Kisah Sufi: Orang yang Hanya Melihat Hal yang Kelihatan

Kamis, 16 Juli 2020 - 06:52 WIB
Ketika sampai di sebuah kota besar yang makmur, kedua pengembara itu meminta sedikit makanan, tetapi tak ada orang yang mau memberi, bahkan sisa santapan orang. Kemurahan hati tidak dikenal di kota itu, dan kewajiban suci untuk melayani tamu telah terlupakan. Sebaliknya, anjing-anjing liar mengkuti keduanya.

Ketika mereka mencapai pinggiran kota, dan merasa lapar, pusing, dan haus, tetuan Si Pencari itu berkata, "Kita singgah sebentar di dekat tembok kota ini; kita harus memperbaiki reruntuhannya."

Beberapa jam lamanya bekerja, mengaduk lumpur, jerami, dan air, sampai tembok itu kokoh kembali.

Si Pencari itu pun sangat letih sehingga melupakan tekadnya, katanya, "Kita tidak akan mendapat upah untuk perbaikan ini. Sudah dua kali kita balas kebaikan dengan kejahatan. Kini, kita beri kebaikan ganti kejahatan. Kesabaran saya sudah habis, dan tak bisa melanjutkan mengikuti Tuan." ( )

'"Tak usah cemas lagi," kata Orang Bijak itu, "ingat kata-katamu bahwa kalau kau bertanya sekali saja, saya boleh menyuruhmu pergi. Jalan kita terpisah di sini, masih banyak yang mesti kulakukan."

"Sebelum saya pergi, saya akan menjelaskan makna beberapa perbuatanku agar suatu hari nanti kau mungkin bisa kembali mengadakan perjalanan semacam ini."

"Perahu yang kulubangi itu terhindar dari penyitaan seorang tiran yang hendak merampas semua kapal untuk keperluan perang. Anak yang kakinya kupelintir, kini tak bisa tumbuh menjadi seorang perebut kuasa, atau bahkan mewarisi kerajaan itu, sebab Hukum menyatakan bahwa hanya orang berbadan utuh yang bisa memimpin negeri itu. Di kota yang dilingkupi kebencian ini, ada dua orang anak yatim piatu. Ketika anak-anak itu dewasa kelak, tembok itu akan ambruk lagi hingga terbukalah tempat penyimpanan harta karun yang terdapat di dalamnya; harta itu warisan leluhur mereka. Keduanya akan cukup kuat untuk mengambil harta itu dan memperbaiki seluruh kota tersebut; sebab hal itu merupakan takdir mereka."

"Sekarang, pergilah dengan damai. Kau dipecat." ( )

===

Idries Shah dalam Tales of The Dervishes yang diterjemahkan Ahmad Bahar dengan judul Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi menjelaskan kisah ini dituturkan lagi dan lagi pada Abad Pertengahan sebagai sebuah cerita Kristiani oleh para biarawan yang mempergunakan Gesta Romanorum sebagai sumber inspirasi untuk meningkatkan 'ketekunan'. ( )

Kisah ini juga dikatakan merupakan sumber ilham bagi Hermit, karangan Parnell. Paus mengatakan bahwa versi aslinya dari Bahasa Spanyol; dan meskipun kisah ini ditengarai merupakan sebuah kisah dari Timur, selama waktu yang lama, tampaknya tak ada ahli di Barat yang mengaitkannya dengan para Sufi; atau memperhatikan bahwa kemunculan pertamanya ada di dalam Al-Qur'an, Surat ke-18 (Al-Kahfi).

Konon, versi ini berasal dari Jan-Fishan Khan. (Baca juga: Kisah Bijak Para Sufi: Saudagar dan Darwis Kristen )
(mhy)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata: Orang yang paling Allah benci adalah orang yang suka membantah dan sengit permusuhannya.

(HR. Bukhari No. 4161)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More