Kisah Juraij: Laki-Laki Ahli Ibadah dan Bayi yang Bisa Berbicara

Selasa, 30 Juni 2020 - 05:00 WIB
loading...
Kisah Juraij: Laki-Laki Ahli Ibadah dan Bayi yang Bisa Berbicara
Bayi itu berbicara dengan suara yang terdengar, ucapan yang jelas dan dipahami. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
ADA beberapa riwayat tentang kisah Juraij. Hanya saja, semua meriwayatkan bahwa di kalangan Bani Israil, dia dikenal sebagai pemuda yang saleh dan ahli ibadah . Pada awalnya, Juraij adalah pedagang. Semua bisnisnya itu ia tinggalkan. Ia memilih menempuh jalan sufi . ( )

Juraij membangun kuil untuk beribadah kepada Allah. Dia ber- uzlah dari manusia. Di kuil yang dibangun di sebuah bukit, jauh dari perkampungan, ia menyepi dari keramaian dan hiruk pikuk dunia. Kegiatannya sehari-hari hanya beribadah.

Juraij mempunyai seorang ibu yang salehah . Pada suatu ketika sang ibu datang ke kuil untuk mengunjungi anaknya. Ia rindu pada buah hatinya. Sang Bunda ingin sekadar berbincang dengan Juraij. Namun, pada saat sang bunda datang Juraij sedang salat. ( )

Sang Bunda menatap kuil yang ada di ketinggian. Dari atas bukit sinar matahari menghalangi pandatangannya. Ia meletakkan telapak tangannya di atas alis matanya lalu mendongakkan kepalanya, untuk melihat kondisi sekitar kuil. Dia berharap bisa melihat anaknya. Dengan suara keras sang bunda memanggil Juraij. “Wahai Juraij, aku ibumu, kemarilah dan berbicaralah denganku”.

Sayup-sayup Juraij mendengar suara ibunya. Ia menghadapi dilema. Memilih tetap salat yang berarti membiarkan sang ibu atau membatalkan salatnya dan memenuhi panggilan bunda. “Ya Allah, ibuku dan salatku,” pikirnya. Dan ia memilih meneruskan salatnya.



Semestinya, Juraij meninggalkan salatnya dan menjawab panggilan ibunya, karena menjawab ibu lebih baik daripada salat sunnah. Dia bisa meringankan salatnya dan bersegera menemui ibunya. Akan tetapi, Juraij lebih mementingkan salat daripada ibunya.

Sang bunda pun pulang dengan hati masygul. Esok harinya ibunya mengulangi panggilannya, namun hal yang sama terjadi. Begitu pula di hari ketiga. Nasibnya, tidaklah lebih baik daripada nasibnya di kali pertama. “Wahai Juraij, aku ibumu. Kemarilah dan berbicaralah denganku,” teriaknya dari bawah bukit.



Sang ibu dengan setengah putus asa berdoa, “Ya Allah, ini adalah Juraij,” rintihnya. “Dia adalah anakku. Aku mengajaknya berbicara, tetapi dia menolak,” lajutnya.

“Ya Allah,” sang bunda kembali memohon. “Jangan Engkau matikan dia sebelum Engkau memperlihatkan kepadanya wanita pezina," tutup sang ibu seperti melaknatnya.



Rasulullah SAW bersabda, "Seandainya dia berdoa agar Juraij terfitnah, niscaya dia akan terfitnah." Jika Allah menghendaki sesuatu, maka ia terjadi dan memudahkan sebab-sebabnya.

Godaan Pelacur
Pada suatu ketika, seorang pelacur datang ke kuil Juraij. Pelacur ini amatlah menawan. Di kalangan Bani Israil pelacur ini sebagai ikon kecantikan dan kemolekan. Ini kali ia bertugas menggoda sang ahli ibadah.



Perempuan ini pun merasa tertantang untuk menaklukkan Juraij. Ia meremehkan kesalehan dan ketakwaan lelaki Bani Israil ini. Maklum saja, selama ini tak ada lelaki yang bisa tahan menghadapi godaannya. Perempuan ini begitu percaya diri dengan kecantikan yang ia miliki. Ia pun berpikir, Juraij pasti akan bertekuk lutut kepadanya, sebagaimana laki-laki pada umumnya yang tergila-gila padanya.



