Bumi Utsmani Jadi Pintu Pertama dan Pondasi Gerakan Yahudi Internasional
Rabu, 29 Juli 2020 - 05:00 WIB
Sedangkan maknanya secara politis berarti, Yahudi-Muslim yang memiliki eksistensi sendiri secara khusus.
Makna Dunamah memiliki makna khusus hanya bagi Yahudi yang hidup di negeri-negeri Islam, khususnya di kawasan Salanika sejak abad ketujuh belas. Pemerintahan Utsmani memberikan nama Dunamah pada orang-orang Yahudi, dengan tujuan untuk menjelaskan kembalinya seseorang dari agama Yahudi ke Islam.
Setelah itu menjadi istilah yang dinisbatkan pada kelompok Yahudi Andalusia yang meminta perlindungan pada pemerintahan Utsmani, dimana mereka secara pura-pura memeluk akidah Islam.
Pendiri kelompok Dunamah adalah Syabtay Zivi yang mengaku bahwa dia adalah Al-Masih Al-Muntazhar. Gerakan ini muncul pada abad ke tujuh belas Masehi. Pada saat itu menyebar isu, bahwa Al-Masih Al-Muntazhar akan muncul pada tahun 1648 M untuk memimpin orang-orang Yahudi. Dia akan muncul untuk memimpin dunia yang berpusat di Palestina, dan Al-Quds akan dijadikan sebagai ibu kota pemerintah Yahudi yang mereka khayalkan.
Pemikiran tentang kemunculan Al-Masih Al-Muntazhar itu demikian merebak di tengah-tengah orang-orang Yahudi. Masyarakat Yahudi sejak lama demikian yakin dengan semakin dekatnya kemunculan Al-Masih ini. Maka apa yang dilakukan oleh Syabtay Zivi ini mendapatkan momentumnya dan mendapatkan dukungan yang demikian kuat di kalangan Yahudi Palestina, Mesir dan kawasan Eropa Timur. Bahkan gerakan ini mendapatkan dukungan yang demikian kuat dari kalangan Yahudi di mana pun, yang terdiri dari para pemilik modal dengan tujuan politik dan ekonomi.
Gerakan ini merebak ke hampir seluruh benua Eropa seperti Polandia, Jerman, Belanda, Inggris, Italia, Afrika Utara dan kawasan-kawasan lainnya.
Di Izmir, dia berusaha bertemu dengan delegasi Yahudi yang datang dari Adrianapel, Shopia, Yunani dan Jerman. Utusan-utusan ini memberinya gelar sebagai "Malik Al-Muluk" (Raja Diraja).
Setelah itu Syabtay membagi dunia menjadi 38 bagian. Kemudian dia menentukan seorang raja pada setiap bagian itu. Sebab dia berkeyakinan, bahwa dirinya akan memimpin dunia secara keseluruhan dengan Palestina sebagai pusat. Hal ini bisa terbaca saat dla mengatakan, “Saya adalah keturunan Sulaiman bin Daud penguasa manusia, dan saya akan jadikan Al-Quds sebagai istana saya.”
Syabtay juga menghapuskan nama Sultan Muhammad IV dari khutbah-khutbah yang berada di tempat ibadah Yahudi dan menggantinya dengan nama dirinya. Dia menyebut dirinya dengan “Sultan Salathin" juga dengan sebutan “Sulaiman bin Daud" yang kemudian membuat pemenntahan Utsmani menaruh perhatian atas gerakan ini.
Syabtay ini menjadi sumber keresahan di kalangan pendeta-pendeta Yahudi. Mereka mengadukannya pada Sultan. Dalam pengaduannya mereka menegaskan, bahwa Syabtay berdiam untuk melakukan gerakan pemberontakan dalam rangka mendirikan pemerintahan Yahudi di Palestina.
Karena semakin meningkatnya gejolak yang ditimbulkan oleh Syabtay ini, maka Ahmad Koburolo, seorang menteri Utsmani yang dikenal sangat tegas, mengeluarkan perintah untuk menangkap Syabtay dan memasukkannya ke dalam penjara.
Dia berada dalam penjara selama dua bulan kemudian dipindahkan ke Benteng Pulau Gallipoli di dekat Dardanil. Sultan mengizinkan istri dan sekretaris pribadinya untuk disediakan tempat khusus bagi keduanya yang berdekatan dengannya. Maka jadilah tempat penjara dia laksana tempat para pemimpin, yang tidak boleh masuk sebelum ada izin terlebih dahulu. Bahkan banyak di antara mereka yang harus menunggu berhari-hari untuk sekadar melihat wajahnya.
Istrinya berperilaku laksana seorang ratu terhadap orang-orang yang datang menemuinya, yang terdiri dari orang-orang Yahudi. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia.
Syabtay diadili di Adrianopel, dimana Sultan membentuk dewan ilmiah administratif yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri dibantu oleh beberapa anggotanya seperti Syaikhul Islam Yahya Afandi Manqari Zadah, ditambah seorang ulama besar dan Imam istana yang bernama Muhammmad Afandi Wanali. Sedangkan orang yang menerjemahkan bahasa Spanyol ke dalam bahasa Turki adalah Ath-Thabib Mushtafa Hayati.
