Renovasi Ka'bah dan Cara Nabi Mempersatukan Tokoh-Tokoh Quraisy

Senin, 06 Juli 2020 - 15:13 WIB
loading...
Renovasi Kabah dan Cara...
Mereka bersama-sama membawa kain tersebut ke tempat batu itu akan diletakkan. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
NABI Muhammad menikahi Siti Khadijah dengan emas kawin 20 ekor unta muda. "Kalau diuangkan sekarang, satu ekor rata-rata harganya Rp55 juta. Belum lagi ditambah beberapa keping emas. Total lamaran Nabi Rp1,3 miliar," ujar Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah, Malang, Gus Ach Dhofir Zuhry. (Baca Juga: Masya Allah, Mahar Nabi Kepada Khadijah Ternyata Rp1,3 Miliar
Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad menuturkan setelah menikah, Nabi Muhammad pindah ke rumah Siti Khadijah dalam memulai hidup barunya itu. “Hidup suami-isteri dan ibu-bapak, saling mencintai cinta sebagai pemuda berumur duapuluh lima tahun,” ujarnya.

Menurut Haekal, Nabi Muhammad tidak mengenal nafsu muda yang tak terkendalikan, juga tidak mengenal cinta buta yang dimulai seolah nyala api yang melonjak-lonjak untuk kemudian padam kembali. ( )

Dari perkawinannya dengan Siti Khadijah, Nabi Muhammad beroleh beberapa orang anak, laki-laki dan perempuan. Hanya saja, dua puteranya, al-Qasim dan Abdullah at-Tahir at-Tayyib, meninggal saat masih kecil. Anak-anak yang masih hidup semua perempuan.

“Bijaksana sekali ia terhadap anak-anaknya dan sangat lemah-lembut. Merekapun sangat setia dan hormat kepadanya,” lanjut Haekal.

Nabi Muhammad yang telah mendapat kurnia Tuhan dalam perkawinannya dengan Siti Khadijah itu berada dalam kedudukan yang tinggi dan harta yang cukup. Seluruh penduduk Makkah memandangnya dengan rasa gembira dan hormat. Mereka melihat karunia Tuhan yang diberikan kepadanya serta harapan akan membawa turunan yang baik dengan Siti Khadijah. Tetapi semua itu tidak mengurangi pergaulannya dengan mereka. (Baca Juga: Kisah Khadijah Jatuh Cinta pada Rasulullah
Dalam hidup sehari-hari dengan mereka partisipasinya tetap seperti sediakala. Bahkan beliau lebih dihormati lagi di tengah-tengah mereka itu. Sifatnya yang sangat rendah hati lebih kentara lagi. Bila ada yang mengajaknya bicara ia mendengarkan hati-hati sekali tanpa menoleh kepada orang lain. Tidak saja mendengarkan kepada yang mengajaknya bicara, bahkan ia memutarkan seluruh badannya. ( )

“Bicaranya sedikit sekali, lebih banyak ia mendengarkan. Bila bicara selalu bersungguh-sungguh, tapi sungguhpun begitu iapun tidak melupakan ikut membuat humor dan bersenda-gurau, tapi yang dikatakannya itu selalu yang sebenarnya,” lanjut Haekal.

Menurut Haekal lagi, kadang Nabi Muhammad tertawa sampai terlihat gerahamnya. Bila ia marah tidak pernah sampai tampak kemarahannya, hanya antara kedua keningnya tampak sedikit berkeringat. Ini disebabkan ia menahan rasa amarah dan tidak mau menampakkannya keluar. ( )

“Semua itu terbawa oleh kodratnya yang selalu lapang dada, berkemauan baik dan menghargai orang lain. Bijaksana ia, murah hati dan mudah bergaul. Tapi juga ia mempunyai tujuan pasti, berkemauan keras, tegas dan tak pernah ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-sifat demikian ini berpadu dalam dirinya dan meninggalkan pengaruh yang dalam sekali pada orang-orang yang bergaul dengan dia,” tuturnya. “Bagi orang yang melihatnya tiba-tiba, sekaligus akan timbul rasa hormat, dan bagi orang yang bergaul dengan dia akan timbul rasa cinta kepadanya,” lanjutnya.

Alangkah besarnya pengaruh yang terjalin dalam hidup kasih-sayang antara beliau dengan Siti Khadijah sebagai isteri yang sungguh setia itu.

Renovasi Ka'bah
Pergaulan Nabi Muhammad dengan penduduk Makkah tidak terputus, juga partisipasinya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. ( )

Pada waktu itu masyarakat sedang sibuk karena bencana banjir besar menimpa dan meretakkan dinding-dinding Ka'bah yang memang sudah rapuh. Sebelum itupun pihak Quraisy memang sudah memikirkan untuk merenovasi Ka'bah. Soalnya, tempat yang tidak beratap itu menjadi sasaran pencuri mengambil barang-barang berharga di dalamnya. Hanya saja Kaum Quraisy merasa takut; kalau bangunannya diperkuat, pintunya ditinggikan dan diberi beratap, dewa Ka'bah yang suci itu akan menurunkan bencana kepada mereka.

Menurut Haekal, sepanjang zaman Jahiliah keadaan mereka diliputi oleh pelbagai macam legenda yang mengancam barangsiapa yang berani mengadakan sesuatu perubahan. Dengan demikian perbuatan itu dianggap tidak umum. ( )

Tetapi sesudah mengalami bencana banjir tindakan demikian itu adalah suatu keharusan, walaupun masih serba takut-takut dan ragu-ragu. Suatu peristiwa kebetulan telah terjadi sebuah kapal milik seorang pedagang Romawi bernama Baqum yang datang dari Mesir terhempas di laut dan pecah. Sebenarnya Baqum ini seorang ahli bangunan yang mengetahui juga soal-soal perdagangan.



Sesudah Quraisy mengetahui hal ini, maka berangkatlah al-Walid bin'l-Mughira dengan beberapa orang dari Quraisy ke Jidah. Kapal itu dibelinya dari pemiliknya, yang sekalian diajaknya berunding supaya sama-sama datang ke Makkah guna membantu mereka membangun Ka'bah kembali.

Baqum menyetujui permintaan itu. Pada waktu itu di Mekah ada seorang Kopti yang mempunyai keahlian sebagai tukang kayu. Persetujuan tercapai bahwa diapun akan bekerja dengan mendapat bantuan Baqum.

Sudut-sudut Ka'bah itu oleh Quraisy dibagi empat bagian tiap kabilah mendapat satu sudut yang harus dirombak dan dibangun kembali. Sebelum bertindak melakukan perombakan itu mereka masih ragu-ragu, kuatir akan mendapat bencana. Kemudian al-Walid bin'l-Mughira tampil ke depan dengan sedikit takut-takut. Setelah ia berdoa kepada dewa-dewanya mulai ia merombak bagian sudut selatan.

Tinggal lagi orang menunggu-nunggu apa yang akan dilakukan Tuhan nanti terhadap al-Walid. Tetapi setelah itu ternyata sampai pagi tak terjadi apa-apa, merekapun ramai-ramai merombaknya dan memindahkan batu-batu yang ada. Dan Nabi Muhammad ikut pula membawa batu itu.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3564 seconds (0.1#10.140)