Kisah Inspirasi Perjuangan Dakwah Ustaz Tengku Zulkarnain (1)
Selasa, 11 Mei 2021 - 23:38 WIB
Namun, ternyata Allah berkehendak lain. Allah lebih memilih Tengku Zul menjadi seorang Dai sekaligus pejuang umat yang hadir di tengah kondisi umat Islam yang sangat membutuhkan sosok tegas, lurus dan berani menyampaikan kebenaran.
Walau sejak kecil Ustaz Tengku dididik dalam keluarga seniman, ditambah ayah beliau seorang pemain musik di salah satu satu group musik di Medan, namun soal urusan mengaji keilmuan agama masih tetap menjadi prioritas agama.
Sejak muda, beliau sangat mengandrungi membaca Al-Qur'an. Beliau mewajibkan dirinya istiqamah membaca minimal 1 juz Al-Qur'an dalam kondisi sesibuk apa pun. Hingga, tibalah sebuah peristiwa keajaiban pernah terjadi.
Suatu hari Tengku Zul muda pernah mengalami insiden kecelakaan. Dalam keadaan koma, menurut keterangan dokter yang merawat, sepanjang itulah Tengku Zul senantiasa diluar kesadaran membaca Al-Qur'an, meski sebenarnya beliau ketika itu belum lagi hapal Al-Qur'an.
Perkenalan beliau dengan seorang juru dakwah dari Pakistan menjadi awal inspirasinya terjun ke dunia dakwah pada saat beliau menjadi seorang dosen Bahasa Inggris di salah satu perguruan tinggi di Sumatera.
Di sana beliau merasa tersadarkan bagaimana mungkin ada orang yang jauh-jauh datang dari luar sana mendakwahkan Islam di tempat dimana beliau sendiri yang seharusnya berdakwah. Tugas itu seharusnya diemban oleh orang lokal di sana.
Kesadaran itulah yang membawa perubahan besar dalam arah kehidupan Ustaz Tengku sewaktu masih di Sumatera hingga hijrah dan berkiprah di Ibukota sebagai seorang ulama.
Beliau sewaktu muda pun juga telah berguru dengan para ulama sepuh di Sumatera Utara yang notabene mereka para tokoh ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Hal ini terbukti pula dari aliran pemikiran dan pemahaman dakwah yang disampaikan Tengku Zul yang sangat sarat dengan akidah paham Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang juga beliau tunjukkan mungkin dari karya perdana dan terakhirnya yang menjadi kenangan dalam bentuk karya seni lagu berkenaan pemahaman Tauhid Aswaja mengenai sifat-sifat Allah.
Semoga Allah muliakan derajat dan kedudukan beliau yang tutup usia pada bulan penuh kemuliaan, pada 28 Ramadhan setelah kumandang adzan Maghrib. Beliau salah seorang pejuang Islam yang dengan segenap hidupnya diinfaqkan untuk memberikan pencerahan bagi umat Islam.
(Bersambung...)
Walau sejak kecil Ustaz Tengku dididik dalam keluarga seniman, ditambah ayah beliau seorang pemain musik di salah satu satu group musik di Medan, namun soal urusan mengaji keilmuan agama masih tetap menjadi prioritas agama.
Sejak muda, beliau sangat mengandrungi membaca Al-Qur'an. Beliau mewajibkan dirinya istiqamah membaca minimal 1 juz Al-Qur'an dalam kondisi sesibuk apa pun. Hingga, tibalah sebuah peristiwa keajaiban pernah terjadi.
Suatu hari Tengku Zul muda pernah mengalami insiden kecelakaan. Dalam keadaan koma, menurut keterangan dokter yang merawat, sepanjang itulah Tengku Zul senantiasa diluar kesadaran membaca Al-Qur'an, meski sebenarnya beliau ketika itu belum lagi hapal Al-Qur'an.
Perkenalan beliau dengan seorang juru dakwah dari Pakistan menjadi awal inspirasinya terjun ke dunia dakwah pada saat beliau menjadi seorang dosen Bahasa Inggris di salah satu perguruan tinggi di Sumatera.
Di sana beliau merasa tersadarkan bagaimana mungkin ada orang yang jauh-jauh datang dari luar sana mendakwahkan Islam di tempat dimana beliau sendiri yang seharusnya berdakwah. Tugas itu seharusnya diemban oleh orang lokal di sana.
Kesadaran itulah yang membawa perubahan besar dalam arah kehidupan Ustaz Tengku sewaktu masih di Sumatera hingga hijrah dan berkiprah di Ibukota sebagai seorang ulama.
Beliau sewaktu muda pun juga telah berguru dengan para ulama sepuh di Sumatera Utara yang notabene mereka para tokoh ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Hal ini terbukti pula dari aliran pemikiran dan pemahaman dakwah yang disampaikan Tengku Zul yang sangat sarat dengan akidah paham Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang juga beliau tunjukkan mungkin dari karya perdana dan terakhirnya yang menjadi kenangan dalam bentuk karya seni lagu berkenaan pemahaman Tauhid Aswaja mengenai sifat-sifat Allah.
Semoga Allah muliakan derajat dan kedudukan beliau yang tutup usia pada bulan penuh kemuliaan, pada 28 Ramadhan setelah kumandang adzan Maghrib. Beliau salah seorang pejuang Islam yang dengan segenap hidupnya diinfaqkan untuk memberikan pencerahan bagi umat Islam.
(Bersambung...)
(rhs)