(2), (3) , ( 4 )
Makna Dunamah memiliki makna khusus hanya bagi Yahudi yang hidup di negeri-negeri Islam, khususnya di kawasan Salanika sejak abad ketujuh belas. Pemerintahan Utsmani memberikan nama Dunamah pada orang-orang Yahudi, dengan tujuan untuk menjelaskan kembalinya seseorang dari agama Yahudi ke Islam.
Setelah itu menjadi istilah yang dinisbatkan pada kelompok Yahudi Andalusia yang meminta perlindungan pada pemerintahan Utsmani, dimana mereka secara pura-pura memeluk akidah Islam.
Pendiri kelompok Dunamah adalah Syabtay Zivi yang mengaku bahwa dia adalah Al-Masih Al-Muntazhar. Gerakan ini muncul pada abad ke tujuh belas Masehi. Pada saat itu menyebar isu, bahwa Al-Masih Al-Muntazhar akan muncul pada tahun 1648 M untuk memimpin orang-orang Yahudi. Dia akan muncul untuk memimpin dunia yang berpusat di Palestina, dan Al-Quds akan dijadikan sebagai ibu kota pemerintah Yahudi yang mereka khayalkan.
Pemikiran tentang kemunculan Al-Masih Al-Muntazhar itu demikian merebak di tengah-tengah orang-orang Yahudi. Masyarakat Yahudi sejak lama demikian yakin dengan semakin dekatnya kemunculan Al-Masih ini. Maka apa yang dilakukan oleh Syabtay Zivi ini mendapatkan momentumnya dan mendapatkan dukungan yang demikian kuat di kalangan Yahudi Palestina, Mesir dan kawasan Eropa Timur. Bahkan gerakan ini mendapatkan dukungan yang demikian kuat dari kalangan Yahudi di mana pun, yang terdiri dari para pemilik modal dengan tujuan politik dan ekonomi.
Gerakan ini merebak ke hampir seluruh benua Eropa seperti Polandia, Jerman, Belanda, Inggris, Italia, Afrika Utara dan kawasan-kawasan lainnya.
Di Izmir, dia berusaha bertemu dengan delegasi Yahudi yang datang dari Adrianapel, Shopia, Yunani dan Jerman. Utusan-utusan ini memberinya gelar sebagai "Malik Al-Muluk" (Raja Diraja).
Setelah itu Syabtay membagi dunia menjadi 38 bagian. Kemudian dia menentukan seorang raja pada setiap bagian itu. Sebab dia berkeyakinan, bahwa dirinya akan memimpin dunia secara keseluruhan dengan Palestina sebagai pusat. Hal ini bisa terbaca saat dla mengatakan, “Saya adalah keturunan Sulaiman bin Daud penguasa manusia, dan saya akan jadikan Al-Quds sebagai istana saya.”
Syabtay juga menghapuskan nama Sultan Muhammad IV dari khutbah-khutbah yang berada di tempat ibadah Yahudi dan menggantinya dengan nama dirinya. Dia menyebut dirinya dengan “Sultan Salathin" juga dengan sebutan “Sulaiman bin Daud" yang kemudian membuat pemenntahan Utsmani menaruh perhatian atas gerakan ini.
Syabtay ini menjadi sumber keresahan di kalangan pendeta-pendeta Yahudi. Mereka mengadukannya pada Sultan. Dalam pengaduannya mereka menegaskan, bahwa Syabtay berdiam untuk melakukan gerakan pemberontakan dalam rangka mendirikan pemerintahan Yahudi di Palestina.
Karena semakin meningkatnya gejolak yang ditimbulkan oleh Syabtay ini, maka Ahmad Koburolo, seorang menteri Utsmani yang dikenal sangat tegas, mengeluarkan perintah untuk menangkap Syabtay dan memasukkannya ke dalam penjara.
Dia berada dalam penjara selama dua bulan kemudian dipindahkan ke Benteng Pulau Gallipoli di dekat Dardanil. Sultan mengizinkan istri dan sekretaris pribadinya untuk disediakan tempat khusus bagi keduanya yang berdekatan dengannya. Maka jadilah tempat penjara dia laksana tempat para pemimpin, yang tidak boleh masuk sebelum ada izin terlebih dahulu. Bahkan banyak di antara mereka yang harus menunggu berhari-hari untuk sekadar melihat wajahnya.
Istrinya berperilaku laksana seorang ratu terhadap orang-orang yang datang menemuinya, yang terdiri dari orang-orang Yahudi. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia.
Syabtay diadili di Adrianopel, dimana Sultan membentuk dewan ilmiah administratif yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri dibantu oleh beberapa anggotanya seperti Syaikhul Islam Yahya Afandi Manqari Zadah, ditambah seorang ulama besar dan Imam istana yang bernama Muhammmad Afandi Wanali. Sedangkan orang yang menerjemahkan bahasa Spanyol ke dalam bahasa Turki adalah Ath-Thabib Mushtafa Hayati.
(2), (3) , ( 4 )