Al-Fatih Siapkan 400 Kapal dan 250.000 Mujahid untuk Kuasai Konstantinopel
Jum'at, 17 Juli 2020 - 20:12 WIB
SULTAN Muhammad Al-Fatih atau Sultan Muhammad II berusaha dengan berbagai cara dan strategi untuk menaklukan kota Konstantinopel . Di antaranya dengan cara memperkuat kekuatan militer Utsmani dari segi personil hingga jumlahnya mencapai 250.000 mujahid. Armada angkatan laut juga diperkuat dengan 400 unit kapal. Ini belum termasuk meriam raksasa yang disiapkan untuk menjebol benteng pusat kekaisaran Byzantium itu.
Jumlah ini merupakan jumlah yang sangat besar, jika dibandingkan jumlah tentara di negara lain saat itu. Dia juga memperhatikan pelatihan pasukannya dengan berbagai seni tempur dan ketangkasan menggunakan senjata , yang bisa membuat mereka ahli dan cakap dalam operasi jihad yang ditunggu-tunggu.
Sebagaimana ia juga memperhatikan sisi maknawi dan menanamkan semangat jihad di dalam diri pasukannya, ia juga selalu mengingatkan mereka akan pujian Rasulullah kepada pasukan yang mampu menaklukan Konstantinopel adalah tentaranya. Ini memberikan dorongan moral yang sangat kuat dan tiada tara di kalangan pasukannya. ( )
Ditambah kehadiran banyak ulama di tengah-tengah pasukan muslimin yang banyak memberi dampak demikian besar dalam menguatkan tekad pasukan dan menguatkan semangat jihad sesuai dengan perintah Allah Ta’ala.
Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Islamiyah menyebutkan Sultan Muhammad membangun benteng yang sangat strategis, Romali Hishar di wilayah selatan Eropa di Selat Bosphorus berhadapan dengan benteng yang pernah dibangun di masa pemerintahan Bayazid di daratan Asia. Tinggi benteng itu sekitar 82 meter. Maka jadilah dua benteng itu berhadapan yang dipisahkan jarak hanya 660 meter.
Benteng ini mampu mengendalikan penyeberangan armada laut dari arah timur Boshporus ke arah barat dan mencegah bantuan yang akan menuju ke pihak musuh. ( ).
Khusus untuk kebijakan pembangunan Benteng, Kaisar Romawi berusaha membujuk Sultan Muhammad untuk tidak membangun benteng itu. Dia menawarkan uang ganti rugi dalam jumlah besar yang akan dibayarkan kepada sultan. Namun, Sultan Muhammad tidak bergeming dari rencana awal.
Dia sadar, pembangunan benteng itu memiliki arti yang sangat strategis. Hingga akhirnya rampunglah satu benteng yang demikian tinggi dan sangat aman. Tingginya sekitar 82 meter. Maka jadilah dua benteng itu berhadapan yang dipisahkan jarak hanya 660 meter yang mampu mengendalikan penyebarangan armada laut dari arah Timur Bosphorus ke sebelah barat.
Sedangkan nyala api meriam akan mampu mencegah semua armada laut sampai ke Konstantinpel dari wilayah-wilayah yang berada di sebelah timurnya, seperti kerajaan Trabzon dan wilayah-wilayah lain yang memungkinkan untuk memberikan bantuan saat dibutuhkam.
Armada Laut
Sultan menaruh perhatian khusus untuk mengumpulkan senjata yang dibutuhkan, dalam rangka menaklukkan Konstantinopel. Salah satu yang terpenting adalah meriam.
Dia telah mengundang seorang insinyur ahli meriam bernama Orban. Kedatangannya disambut dengan hangat dan beliau memberikan semua fasilitas yang dibutuhkan, baik kebutuhan materi maupun pekerja. lnsinyur ini mampu merakit sebuah meriam yang sangat besar.
Di antara meriam yang sangat penting adalah meriam Sultan Muhammad yang sangat terkenal. Meriam ini berbobot ratusan ton dan membutuhkan ratusan lembu untuk menariknya.
Sultan sendiri melakukan pengawasan langsung pembuatan meriam ini, serta dia sendiri yang melihat uji cobanya. Hal ini merupakan upaya menyempumakan syarat-syarat jihad. Allah SWT berfirman:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)". (QS Al-Anfal: 60)
Sultan juga memberi perhatian besar kepada penguatan armada laut Utsmani dengan membuat banyak kapal.
