Kisah Heraklius Lepas Kota Nabi Ibrahim, Mukjizat Khalid bin Walid

Minggu, 04 Oktober 2020 - 08:42 WIB
Khalid membantah bahwa dia membuka gerbang kota itu dengan paksa. Tetapi Abu Ubaidah adalah panglima pasukan, dan tak ada jalan lain Khalid harus mematuhi perintahnya dan harus diadakan perjanjian perdamaian dengan pihak didudukinya.



Haekal mengatakan cerita itu berdasar sumber-sumber yang paling terkenal mengenai pembebasan Damsyik. Kendati peristiwa-peristiwa ini terasa aneh, namun didukung oleh para sejarawan Arab dan kalangan orientalis — karena pahlawannya Khalid bin Walid. Andaikata yang menjadi pahlawan bukan panglima jenius ini — yang banyak mendatangkan berbagai keajaiban dalam perang — niscaya semua sejarawan akan mengenyampingkan peristiwa itu.

Menurut Haekal, di medan perang, Khalid memang suatu mukjizat, suatu keajaiban, seperti yang sudah kita lihat dalam Perang Riddah, dalam pembebasan Irak dan dalam Pertempuran Yarmuk. Tidak heran jika ini merupakan salah satu mukjizat yang telah memberikan keunggulan dan kemenangan dalam setiap pertempuran yang dihadapinya, sehingga ada kalangan sejarawan Arab dan orientalis yang mendukungnya.

Tetapi dukungan ini tidak bebas dari kritik dan kecaman orang. Mereka mengutip sumber-sumber lain yang lebih wajar dalam hal seperti peristiwa Damsyik ini. Misalnya, sumber-sumber yang menyebutkan bahwa Abu Ubaidah dengan pasukannya menyerang Gerbang Jabiah dan dibuka dengan kekerasan, sementara Khalid yang mengadakan persetujuan damai dengan pihak kota di Gerbang Syarqi.



Setelah kedua panglima itu bertemu di dalam kota Damsyik perdamaian yang diadakan oleh Khalid itu diterima oleh Abu Ubaidah dan diperlakukan untuk seluruh kota. Sebenarnya sumber ini tidak berbeda dengan sumber yang pertama, kecuali yang berkenaan dengan mukjizat-mukjizat Khalid, seperti dia sudah mengetahui panglima Rumawi yang mengadakan pesta dan pengaruhnya terhadap para pengawal, memanjat pagar tembok dan tentang tali-temali. Andaikata soal mukjizat-mukjizat itu tidak disebut-sebut, dan katanya Khalid yang membuka Gerbang Syarqi dengan kekerasan dan Abu Ubaidah yang mengadakan persetujuan dengan pihak Gerbang Jabiah lalu terjadi perdamaian di seluruh kota, tentu kedua sumber itu tetap sejalan, artinya bahwa panglima-panglima Muslimin mengetahui bahwa pengepungan itu melemahkan mereka yang terkepung, lalu mereka sepakat menyerang semua gerbang kota.

Sesudah pihak Damsyik melihat serangan pasukan Muslimin, terjadi perselisihan apa yang akan mereka perbuat. Lalu sebagian mereka membuka pintu-pintu gerbang itu dan yang sebagian lagi kemudian.

Lalu panglima yang berikutnya membuka gerbang itu dengan paksa. Dengan demikian ada pasukan Muslimin yang masuk dengan cara damai, dan ada pula yang menyerbu tanpa menemui perlawanan. Maka terjadilah kemudian persetujuan damai untuk seluruh kota.



Perbedaan Pendapat

Menurut Haekal, gambaran ini saling mendukung kedua sumber itu, dan sumber-sumber yang berbeda tentang pembebasan Damsyik tidak lagi saling bertentangan. Di antara sumber-sumber itu ada yang menyebutkan, bahwa Uskup kota Damsyik beberapa kali berada di pagar berbicara dengan Khalid bin Walid.

Suatu hari ia berkata kepada Khalid: "Abu Sulaiman, soal kalian sudah di ambang pintu, tetapi ada perjanjian saya dengan Anda. Maka adakanlah perdamaian dengan saya mengenai kota ini."

Khalid setuju. Khalid meminta tinta dan kertas lalu menulis: "Bismillahir-rahmanir-rahim. Inilah yang dibuat Khalid untuk penduduk Damsyik bilamana ia sudah memasuki kota. Keamanan mereka dijamin: jiwa mereka, harta benda, gereja-gereja dan pagar-pagar tembok kota mereka. Tak boleh merusak atau menempati bangunan-bangunan mereka. Dalam hal ini mereka memperoleh janji Allah dan jaminan Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam serta para khalifah dan orang-orang beriman. Jangan sampai mereka mendapat gangguan bilamana mereka sudah membayar jizyah."

Sesudah menyebutkan tentang surat ini oleh al-Balazuri ditambahkan, bahwa pada suatu malam Uskup itu mengungkapkan kepada Khalid bahwa kota ini sekarang sedang dalam hari raya dan penduduk sedang sibuk, la meminta disediakan sebuah tangga, maka dibawakan dua buah tangga. Beberapa orang pasukan Muslimin menaiki tangga itu ke atas pagar tembok, lalu turun di sebuah gerbang yang hanya ada satu atau dua orang. Mereka saling

membantu dan gerbang dibuka saat matahari terbit. Dalam pada itu Abu Ubaidah di bagian samping sudah, memasuki Gerbang Jabiah dengan cara kekerasan. Uskup itu menunjukkan kepadanya surat Khalid.

Beberapa kalangan Muslimin mengatakan: "Pimpinan bukan di tangan Khalid, ia tidak layak mengadakan perdamaian."

Maka Abu Ubaidah berkata: "Perlindungan yang sudah diberikan oleh salah seorang dari Muslimin kepada mereka, tak dapat dibatalkan."

Sumber lain menyebutkan bahwa setelah pengepungan berjalan begitu lama dan keadaan makin terasa berat bagi penduduk Damsyik, diam-diam mereka menghubungi pihak Muslimin untuk mengadakan perdamaian. Pihak Muslimin bertahan agar diadakan bagi rata, yakni segala yang ada di Damsyik separuh untuk mereka.

Pihak Damsyik maju-mundur untuk menerima tawaran ini. Karena gamisun kota itu tak mampu mempertahankan diri dan melindungi penduduk, maka tak ada jalan lain kecuali menyerah. Setelah mengirim utusan kepada Abu Ubaidah dan ia menjamin keamanan kota, mereka membukakan pintu-pintu gerbang itu. Abu Ubaidah bersama para perwira dan angkatan bersenjatanya memasuki kota tanpa pertempuran.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman.

(HR. Bukhari No.8)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More