Kisah Umm Ziml, Perempuan yang Murtad Demi Balas Dendam

Senin, 03 Agustus 2020 - 15:03 WIB
Khalid bin walid. Foto/Ilustrasi/ist
KHALIFAH Abu Bakar banyak memaafkan tokoh-tokoh murtad yang kemudian kembali kepada Islam . Kabilah-kabilah yang tadinya begitu keras membela dan menjadi pengikut nabi palsu mendapat ampunan, begitu mereka kalah perang dan kembali muslim . ( )

Sekadar mengingatkan nabi palsu muncul setelah Nabi Muhammad mengikrarkan diri secara terbuka sebagai rasul. Pada era Khalifah Abu Bakar, gerakan nabi palsu ini kian masif. Pada saat Rasulullah, mereka tak berani terang-terangan melakukan pemberontakan. Namun begitu Nabi SAW wafat mereka bangkit. Pada nabi palsu itu banyak pengikutnya. Bahkan banyak kaum muslimin yang tertipu. Mereka murtad dan memilih menjadi pengikut nabi palsu itu. ( )

Di kalangan Banu Asad banyak orang yang menyambut Tulaihah yang mendakwakan diri nabi dan mendapat dukungan ketika ia meramalkan adanya tempat mata air tatkala golongannya sedang dalam perjalanan hampir mati kehausan.



Kalangan Banu Hanifah banyak juga yang menyambut Musailimah ketika ia mengutus dua orang pengikutnya kepada Nabi Muhammad, memberitahukan bahwa Musailimah juga nabi seperti dia, dan bahwa separuh bumi ini buat dia dan separuh buat Quraisy, tetapi Quraisy golongan yang tidak suka berlaku adil.



Nah, pada masa Khalifah Abu Bakar, salah satu yang melakukan pemberontakan adalah Tulaihah. Tak sedikit kaum muslimin yang murtad akibat percaya dengan nabi palsu ini.



Khalid bin Walid yang ditugaskan Khalifah Abu Bakar memerangi Tulaihah dan pengikutnya. Mereka bercerai berai melarikan diri.

Pada akhirnya sisa-sisa kaum yang murtad itu bergabung dengan kabilah Umm Ziml Salma bint Malik. Perempuan ini menghimpun petempur kaum murtad untuk melawan Islam. Mereka yang berhasil dihimpun antara lain dari kabilah Gatafan, Tayyi', Sulaim dan Hawazin. Mereka bergabung dengan Umm Ziml dan mengikat suatu perjanjian akan bersama-sama mengadakan perlawanan sampai mati dalam menghadapi Khalid bin Walid .



Muhammad Husain Haikal dalam As-Siddiq Abu Bakr menyebut mengapa mereka begitu berani melakukan pemberontakan karena sudah tentu dendam lama yang ada pada sisa-sisa kabilah itu terhadap Muslimin. "Mereka adalah orang-orang yang sebelumnya sudah kalah. Itulah yang mendorong orang yang putus asa bergabung dan membuat perjanjian mengadakan perlawanan," tuturnya.

Kalau bukan karena dendam yang menggerogoti jantung mereka, apa pula gerangan yang membuat mereka bertahan setelah Tulaihah lari dan kebohongannya terbongkar? Umm Ziml ini memang mengidap luka dendam kepada Muslimin yang tak kunjung sembuh kendati sudah berlalu beberapa tahun silam. Wajar saja bila sisa-sisa itu kemudian bergabung dengan Umm Ziml dan dendam bersama itulah yang kemudian dijadikan panji dan benderanya.

Lalu, siapa Umm Ziml? Dia adalah anak perempuan Umm Qirfah yang terbunuh pada masa Nabi dengan mengerikan sekali.

Zaid bin Harisah ketika itu sedang berhadapan dengan Banu Fazarah di Wadi Qurrah. Banyak anak buahnya yang mengalami luka dan Zaid sendiri luka berat dan dibawa langsung ke Madinah.



Setelah sembuh, oleh Rasulullah ia dikirim kembali kepada Banu Fazarah memimpin suatu pasukan. Banyak yang terbunuh, luka-luka dan tertawan dari pihak lawan.

Umm Qirfah Fatimah bint Badr ini termasuk di antara yang ditawan. Dalam pertempuran pertama, dialah yang menyebabkan Zaid mengalami luka berat itu. Setelah perempuan itu tertangkap diperintahkan supaya dibunuh. Tetapi pembunuhan itu dilakukan secara kasar.

Konon, menurut Haekal, kakinya diikatkan pada unta kemudian masing-masing unta dilepas ke arah yang berlawanan sehingga dia sobek.

Anaknya, Umm Ziml, ditawan yang oleh Aisyah Ummul mukminin kemudian dibebaskan dan lama ia tinggal bersama, kemudian ia pulang kembali ke kabilahnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Dua kalimat yang ringan diucapkan tetapi berat timbangannya, dan disenangi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala Yang Maha Pengasih yaitu, Subhanallah wa Bihamdihi Subhaanallaahil Azhim (Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya dan Maha Suci Allah Yang Maha Agung).

(HR. Muslim No. 4860)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More