Kota Konstantinopel adalah sebuah kota laut, yang tidak mungkin bisa dikepung kecuali dengan menggunakan kapal-kapal untuk melakukan tugas itu. Sultan menyiapkan sekitar 400 buah kapal untuk kepentingan itu.
Sebelum melakukan serangan ke Kota Konstantinopel, Sultan melakukan perjanjian dengan beberapa negara rival, dengan tujuan agar dia bisa berkonsentrasi menghadapi satu musuh. Maka dijalinlah perjanjian dengan negara Galata yang berbatasan dengan Konstantinopel dari arah timur; yang dipisahkan dengan Selat Tanduk Emas.
Dia juga menjalin perjanjian dengan negara Majd dan Venezia, dua negara yang berbatasan dengan negara-negara Eropa. Namun negara-negara ini ternyata tidak mempedulikan perjanjian. Tatkala Sultan Muhammad mulai beroperasi di Konstantinopel, pasukan negara-negara tersebut malah datang ke Konstantinopel, ikut membantu mempertahankan Konstantinopel!“
Sebuah bantuan yang mereka lakukan untuk saudara-saudara seiman dalam Nasrani. Mereka melupakan perjanjian yang telah disepakati.
Godaan
Saat gencar-gencarnya Sultan Muhammad mempersiapkan diri melakukan penaklukan, Kaisar Byzantium berusaha mati-matian mengalihkan perhatian Sultan dari target yang dia inginkan, dengan cara memberikan harta dan hadiah yang bermacam-macam.
Menurut Ash-Shalabi, selain itu dia berusaha menyuap para penasehat Sultan Muhammad, agar mengurungkan niatnya. Namun Sultan tidak bergeming dari keputusannya. Dia sepenuh hati bertekad untuk melaksanakan rencana besarnya. “Semua upaya yang dilakukan Kaisar sama sekali tidak berhasil mematahkan obsesi besarnya,” tuturnya.
Tatkala Kaisar melihat keinginan dan tekad Sultan yang begitu kuat untuk merealisasikan tujuannya, ujar Ash-Shalabi, maka dia segera meminta bantuan berbagai negara dan kota-kota di Eropa, khususnya meminta bantuan Paus, pemimpin tertinggi Katholik. Padahal ketika itu, gereja-gereja Kekaisaran Byzantium dan secara khusus gereja Konstantinopel, mengikuti aliran Kristen Ortodoks; di mana antara Katholik dan Kristen Ortodoks terjadi permusuhan yang sangat sengit.
Kaisar terpaksa bermanis muka kepada Paus, agar bisa mendapat bantuan. Dia pura-pura menyatakan siap untuk menyatukan gereja Ortodoks di Timur (Byzantium) agar tunduk di bawah kekuasaan Paus di Eropa. Padahal kalangan Ortodoks tidak pernah menginginkan hal itu terjadi. Atas dasar permintaan ini, maka Paus segera mengirim utusan ke Konstantinopel dan dia berkhutbah di gereja Aya Sophia. Lalu Kaisar berdoa untuk Paus dan mendeklarasikan penyatuan dua madzhab Nasrani itu.
Hal ini menimbulkan kemarahan orang-orang Kristen Ortodoks di Konstantinopel. Mereka bahkan melakukan gerakan kontra terhadap apa yang dilakukan orang-orang Katholik. Hingga di antara orang-orang Ortodoks ada yang berkata. “Lebih baik bagi Saya menyaksikan sorban orang-orang Turki di wilayah Byzantium, daripada menyaksikan topi orang-orang Latin?“
Perang Mulai Berkobar
Kota Konstantinopel dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu Selat Bosphorus, Laut Marmarah, dan Tanduk Emas yang dijaga dengan menggunakan rantai yang demikian besar, sehingga sangat tidak mungkin bagi setiap kapal untuk masuk ke perairan Konstantinopel.
Di samping itu, dari daratan juga dijaga dengan pagar-pagar sangat kokoh yang terbentang dari laut Marmarah hingga Tanduk Emas yang hanya diselingi Sungai Likus. Pagar dinding ini sangat tinggi, hingga 60 kaki, dilengkapi menara, pagar dalam, pos pemantau, dan dijaga oleh banyak pasukan.
Dari segi militer, Kota Konstantinopel dianggap sebagai kota yang paling aman dan terlindungi, karena di dalamnya ada pagar-pagar pengaman, benteng-benteng yang kuat dan perlindungan secara alami.
Dengan demikian, sangat sulit untuk bisa menyerang Konstantinopel. Puluhan kali usaha untuk menaklukkan kota itu dilakukan. Sebelas di antaranya dilakukan pasukan Islam.
