Hukum Mewarnai Rambut dalam Islam Beserta Dalilnya

Jum'at, 04 November 2022 - 09:48 WIB
loading...
Hukum Mewarnai Rambut dalam Islam Beserta Dalilnya
Hukum mewarnai rambut dalam Islam dibolehkan bahkan dianjurkan. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Hukum mewarnai rambut dalam Islam adalah boleh bahkan dianjurkan. Hal ini berbeda dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang tidak memperkenankan menyemir rambut dan merombaknya. Mereka beranggapan bahwa berhias dan mempercantik diri itu dapat menghilangkan arti beribadah dan beragama, seperti yang dikerjakan oleh para rahib dan ahli-ahli zuhud yang berlebih-lebihan itu.

Rasulullah SAW melarang taklid pada suatu kaum dan mengikuti jejak mereka, agar selamanya kepribadian umat Islam itu berbeda, lahir dan batin. Untuk itulah maka dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah , Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لَا يَصْبُغُونَ فَخَالِفُوهُمْ

"Sesungguhnya orang-orang Yahudi tidak mau menyemir rambut, karena itu berbedalah kamu dengan mereka." ( Riwayat Bukhari )



Syaikh Muhammad Yusuf Qardhawi dalam bukunya berjudul "Halal dan Haram dalam Islam" menyatakan perintah di sini mengandung arti sunnat, sebagaimana biasa dikerjakan oleh para sahabat, misalnya Abu Bakar dan Umar bin Khattab . Sedang yang lain tidak melakukannya, seperti Ali bin Abi Thalib , Ubai bin Kaab dan Anas.

Tetapi warna apakah semir yang dibolehkan itu? Syaikh Yusuf Qardhawi berpendapat yang jelas, bagi orang yang sudah tua, ubannya sudah merata baik di kepalanya ataupun jenggotnya, tidak layak menyemir dengan warna hitam. Oleh karena itu tatkala Abu Bakar membawa ayahnya Abu Kuhafah ke hadapan Nabi pada hari penaklukan Makkah, sedang Nabi melihat rambutnya bagaikan pohon tsaghamah yang serba putih buahnya maupun bunganya. Untuk itu, maka bersabdalah Nabi:

غَيِّرُوا هَذَا بِشَيْءٍ وَاجْتَنِبُوا السَّوَادَ

"Ubahlah ini (uban) tetapi jauhilah warna hitam." ( Riwayat Muslim )

Adapun orang yang tidak seumur dengan Abu Kuhafah (yakni belum begitu tua), menurut Syaikh al-Qardhawi, tidaklah berdosa apabila menyemir rambutnya itu dengan warna hitam.

Dalam hal ini az-Zuhri pernah berkata: "Kami menyemir rambut dengan warna hitam apabila wajah masih nampak muda, tetapi kalau wajah sudah mengerut dan gigi pun telah goyah, kami tinggalkan warna hitam tersebut."

Termasuk yang membolehkan menyemir dengan warna hitam ini ialah segolongan dari ulama salaf termasuk para sahabat, seperti: Saad bin Abu Waqqash, Uqbah bin Amir, Hasan, Husain, Jarir dan lain-lain.



Sedang dari kalangan para ulama ada yang berpendapat tidak boleh warna hitam kecuali dalam keadaan perang supaya dapat menakutkan musuh, kalau mereka melihat tentara-tentara Islam semuanya masih nampak muda.

Hitam Haram
Sedangkan An-Nawawi mengatakan, menurut madzhab Syafi’iyah, menyemir uban berlaku bagi laki-laki maupun perempuan yaitu dengan shofroh (warna kuning) atau hamroh (warna merah) dan diharamkan menyemir uban dengan warna hitam menurut pendapat yang terkuat.

Ada pula yang mengatakan bahwa hukumnya hanyalah makruh (makruh tanzih). Namun pendapat yang menyatakan haram lebih tepat berdasarkan sabda Rasulullah SAW: “hindarilah warna hitam”. Inilah pendapat dalam madzhab kami,” ujar An-Nawawi.

