, jauh dari perkampungan, ia menyepi dari keramaian dan hiruk pikuk dunia. Kegiatannya sehari-hari hanya beribadah.
Juraij mempunyai seorang ibu yang salehah . Pada suatu ketika sang ibu datang ke kuil untuk mengunjungi anaknya. Ia rindu pada buah hatinya. Sang Bunda ingin sekadar berbincang dengan Juraij. Namun, pada saat sang bunda datang Juraij sedang salat. ( )
Sang Bunda menatap kuil yang ada di ketinggian. Dari atas bukit sinar matahari menghalangi pandatangannya. Ia meletakkan telapak tangannya di atas alis matanya lalu mendongakkan kepalanya, untuk melihat kondisi sekitar kuil. Dia berharap bisa melihat anaknya. Dengan suara keras sang bunda memanggil Juraij. “Wahai Juraij, aku ibumu, kemarilah dan berbicaralah denganku”.
Sayup-sayup Juraij mendengar suara ibunya. Ia menghadapi dilema. Memilih tetap salat yang berarti membiarkan sang ibu atau membatalkan salatnya dan memenuhi panggilan bunda. “Ya Allah, ibuku dan salatku,” pikirnya. Dan ia memilih meneruskan salatnya.
Semestinya, Juraij meninggalkan salatnya dan menjawab panggilan ibunya, karena menjawab ibu lebih baik daripada salat sunnah. Dia bisa meringankan salatnya dan bersegera menemui ibunya. Akan tetapi, Juraij lebih mementingkan salat daripada ibunya.
Sang bunda pun pulang dengan hati masygul. Esok harinya ibunya mengulangi panggilannya, namun hal yang sama terjadi. Begitu pula di hari ketiga. Nasibnya, tidaklah lebih baik daripada nasibnya di kali pertama. “Wahai Juraij, aku ibumu. Kemarilah dan berbicaralah denganku,” teriaknya dari bawah bukit.
Sang ibu dengan setengah putus asa berdoa, “Ya Allah, ini adalah Juraij,” rintihnya. “Dia adalah anakku. Aku mengajaknya berbicara, tetapi dia menolak,” lajutnya.
“Ya Allah,” sang bunda kembali memohon. “Jangan Engkau matikan dia sebelum Engkau memperlihatkan kepadanya wanita pezina," tutup sang ibu seperti melaknatnya.
Rasulullah SAW bersabda, "Seandainya dia berdoa agar Juraij terfitnah, niscaya dia akan terfitnah." Jika Allah menghendaki sesuatu, maka ia terjadi dan memudahkan sebab-sebabnya.
Godaan Pelacur
Pada suatu ketika, seorang pelacur datang ke kuil Juraij. Pelacur ini amatlah menawan. Di kalangan Bani Israil pelacur ini sebagai ikon kecantikan dan kemolekan. Ini kali ia bertugas menggoda sang ahli ibadah.
Perempuan ini pun merasa tertantang untuk menaklukkan Juraij. Ia meremehkan kesalehan dan ketakwaan lelaki Bani Israil ini. Maklum saja, selama ini tak ada lelaki yang bisa tahan menghadapi godaannya. Perempuan ini begitu percaya diri dengan kecantikan yang ia miliki. Ia pun berpikir, Juraij pasti akan bertekuk lutut kepadanya, sebagaimana laki-laki pada umumnya yang tergila-gila padanya.
Orang-orang yang terjerumus ke dalam lumpur kenistaan mengira bahwa semua manusia adalah seperti yang mereka kenal.
Mereka tidak menyangka bahwa di antara manusia terdapat hamba Allah yang menjauhi kenikmatan dunia. Padahal orang seperti itu ada di dunia ini. Di antara mereka adalah Nabiyullah Yusuf yang menjadi teladan di bidang ini dan Al-Qur'an telah menyampaikan kisahnya.