Sultan Muhammad Al-Fatih mempersiapkan serangan ke Konstantinopel dengan seksama dan selalu mencari tahu tentang kondisi yang sebenarnya. Dia mempersiapkan peta riil untuk mengepung kota ini. ( )
Jumlah ini merupakan jumlah yang sangat besar, jika dibandingkan jumlah tentara di negara lain saat itu. Dia juga memperhatikan pelatihan pasukannya dengan berbagai seni tempur dan ketangkasan menggunakan senjata , yang bisa membuat mereka ahli dan cakap dalam operasi jihad yang ditunggu-tunggu.
Sebagaimana ia juga memperhatikan sisi maknawi dan menanamkan semangat jihad di dalam diri pasukannya, ia juga selalu mengingatkan mereka akan pujian Rasulullah kepada pasukan yang mampu menaklukan Konstantinopel adalah tentaranya. Ini memberikan dorongan moral yang sangat kuat dan tiada tara di kalangan pasukannya. ( )
Ditambah kehadiran banyak ulama di tengah-tengah pasukan muslimin yang banyak memberi dampak demikian besar dalam menguatkan tekad pasukan dan menguatkan semangat jihad sesuai dengan perintah Allah Ta’ala.
Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Islamiyah menyebutkan Sultan Muhammad membangun benteng yang sangat strategis, Romali Hishar di wilayah selatan Eropa di Selat Bosphorus berhadapan dengan benteng yang pernah dibangun di masa pemerintahan Bayazid di daratan Asia. Tinggi benteng itu sekitar 82 meter. Maka jadilah dua benteng itu berhadapan yang dipisahkan jarak hanya 660 meter.
Benteng ini mampu mengendalikan penyeberangan armada laut dari arah timur Boshporus ke arah barat dan mencegah bantuan yang akan menuju ke pihak musuh. ( ).
Khusus untuk kebijakan pembangunan Benteng, Kaisar Romawi berusaha membujuk Sultan Muhammad untuk tidak membangun benteng itu. Dia menawarkan uang ganti rugi dalam jumlah besar yang akan dibayarkan kepada sultan. Namun, Sultan Muhammad tidak bergeming dari rencana awal.
Dia sadar, pembangunan benteng itu memiliki arti yang sangat strategis. Hingga akhirnya rampunglah satu benteng yang demikian tinggi dan sangat aman. Tingginya sekitar 82 meter. Maka jadilah dua benteng itu berhadapan yang dipisahkan jarak hanya 660 meter yang mampu mengendalikan penyebarangan armada laut dari arah Timur Bosphorus ke sebelah barat.
Sedangkan nyala api meriam akan mampu mencegah semua armada laut sampai ke Konstantinpel dari wilayah-wilayah yang berada di sebelah timurnya, seperti kerajaan Trabzon dan wilayah-wilayah lain yang memungkinkan untuk memberikan bantuan saat dibutuhkam.
Armada Laut
Sultan menaruh perhatian khusus untuk mengumpulkan senjata yang dibutuhkan, dalam rangka menaklukkan Konstantinopel. Salah satu yang terpenting adalah meriam.
Dia telah mengundang seorang insinyur ahli meriam bernama Orban. Kedatangannya disambut dengan hangat dan beliau memberikan semua fasilitas yang dibutuhkan, baik kebutuhan materi maupun pekerja. lnsinyur ini mampu merakit sebuah meriam yang sangat besar.
Di antara meriam yang sangat penting adalah meriam Sultan Muhammad yang sangat terkenal. Meriam ini berbobot ratusan ton dan membutuhkan ratusan lembu untuk menariknya.
Sultan sendiri melakukan pengawasan langsung pembuatan meriam ini, serta dia sendiri yang melihat uji cobanya. Hal ini merupakan upaya menyempumakan syarat-syarat jihad. Allah SWT berfirman:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)". (QS Al-Anfal: 60)
Sultan juga memberi perhatian besar kepada penguatan armada laut Utsmani dengan membuat banyak kapal.
Kota Konstantinopel adalah sebuah kota laut, yang tidak mungkin bisa dikepung kecuali dengan menggunakan kapal-kapal untuk melakukan tugas itu. Sultan menyiapkan sekitar 400 buah kapal untuk kepentingan itu.