Adapun ancaman bagi orang yang mengubahnya dengan warna hitam disebutkan dalam hadis: Dari Ibnu ‘Abbas ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

يَكُونُ قَوْمٌ يَخْضِبُونَ فِي آخِرِ الزَّمَانِ بِالسَّوَادِ كَحَوَاصِلِ الْحَمَامِ لَا يَرِيحُونَ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ

“Pada akhir zaman nanti akan muncul suatu kaum yang bersemir dengan warna hitam seperti tembolok merpati. Mereka itu tidak akan mencium bau surga.” (HR Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Hibban dalam shahihnya, dan Al Hakim).

Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadis ini shahih. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini sahih.

Karena dikatakan tidak akan mencium bau surga, maka perbuatan ini termasuk dosa besar.



Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsamin juga berpendapat menyemir jenggot atau rambut kepala dengan warna hitam, adalah haram.

Umumnya yang mewarnai ubannya dengan warna hitam, tujuannya adalah untuk mempercantik diri, agar terlihat lebih muda. Menurut dia, perbuatan semacam ini hanya akan membuang-buang waktu dan harta.

Bahkan Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin juga melarang pemuda yang sudah ubanan menyemir dengan warna hitam. "Ini termasuk mengelabui (tadlis)," ujarnya. "Yang lebih utama jika dia ingin mengubah ubannya tadi, maka gunakanlah warna selain hitam".

Dia boleh mencampur hina’ (pacar) dan katm (inai), lalu dia gunakan untuk menyemir ubannya. Pada saat ini, tidak nampak lagi uban. Bahkan perbuatan ini adalah termasuk ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu mengubah uban dengan warna selain hitam. Adapun mengubah uban tadi dengan warna hitam, maka yang benar hal ini termasuk perbuatan yang diharamkan.

Hitam Kemerah-merahan
Dari Abu Dzar ra berkata, Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ أَحْسَنَ مَا غَيَّرْتُمْ بِهِ الشَّيْبَ الْحِنَّاءُ وَالْكَتَمُ

“Sesungguhnya bahan yang terbaik yang kalian gunakan untuk menyemir uban adalah hinna’ (pacar) dan katm (inai).” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan An Nasa’i).

Inai berwarna merah, sedang katam sebuah pohon yang tumbuh di zaman Rasulullah s.a.w. yang mengeluarkan zat berwarna hitam kemerah-merahan.

Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah mengatakan bahwa hadis ini sahih.



Hal ini menunjukkan bahwa menyemir uban dengan hinna’ (pacar) dan katm (inai) adalah yang paling baik. Namun boleh juga menyemir uban dengan selain keduanya yaitu dengan al wars (biji yang dapat menghasilkan warna merah kekuning-kuningan) dan za’faron. Sebagaimana sebagian sahabat ada yang menyemir uban mereka dengan kedua pewarna yang terakhir ini.

Abu Malik Asy-ja’iy dari ayahnya, beliau berkata,

كَانَ خِضَابُنَا مَعَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَرْسَ وَالزَّعْفَرَانَ

“Dulu kami menyemir uban kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan wars dan za’faron”. (HR Ahmad dan Al Bazzar. Periwayatnya adalah periwayat kitab shahih selain Bakr bin ‘Isa, namun dia adalah tsiqoh –terpercaya-. Lihat Majma’ Az Zawa’id)

Al Hakam bin ‘Amr mengatakan, “Aku dan saudaraku Rofi’ pernah menemui Amirul Mu’minin ‘Umar (bin Khaththab). Aku sendiri menyemir ubanku dengan hinaa’ (pacar). Saudaraku menyemirnya dengan shufroh (yang menghasilkan warna kuning).

‘Umar lalu berkata: Inilah semiran Islam. ‘Umar pun berkata pada saudaraku Rofi’: Ini adalah semiran iman.” (HR Ahmad)

Anas bin Malik meriwayatkan, bahwa Abu Bakar menyemir rambutnya dengan inai dan katam, sedang Umar hanya dengan inai saja.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2707 seconds (0.1#10.140)