Membesuk dan Mendoakan Orang Sakit Bisa Jadi Sebab Kesembuhan

Jum'at, 03 April 2020 - 09:28 WIB
Membesuk dan Mendoakan Orang Sakit Bisa Jadi Sebab Kesembuhan
Membesuk dan Mendoakan Orang Sakit Bisa Jadi Sebab Kesembuhan
A A A
KUNJUNGAN kepada orang sakit termasuk salah satu hak seorang muslim dengan muslim lainnya. Hukumnya mustahab. Supaya setiap individu tidak hanya berpikir urusan pribadinya saja, tetapi juga memiliki kepedulian kepada orang lain. Untuk memotivasi umat supaya gemar melakukan kegiatan sosial ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda:

عَائِدُ الْمَرِيْضِ فِيْ مَخْرَفَةْ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجْعَ

Orang yang menjenguk orang sakit akan berada di kebun-kebun surga sampai ia pulang. [HR Muslim, no. 2568].

Menurut cendekiawan Arab Saudi, Syeikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhailiy, membesuk orang sakit dan mendoakannya dengan doa yang ada tuntunannya termasuk sebab kesembuhan.

Disamping itu, juga merupakan bentuk hiburan dan dapat menyenangkan hatinya. Dari Ibnu Abbas radhiyaAllahu ‘anhuma (RA), dari Nabi SAW bersabda:

“Siapa yang mengunjungi orang sakit yang belum tiba ajalnya, lalu mendoakannya sebanyak tujuh kali, “Aku memohon kepada Allah yang Maha agung, Rabb ‘arsy yang agung agar menyembuhkanmu,” melainkan Allah akan menyembuhkannya dari penyakit itu.” Riwayat at-Tirmidzi (2083) dan Abu Dawud (3106) dan dishahihkan oleh al-Albani dalam kitab Shahih al-Jami’ (5766).Kunjungan kepada orang sakit tidak terbatasi oleh sekat agama. Rasulullah SAW pernah menjenguk seorang anak Yahudi dan pamannya, Abu Thâlib yang masih musyrik.

Saat berkunjung, Rasulullah memotivasi dan menanamkan optimisme pada si sakit. Bahwa penyakit yang diderita bukan sebuah mimpi buruk. Ada rahasia Ilahi di baliknya. Dengan demikian, si sakit akan merasa lebih tenang, tidak mengeluhkan takdir atau mencaci penyakit yang sedang dideritanya. Beliau SAW pernah menegur orang yang mencaci demam (alhumma ) dengan sabdanya:

لَا تَسُبِّي الْحُمَّى

Janganlah engkau cela demam itu…. [HR.Muslim, 2575].

Beliau SAW menyebut penyakit yang menimpa seorang muslim sebagai thahûr (pembersih dosa) atau kaffârah (pelebur dosa). Ucapan beliau SAW ketika mengunjungi orang sakit:

لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Tidak masalah, ia (penyakit ini) menjadi pembersih (dosa) insya Allah. [HR al-Bukhâri, 5656].

Dari Ibnu Abbas RA bahwasanya Nabi SAW pernah menemui seorang Arab Badui untuk membesuknya. Ia melanjutkan: “Nabi SAW dahulu apabila menemui orang sakit yang beliau besuk maka beliau mendoakannya dengan:“Tidak mengapa. Sebagai pelebur dosa insyaallah.” Badui itu berkata: “Engkau katakan, “Sebagai pelebur dosa?” Tidak demikian. Bahkan sebaliknya, sakit ini demam yang panas atau mendidih, yang menimpa orang tua renta, yang menyebabkannya masuk ke dalam pusara. Nabi SAW lalu berkata: “Ya sudah (akan benar terjadi seperti persangkaanmu itu).” 42 Riwayat al-Bukhari (5656).

Ucapan orang Badui itu, “Bahkan sebaliknya, sakit ini demam yang panas,” merupakan ungkapan bahwa bisa jadi seseorang mendapatkan hukuman karena sebab ucapannya yang mengandung unsur putus asa dari rahmat Allah dan bantahan terhadap Rasulullah SAW.
Pada riwayat ath-Thabrani dijelaskan bahwa Badui ini akhirnya benar-benar meninggal. Disebutkan bahwa Nabi SAW berkata kepadanya setelah itu:

“Kalau begitu ya sudah, apa yang Allah kehendaki pasti akan terjadi.” Belum sampai beliau pergi ternyata orang itu meninggal dunia. Riwayat ath-Thabrani dalam ad-Du’a (2024).

Beliau SAW membesarkan hati Ummu ‘Alâ, bibi Hizâm bin Hakîm al-Anshâri yang sedang sakit dengan berkata: “Bergembiralah, wahai Ummu ‘Alâ. Sesungguhnya Allah akan menggugurkan dosa-dosa orang yang sakit dengan penyakitnya, sebagaimana api menghilangkan kotoran-kotoran dari biji besi”. [Hadits hasan riwayat Abu Dawud, Shahîh at-Targhîb, 3438].

Dalam melakukan kunjungan kepada si sakit, Rasulullah SAW duduk berdekatan dengan arah kepala orang yang sakit. Atau meletakkan tangan di kening, wajah dan mengusap-usap dada dan perut si sakit. Beliau SAW menanyakan kondisinya. Beliau SAW juga pernah menanyakan tentang apa yang diinginkan oleh orang sakit itu. Apabila menginginkan sesuatu yang tidak berbahaya, maka beliau SAW meminta seseorang untuk membawakannya. Dan sembari menempelkan tangan kanannya di tubuh orang yang sakit, beliau SAW melantunkan doa (di antaranya):

أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ

Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Penguasa Arsy yang agung untuk menyembuhkanmu. Dibaca tujuh kali. [Lihat Shahîh Adabil-Mufrad, 416].

Membesuk orang sakit, menurut Ibrahim, disyariatkan bila penyakitnya tidak menular. Bila penyakitnya menular maka cukup mendoakannya saja. Sebab Nabi SAW bersabda pada hadits Abu Hurairah yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa: “Janganlah sekali-kali pemilik unta menyatukan unta yang sakit dengan unta yang sehat.”
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2347 seconds (0.1#10.140)