Orang-orang yang terjerumus ke dalam lumpur kenistaan mengira bahwa semua manusia adalah seperti yang mereka kenal.

Mereka tidak menyangka bahwa di antara manusia terdapat hamba Allah yang menjauhi kenikmatan dunia. Padahal orang seperti itu ada di dunia ini. Di antara mereka adalah Nabiyullah Yusuf yang menjadi teladan di bidang ini dan Al-Qur'an telah menyampaikan kisahnya.



Lalu ada Juraij. Perempuan pelacur ini gigih menggodanya, namun ia tidak tergoda dan terus khusyuk dalam ibadah dan salatnya. Seolah-olah dia tidak melihat dan menyaksikan perempuan rupawan itu.

Perempuan penggoda ini amat kecewa. Ia marah, kesal, campur aduk. Ia merasa kalah perang. Padahal ia telah berjanji kepada orang-orang yang membicarakan kebaikan Juraij bahwa dirinya bisa menjerumuskan Juraij dalam pelukannya. Sekarang, dia pulang tanpa hasil. Keinginannya gagal dan impiannya kandas.

Dia benar-benar tidak bisa menerima hal ini. Oleh karena itu, perempuan ini membuat makar besar terhadap Juraij. Di kuil tempat Juraij beribadah juga juga menginap seorang penggembala. Di kuil itu, si pelacur merayu penggembala tersebut. Mereka pun berbuat mesum. Singkat cerita, perempuan itu hamil.

Ketika bayi yang dikandungnya lahir, dia mengatakan kepada semua orang bahwa bayi itu sebagai hasil perbuatan Juraij, si ahli ibadah. Orang-orang kaget bukan kepalang. Mereka langsung memvonis bahwa selama ini Juraij orang yang munafik. Ia beribadah secara dusta, kebaikannya hanyalah sekadar pemanis yang palsu.

Mereka menganggap Juraij hanyalah serigala berbulu domba atau musang berbulu ayam untuk menipu orang-orang bodoh. Maka, mereka pun berbalik melawan ketika kesempatan tersebut tersedia.

Penduduk desa mendatangi Juraij dengan kemarahan yang memuncak di hati dan pembuluh darah mereka. Mereka meminta Juraij turun dan meninggalkan ibadah dusta yang ditampakkannya. Tetapi Juraij tidak menghiraukan panggilan mereka karena dia terus larut dalam ibadah dan salatnya.

Pada saat itu kapak-kapak dan sekop-sekop mereka bekerja menghancurkan kuil Juraij. Melihat itu Juraij pun turun untuk menemui mereka. Akibatnya, mereka meneriaki dan memukulinya. Ketika Juraij bertanya tentang alasan kemarahannya, mereka mengatakan perbuatan Juraij. Mereka meminta agar Juraij bertanya kepada perempuan yang membawa bayi masih merah itu.

Juraij tersenyum mendengar ucapan mereka. Dia benar dalam ibadahnya, jujur dalam istiqomahnya. Dia yakin tidak melakukan seperti tuduhan mereka. Tuduhan wanita hina itu hanyalah dusta yang terbuka. Juraij meminta kepada orang-orang yang marah agar
memberinya waktu untuk berwudhu dan salat. Selesai salat dia mendatangi bocah yang baru dilahirkan beberapa jam atau beberapa hari. Juraij menusuk perutnya sambil bertanya, sementara orang-orang terdiam, "Siapa bapakmu?"

Sebuah ayat Allah yang menunjukkan kepada-Nya dan kepada besarnya kodrat-Nya, bayi itu berbicara dengan suara yang terdengar, ucapan yang jelas dan dipahami. Bayi itu menjawab, "Bapakku adalah fulan penggembala kambing."



Orang-orang menyadari besarnya kejahatan mereka terhadap seorang hamba saleh. Mereka mengetahui bahwa Juraij tidak termasuk dalam deretan orang-orang yang mereka duga. Juraij bukan penjilat dan bukan penipu, dia benar dalam ibadah dan
kesalehannya, dan bahwa wanita inilah yang telah berdusta dengan menuduh Juraij. Mereka menyadari bahwa mereka telah terburu-buru mempercayai tuduhan itu, sebagaimana mereka telah gegabah memukuli Juraij dan merobohkan kuilnya. Orang-orang yang bertindak terburu-buru itu mencoba menebus kesalahan mereka pada Juraij. Mereka menawarkan kepadanya untuk membangun tempat ibadahnya dari emas atau perak, tetapi Juraij menolaknya. Dia ngotot supaya tempat ibadahnya dikembalikan seperti sedia kala.