Juraij membangun kuil untuk beribadah kepada Allah. Dia ber- uzlah dari manusia. Di kuil yang dibangun di sebuah bukit, jauh dari perkampungan, ia menyepi dari keramaian dan hiruk pikuk dunia. Kegiatannya sehari-hari hanya beribadah.
Juraij mempunyai seorang ibu yang salehah . Pada suatu ketika sang ibu datang ke kuil untuk mengunjungi anaknya. Ia rindu pada buah hatinya. Sang Bunda ingin sekadar berbincang dengan Juraij. Namun, pada saat sang bunda datang Juraij sedang salat. ( )
Sang Bunda menatap kuil yang ada di ketinggian. Dari atas bukit sinar matahari menghalangi pandatangannya. Ia meletakkan telapak tangannya di atas alis matanya lalu mendongakkan kepalanya, untuk melihat kondisi sekitar kuil. Dia berharap bisa melihat anaknya. Dengan suara keras sang bunda memanggil Juraij. “Wahai Juraij, aku ibumu, kemarilah dan berbicaralah denganku”.
Sayup-sayup Juraij mendengar suara ibunya. Ia menghadapi dilema. Memilih tetap salat yang berarti membiarkan sang ibu atau membatalkan salatnya dan memenuhi panggilan bunda. “Ya Allah, ibuku dan salatku,” pikirnya. Dan ia memilih meneruskan salatnya.
Semestinya, Juraij meninggalkan salatnya dan menjawab panggilan ibunya, karena menjawab ibu lebih baik daripada salat sunnah. Dia bisa meringankan salatnya dan bersegera menemui ibunya. Akan tetapi, Juraij lebih mementingkan salat daripada ibunya.
Sang bunda pun pulang dengan hati masygul. Esok harinya ibunya mengulangi panggilannya, namun hal yang sama terjadi. Begitu pula di hari ketiga. Nasibnya, tidaklah lebih baik daripada nasibnya di kali pertama. “Wahai Juraij, aku ibumu. Kemarilah dan berbicaralah denganku,” teriaknya dari bawah bukit.
Sang ibu dengan setengah putus asa berdoa, “Ya Allah, ini adalah Juraij,” rintihnya. “Dia adalah anakku. Aku mengajaknya berbicara, tetapi dia menolak,” lajutnya.
“Ya Allah,” sang bunda kembali memohon. “Jangan Engkau matikan dia sebelum Engkau memperlihatkan kepadanya wanita pezina," tutup sang ibu seperti melaknatnya.
Rasulullah SAW bersabda, "Seandainya dia berdoa agar Juraij terfitnah, niscaya dia akan terfitnah." Jika Allah menghendaki sesuatu, maka ia terjadi dan memudahkan sebab-sebabnya.
Godaan Pelacur
Pada suatu ketika, seorang pelacur datang ke kuil Juraij. Pelacur ini amatlah menawan. Di kalangan Bani Israil pelacur ini sebagai ikon kecantikan dan kemolekan. Ini kali ia bertugas menggoda sang ahli ibadah.
Perempuan ini pun merasa tertantang untuk menaklukkan Juraij. Ia meremehkan kesalehan dan ketakwaan lelaki Bani Israil ini. Maklum saja, selama ini tak ada lelaki yang bisa tahan menghadapi godaannya. Perempuan ini begitu percaya diri dengan kecantikan yang ia miliki. Ia pun berpikir, Juraij pasti akan bertekuk lutut kepadanya, sebagaimana laki-laki pada umumnya yang tergila-gila padanya.
Orang-orang yang terjerumus ke dalam lumpur kenistaan mengira bahwa semua manusia adalah seperti yang mereka kenal.
Mereka tidak menyangka bahwa di antara manusia terdapat hamba Allah yang menjauhi kenikmatan dunia. Padahal orang seperti itu ada di dunia ini. Di antara mereka adalah Nabiyullah Yusuf yang menjadi teladan di bidang ini dan Al-Qur'an telah menyampaikan kisahnya.