Sulit Menyakinkan Umat Islam, Begini Pengakuan Umar bin Khattab

Rabu, 09 September 2020 - 14:57 WIB
Umar bin Khattab dianggap terlalu keras. Foto/Ilustrasi/Ist
HARI masih pagi ketika orang-orang berkumpul di Masjid meneruskan acara pembaiatan kepada Umar bin Khattab . Ini adalah hari kedua setelah wafatnya Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq . ( )


Azan salat zuhur berkumandang ketika Umar berseru kepada orang banyak dengan suaranya yang menggelegar. Ia memerintahkan mereka untuk membebaskan semua tawanan Perang Riddah ( kaum murtad ) dan mengembalikan kepada keluarga-keluarga mereka, dengan mengemukakan alasan: "Saya tidak ingin melihat adanya tawanan perang menjadi kebiasaan di kalangan Arab." ( )


Mendengar perintah itu mata mereka terbelalak melihat kepada Umar. Satu sama lain mereka saling bertanya: Apa maksudnya!?

Kaum Muslimin memang sudah menawan orang-orang Arab tawanan Perang Riddah sesuai dengan perintah Khalifah Abu Bakar tatkala ia mengumumkan ke seluruh Semenanjung Arab dengan perintah kepada setiap panglima agar menyerukan orang murtad kembali kepada Islam . ( )


Mereka yang menolak supaya diperangi, dan jangan membiarkan orang yang masih kuat; mereka supaya dibakar dengan api dan dibunuh habis, semua perempuan dan anak cucu mereka supaya ditawan.



Dengan perintah itu adakah maksud Umar hendak menentang Abu Bakar dan akan berjalan sendiri tanpa menghiraukan tuntunannya? Ataukah karena dia melihat orang masih malas-malas untuk berjihad padahal ia sudah memerintahkan Musanna untuk berangkat ke Irak. ( )


Muhammad Husain Haekal dalam “ Umar bin Khattab ” menjelaskan, sebenarnya sedikit sekali Umar tidur dalam dua malam setelah kematian Abu Bakar itu. Orang masih berdatangan meneruskan baiat untuk menghormati Abu Bakar dan wasiatnya. Tetapi pemuka-pemuka mereka masih tidak puas dengan sikap Umar yang begitu keras, dan di antara mereka memang ada yang mempunyai ambisi kekuasaan. Suatu pemerintahan tidak akan stabil jika dalam menjalankan politiknya para pemikirnya tidak dilibatkan.

Keadaan memang sangat pelik untuk membiarkan segalanya kepada waktu, dan Umar cukup dengan hanya berdoa kepada Allah supaya orang mencintainya dan dia mencintai mereka. ( )


Kalau dia tak dapat menanganinya dengan tegas, pemerintahan akan menjadi kacau. Bahwa dia sudah mengeluarkan perintah agar tawanan perang dikembalikan kepada keluarga masing-masing dan untuk mengambil hati kabilah-kabilah Arab yang dulu menjauhinya karena sikapnya yang keras itu, jangan diragukan lagi biarlah politik ini diteruskan. ( )


Pidato Panjang

Hari ketiga Umar datang ke Masjid, dan selesai baiat ia berkata: "Orang Arab ini seperti unta yang jinak, mengikuti yang menuntunnya ke mana saja dibawa. Tetapi saya, demi Allah, akan membawa mereka ke jalan yang benar."




Orang makin banyak memperhatikan Umar. Terbayang oleh semua hadirin yang ada di Masjid, bahwa orang ini akan membawa malapetaka kepada mereka, karena sikapnya yang begitu tegar dan keras. Umar dapat menangkap perasaan itu dari wajah mereka. Ketika orang sudah banyak berkumpul akan melaksanakan salat zuhur, Umar naik ke tangga mimbar setapak demi setapak. Ia pun berpidato.

"Saya mendapat kesan, orang merasa takut karena sikap saya yang keras. Kata mereka Umar bersikap demikian keras kepada kami, sementara Rasulullah masih berada di tengah-tengah kita, juga bersikap keras demikian sewaktu Abu Bakar menggantikannya. Apalagi sekarang, kalau kekuasaan sudah di tangannya. Benarlah orang yang berkata begitu.”




"... Ketika itu saya bersama Rasulullah, ketika itu saya budak dan pelayannya. Tak ada orang yang mampu bersikap seperti Rasulullah, begitu ramah, seperti difirmankan Allah: Sekarang sudah datang kepadamu seorang rasul dari golonganmu sendiri: terasa pedih hatinya bahwa kamu dalam penderitaan, sangat prihatin ia terhadap kamu, penuh kasih sayang kepada orang-orang beriman (Qur'an, 9:128). Di hadapannya ketika itu saya adalah pedang terhunus, sebelum disarungkan atau kalau dibiarkan saya akan terus maju. Saya masih bersama Rasulullah sampai ia berpulang ke rahmatullah dengan hati lega terhadap saya. Alhamdulillah, saya pun merasa bahagia dengan Rasulullah.

"Setelah itu datang Abu Bakar memimpin Muslimin. Juga sudah tidak asing lagi bagi Saudara-saudara, sikapnya yang tenang, dermawan dan lemah lembut. Ketika itu juga saya pelayan dan pembantunya. Saya gabungkan sikap keras saya dengan kelembutannya. Juga saya adalah pedang terhunus, sebelum disarungkan atau kalau dibiarkan saya akan teras maju. Saya masih bersama dia sampai ia berpulang ke rahmatullah dengan hati lega terhadap saya. Alhamdulillah, saya pun merasa bahagia dengan Abu Bakar.”




"Kemudian sayalah, saya yang akan mengurus kalian. Ketahuilah Saudara-saudara, bahwa sikap keras itu sekarang sudah mencair… Sikap itu hanya terhadap orang yang berlaku zalim dan memusuhi kaum Muslimin. Tetapi buat orang yang jujur, orang yang berpegang teguh pada agama dan berlaku adil saya lebih lembut dari mereka semua.”
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
اَلَمۡ تَرَ اِلَى الَّذِيۡنَ تَوَلَّوۡا قَوۡمًا غَضِبَ اللّٰهُ عَلَيۡهِمؕۡ مَّا هُمۡ مِّنۡكُمۡ وَلَا مِنۡهُمۡۙ وَيَحۡلِفُوۡنَ عَلَى الۡكَذِبِ وَهُمۡ يَعۡلَمُوۡنَ
Tidakkah engkau perhatikan orang-orang (munafik) yang menjadikan suatu kaum yang telah dimurkai Allah sebagai sahabat? Orang-orang itu bukan dari (kaum) kamu dan bukan dari (kaum) mereka. Dan mereka bersumpah atas kebohongan, sedang mereka mengetahuinya.

(QS. Al-Mujadilah Ayat 14)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More