Mereka melakukan. Begitu selesai Juraij masuk kembali untuk beribadah kepada Tuhannya. Allah telah menjawab doa ibu Juraij pada Juraij. Dia mewujudkan keinginannya, akan tetapi Dia menyelamatkannya dengan kesalehan dan ketakwaannya.



Kisah tentang Juraij dan bayi yang bisa berbicara ini direkam dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah . Hadis ini dalam Shahih Bukhari dalam Kitab Ahadisil Anbiya’, bab firman Allah, "Dan sebutlah Maryam dalam Al-Kitab." (QS. Maryam: 16), 6/476, no. 3436.

Lalu, Bukhari meriwayatkan dalam bab tanpa judul (6/511), no. 3466. Bukhari meriwayatkan secara muallaq dalam Kitabul Amal Fis Sholah, bab jika ibu memanggil anaknya di dalam salat, 3/78, no. 1206. Bukhari juga meriwayatkannya dalam Kitabul Madzalim, bab siapa yang menghancurkan tembok hendaknya dia membangun sepertinya, 5/126.

Sedangkan Muslim meriwayatkan dalam Kitabul Bir Was Shilah, bab mendahulukan Birrul Walidain di atas salat sunnah , 4/1976, no. 2550.

Terdapat dua pelajaran yang berharga pada dikabulkannya doa ibu Juraij dan selamatnya Juraij.

Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah menyebut pelajaran dan faedah dari hadis ini.

1. Keterangan tentang akibat durhaka kepada kedua orang tua, tidak berbuat baik kepada keduanya dan memenuhi perintah keduanya. Hal itu bisa menjadi sebab musibah yang menimpa seseorang sebagaimana terjadi pada Juraij ahli ibadah.

2. Allah menyelamatkan hamba karena keshalihan dan ketakwaannya, sebagaimana Dia menyelamatkan Juraij dan membebaskannya dari tuduhan yang dialamatkan kepadanya.

3.Kemampuan Allah membuat seseorang di mana orang sepertinya belum berbicara, sebagaimana Allah membuat bocah kecil itu berbicara untuk membebaskan Juraij.

4. Pada kaum Isa terdapat orang-orang saleh yang terpilih. Juraij adalah pengikut Isa dan pencipta rahbaniyah adalah orang-orang Nashrani.

5. Jika salah satu dari bapak ibu memanggil untuk kepentingan yang dibolehkan secara syara', maka seseorang yang sedang salat sunnah harus meninggalkan salatnya. Hadis di atas menunjukkan bahwa Juraij bersalah kepada Allah karena tidak menjawab panggilan ibunya.

6. Akibat dari ujian adalah kebaikan, jika seorang hamba bersabar dan bertakwa kepada Allah. Setelah Juraij tertimpa ujian, ia bertindak lebih baik di mata manusia dan di mata Tuhan manusia, daripada sebelumnya.

7. Seorang hamba saleh bisa memiliki keteguhan, keyakinan dan kepercayaan diri kepada Allah. Dengan itu dia mampu menghadapi persoalan-persoalan besar dengan keberanian dan ketangguhan sebagaimana yang dilakukan Juraij.

8. Hadis ini menetapkan karomah para wali.

9. Wudhu telah disyariatkan pada umat sebelum kita. Juraij salat setelah berwudhu lalu menusuk perut bayi.

10. Orang-orang saleh akan berlindung kepada salat jika mereka menghadapi musibah dan cobaan.

11. Para pengikut kenistaan berusaha membuat buram muka orang-orang shalih, sebagaimana wanita pelacur tersebut melakukannya kepada Juraij.

12. Tidak boleh tergesa-gesa mempercayai tuduhan tanpa bukti dan dalil, seperti yang dilakukan oleh penduduk desa manakala mereka mempercayai tuduhan pelacur itu kepada Juraij. Semestinya mereka mengecek kebenaran ucapan pelacur itu sebelum menyerang Juraij, mencaci dan memukulnya. (
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4058 seconds (0.1#10.140)