7 Syarat Thawaf: Mengelilingi Kakbah seperti Salat, Ini Maksudnya

Kamis, 16 Mei 2024 - 14:17 WIB
Menunjukkan thawaf harus mengitari seluruh Kakbah. Seandainya seseorang thawaf dan lewat di dalam Hijir Isma’il, maka thawafnya tidak sah. Foto: Al Jazeera
Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi dalam "Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Panduan Fiqih Lengkap" (Pustaka Ibnu Katsir, 2007 M) mengatakan haji adalah salah satu ibadah dari sekian banyak ibadah, mempunyai rukun, hal-hal yang wajib dan hal-hal yang sunah.

Berikut ini syarat-syarat Thawaf

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma , bahwasanya Nabi SAW bersabda:

اَلطَّوَافُ حَوْلَ الْبَيْتِ مِثْلُ الصَّلاَةِ إِلاَّ أَنَّكُمْ تَتَكَلَّمُوْنَ فِيْهِ فَمَنْ تَكَلَّمَ فِيْهِ فَلاَ يَتَكَلَّمُ إِلاَّ بِخَيْرٍ.


“Thawaf mengelilingi Kakbah seperti salat, namun dalam thawaf kalian boleh berbicara. Barangsiapa yang berbicara ketika thawaf hendaklah ia berbicara dengan perkataan yang baik.”

Hadis sahih: [Irwaa-ul Ghaliil (no. 121)], Sunan at-Tirmidzi (II/218, no. 967), Shahiih Ibni Khuzaimah (IV/222, no. 2739), Shahiih Ibni Hibban (247/998), Sunan ad-Darimi (I/374, no. 1854), Mustadrak al-Hakim (I/459), al-Baihaqi (V/58).



Jika thawaf itu seperti salat , maka disyaratkan hal-hal sebagai berikut:

1. Suci dari dua hadas (hadas kecil dan besar)

Berdasarkan sabda Rasulullah SAW :

لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلاَةً بِغَيْرِ طُهُورٍ.


“Allah tidak menerima salat tanpa thaharah (bersuci).”

Juga berdasarkan sabda beliau kepada ‘Aisyah yang haidh pada saat haji:

اِفْعَلِي مَا يَفْعَلُ الْحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لاَ تَطُوْفِي بِالْبَيْتِ حَتَّى تَغْتَسِلِي.


“Kerjakanlah apa yang dikerjakan oleh orang yang berhaji, hanya saja engkau tidak boleh thawaf di Baitullah sampai engkau mandi (bersih dari haidhmu).”[Muttafaq ‘alaih: Shahiih Muslim (II/873, no. 1211 (119)), Shahiih al-Bukhari (III/504, no. 1650)]



2. Menutup aurat

Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ


“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (me-masuki) masjid...” [ QS Al-A’raf/7 : 31].

Dan berdasarkan hadis Abu Hurairah bahwasanya Abu Bakar ketika haji yang mana dalam haji itu ia diangkat sebagai amir oleh Rasulullah SAW, sebelum haji Wada’, beliau mengutus Abu Hurairah bersama beberapa orang pada hari raya kurban untuk mengumumkan kepada orang-orang. Setelah tahun ini orang musyrik tidak boleh berhaji, dan tidak boleh thawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang.[Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (I/477, no. 369), Shahiih Muslim (II/982, no. 1347), Sunan Abi Dawud (V/421, no. 1930), Sunan an-Nasa-i (V/234)].

3. Thawaf sebanyak tujuh putaran sempurna

Hal ini karena Rasulullah SAW thawaf tujuh kali, seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu ‘Umar, “Setelah tiba Rasulullah SAW thawaf mengelilingi Kakbah tujuh kali, kemudian beliau salat dua raka’at di belakang maqam Ibrahim dan sa’i antara Shafa dan Marwah tujuh kali. Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu ada contoh yang baik bagimu.



Amalan Rasulullah SAW ini merupakan penjelasan dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ


“…Dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” [ QS Al-Hajj/22 : 29]

Apabila ia meninggalkan sedikit saja dari tujuh putaran itu, thawafnya tidak sah. Jika ia ragu hendaknya ia mengambil kemungkinan yang paling sedikit agar ia menjadi yakin.

4. Memulai dan mengakhiri thawaf di Hajar Aswad dengan menempatkan Kakbah di sebelah kiri

Berdasarkan hadis Jabir Radhiyallahu anhua: “Ketika Rasulullah SAW tiba di Makkah beliau mendatangi Hajar Aswad dan mengusapnya, kemudian beliau melangkah ke arah kanan, beliau thawaf dengan berlari-lari kecil tiga putaran dan berjalan biasa empat putaran.”

6.Thawaf di luar Kakbah

Hal ini karena firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ


“…Dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” [ QS Al-Hajj/22 : 29]



Menunjukkan thawaf harus mengitari seluruh Kakbah. Seandainya seseorang thawaf dan lewat di dalam Hijir Isma’il, maka thawafnya tidak sah, berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

اَلْحِجْرُ مِنَ الْبَيْتِ.


“Hijir Isma’il termasuk Ka’bah.”

7. Berturut-turut (tidak terputus)

Hal ini karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam thawaf berturut-turut dan beliau bersabda:

خُذُوْا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ.


“Ambillah dariku manasik hajimu.”

Jika thawaf diputus untuk berwudhu atau menunaikan salat wajib ketika iqamat sudah dikumandangkan atau untuk istirahat sejenak, maka boleh melanjutkan thawaf (tidak perlu mengulang). Jika diputus lama, maka thawaf diulang lagi dari awal.

(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendengar seseorang mengucapkan: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, bahwasanya Engkau adalah Allah Yang Maha Esa, yang bergantung pada-Nya segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh dia telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, yang apabila diminta dengan menyebut-Nya, pasti akan diberi dan apabila berdoa dengan menyebut-Nya pasti akan dikabulkan.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 3847)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More