Sebelum melakukan serangan ke Kota Konstantinopel, Sultan melakukan perjanjian dengan beberapa negara rival, dengan tujuan agar dia bisa berkonsentrasi menghadapi satu musuh. Maka dijalinlah perjanjian dengan negara Galata yang berbatasan dengan Konstantinopel dari arah timur; yang dipisahkan dengan Selat Tanduk Emas.
Dia juga menjalin perjanjian dengan negara Majd dan Venezia, dua negara yang berbatasan dengan negara-negara Eropa. Namun negara-negara ini ternyata tidak mempedulikan perjanjian. Tatkala Sultan Muhammad mulai beroperasi di Konstantinopel, pasukan negara-negara tersebut malah datang ke Konstantinopel, ikut membantu mempertahankan Konstantinopel!“
Sebuah bantuan yang mereka lakukan untuk saudara-saudara seiman dalam Nasrani. Mereka melupakan perjanjian yang telah disepakati.
Godaan
Saat gencar-gencarnya Sultan Muhammad mempersiapkan diri melakukan penaklukan, Kaisar Byzantium berusaha mati-matian mengalihkan perhatian Sultan dari target yang dia inginkan, dengan cara memberikan harta dan hadiah yang bermacam-macam.
Menurut Ash-Shalabi, selain itu dia berusaha menyuap para penasehat Sultan Muhammad, agar mengurungkan niatnya. Namun Sultan tidak bergeming dari keputusannya. Dia sepenuh hati bertekad untuk melaksanakan rencana besarnya. “Semua upaya yang dilakukan Kaisar sama sekali tidak berhasil mematahkan obsesi besarnya,” tuturnya.
Tatkala Kaisar melihat keinginan dan tekad Sultan yang begitu kuat untuk merealisasikan tujuannya, ujar Ash-Shalabi, maka dia segera meminta bantuan berbagai negara dan kota-kota di Eropa, khususnya meminta bantuan Paus, pemimpin tertinggi Katholik. Padahal ketika itu, gereja-gereja Kekaisaran Byzantium dan secara khusus gereja Konstantinopel, mengikuti aliran Kristen Ortodoks; di mana antara Katholik dan Kristen Ortodoks terjadi permusuhan yang sangat sengit.
Kaisar terpaksa bermanis muka kepada Paus, agar bisa mendapat bantuan. Dia pura-pura menyatakan siap untuk menyatukan gereja Ortodoks di Timur (Byzantium) agar tunduk di bawah kekuasaan Paus di Eropa. Padahal kalangan Ortodoks tidak pernah menginginkan hal itu terjadi. Atas dasar permintaan ini, maka Paus segera mengirim utusan ke Konstantinopel dan dia berkhutbah di gereja Aya Sophia. Lalu Kaisar berdoa untuk Paus dan mendeklarasikan penyatuan dua madzhab Nasrani itu.
Hal ini menimbulkan kemarahan orang-orang Kristen Ortodoks di Konstantinopel. Mereka bahkan melakukan gerakan kontra terhadap apa yang dilakukan orang-orang Katholik. Hingga di antara orang-orang Ortodoks ada yang berkata. “Lebih baik bagi Saya menyaksikan sorban orang-orang Turki di wilayah Byzantium, daripada menyaksikan topi orang-orang Latin?“
Perang Mulai Berkobar
Kota Konstantinopel dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu Selat Bosphorus, Laut Marmarah, dan Tanduk Emas yang dijaga dengan menggunakan rantai yang demikian besar, sehingga sangat tidak mungkin bagi setiap kapal untuk masuk ke perairan Konstantinopel.
Di samping itu, dari daratan juga dijaga dengan pagar-pagar sangat kokoh yang terbentang dari laut Marmarah hingga Tanduk Emas yang hanya diselingi Sungai Likus. Pagar dinding ini sangat tinggi, hingga 60 kaki, dilengkapi menara, pagar dalam, pos pemantau, dan dijaga oleh banyak pasukan.
Dari segi militer, Kota Konstantinopel dianggap sebagai kota yang paling aman dan terlindungi, karena di dalamnya ada pagar-pagar pengaman, benteng-benteng yang kuat dan perlindungan secara alami.
Dengan demikian, sangat sulit untuk bisa menyerang Konstantinopel. Puluhan kali usaha untuk menaklukkan kota itu dilakukan. Sebelas di antaranya dilakukan pasukan Islam.
Sultan Muhammad Al-Fatih mempersiapkan serangan ke Konstantinopel dengan seksama dan selalu mencari tahu tentang kondisi yang sebenarnya. Dia mempersiapkan peta riil untuk mengepung kota ini. ( )
(mhy)