Kisah Leluhur Rasulullah dan Jabatan Pemegang Kunci Ka'bah

Kamis, 28 Mei 2020 - 10:17 WIB
Hasyim meninggal dunia. Kedudukannya digantikan oleh adiknya, Muttalib. Foto/Ilustrasi/Ist
KELUARGA keturunan Nabi Ismail sempat keluar dari Makkah, setelah sumur Zamzam mengering. Kekuasaan sesudah itu diambil alih Bani Khuza'ah. Nenek moyang Bani Khuza'ah adalah seorang tokoh yang bernama Amr bin Luhay al-Khuza'i.

Para ahli genealogi Arab , antara lain Ibnu Abdul Bar dan Ibnu Duraid, menyatakan bahwa Bani Khuza'ah adalah keturunan dari Bani Azad, yang merupakan bangsa Arab Qahtaniyah. ( )

Menurut kelompok ini, silsilah Bani Khuza'ah adalah dari 'Amr bin Luhay (Rabi'ah) bin Haritsah bin Amr Muzaiqiya. Haritsah bin Amr merupakan salah seorang pemimpin Bani Azad yang memimpin kaumnya berhijrah dari Yaman. Dialah yang memulai penyembahan berhala di dalam Ka'bah.

Kekuasaan mereka atas Ka'bah turun-temurun sampai akhirnya Qushayy bin Kilab, nenek (kakek) Nabi Muhammad yang kelima datang mengambil alih. ( )

Muhammad Husain Haekal dalam buku Sejarah Hidup Muhammad menceritakan, Fatimah bint Sa'd bin Sahl kawin dengan Kilab dan mempunyai anak bernama Zuhra dan Qushayy. Kilab meninggal dunia ketika Qushayy masih bayi. Kemudian Fatimah kawin lagi dengan Rabi'a bin Haram. Kemudian mereka pergi ke Syam dan di sana Fatimah melahirkan Darraj.

Qushayy semakin besar dan ia hanya mengenal Rabi'a sebagai ayahnya. Lambat-laun antara Qushayy dengan pihak kabilah Rabi'a terjadi permusuhan. Ia dihina dan dikatakan berada di bawah perlindungan mereka, padahal bukan dari pihak mereka. Qushayy mengadukan penghinaan itu kepada ibunya.

"Ayahmu lebih mulia dari mereka," kata ibunya kepada Qushayy. "Engkau anak Kilab bin Murra, dan keluargamu di Makkah menempati Rumah Suci."



Menurut Muhammad Husain Haekal dalam buku "Sejarah Hidup Muhammad" Qushayy lalu pergi ke Makkah, dan menetap di sana. Karena pandangannya yang baik dan mempunyai kesungguhan, orang-orang di Makkah sangat menghormatinya.

Pada waktu itu pengawasan Rumah Suci Ka'bah di tangan Hulail bin Hubsyia - orang yang berpandangan tajam dari kabilah Khuza'a. Tatkala Qushayy melamar puterinya, Hubba, ternyata lamarannya diterima baik dan kawinlah mereka.

Qushayy terus maju dalam usaha dan perdagangannya, yang membuat ia jadi kaya. Harta dan anak-anaknya pun banyak pula. Di kalangan masyarakatnya ia makin terpandang. Hulail meninggal dengan meninggalkan wasiat supaya kunci Ka'bah di tangan Hubba puterinya.



Hubba menolak dan kunci itu dipegang oleh Abu Ghibsyan dari kabilah Khuza'a. Soalnya Abu Ghibsyan adalah seorang pemabuk. Pada suatu hari ia kehabisan minuman keras. Lalu kunci Ka'bah itu dijual kepada Qushayy dengan cara menukarnya dengan minuman keras.

Khuza'ah sudah memperhitungkan betapa kedudukannya nanti bila pimpinan Ka'bah itu berada di tangan Qushayy sebagai orang yang banyak hartanya dan orang yang mulai berpengaruh di kalangan Quraisy.

Mereka merasa keberatan bilamana masalah pimpinan Rumah Suci berada di tangan pihak lain selain mereka sendiri. Pada waktu Qushayy meminta bantuan Quraisy, beberapa kabilah memang sudah berpendapat bahwa dialah penduduk yang paling kuat dan sangat dihargai di Makkah. Mereka mendukung Qushayy dan berhasil mengeluarkan Khuza'ah dari Makkah.

Selanjutnya seluruh pimpinan Rumah Suci itu sudah di tangan Qushayy dan dia diakui sebagai pemimpin mereka.



Kala itu bangunan apapun belum ada di tempat itu, selain Ka'bah. Begitu Qushayy memegang pimpinan Makkah ia mengumpulkan penduduk untuk mendirikan bangunan yang lain. Maka dibangunlah Dar'n-Nadwa. Bangunan ini sebagai tempat pertemuan pembesar-pembesar Makkah yang dipimpin oleh Qushayy sendiri.

Di tempat ini mereka bermusyawarah mengenai masalah-masalah negeri itu. Menurut kebiasaan mereka, setiap persoalan yang mereka hadapi selalu diselesaikan dengan persetujuan bersama. Baik wanita atau laki-laki yang akan melangsungkan perkawinan harus di tempat ini pula.

Dengan perintah Qushayy orang-orang Quraisy lalu membangun tempat-tempat tinggal mereka di sekitar Ka'bah itu, dengan meluangkan tempat yang cukup luas untuk mengadakan tawaf sekitar Ka'bah dan pada setiap dua rumah disediakan jalan yang menembus ke tempat tawaf tersebut.

Anak Qushayy yang tertua ialah Abd'd-Dar. Akan tetapi Abd Manaf adiknya, sudah lebih dulu tampil ke depan umum dan sudah mendapat tempat pula.

Sesudah usianya makin lanjut, Qushayy menyerahkan kunci Ka'bah kepada Abd'd-Dar, demikian juga soal air minum, panji dan persediaan makanan.



Setiap tahun Quraisy memberikan sumbangan dari harta mereka yang diserahkannya kepada Qushayy guna membuatkan makanan pada musim ziarah. Makanan ini kemudian diberikan kepada mereka yang datang tidak dalam kecukupan.

Qushayy adalah orang yang pertama mewajibkan kepada Quraisy menyiapkan persediaan makanan. Dikumpulkannya mereka itu dan ia sangat merasa bangga terhadap mereka ketika bersama-sama mereka berhasil mengeluarkan Khuza'a dari Makkah. Ketika mewajibkan itu ia berkata kepada mereka:

"Saudara-saudara Quraisy! Kamu sekalian adalah tetangga Tuhan, keluarga RumahNya dan Tempat yang Suci. Mereka yang datang berziarah adalah tamu Tuhan dan pengunjung RumahNya. Mereka itulah para tamu yang paling patut dihormati. Pada musim ziarah itu sediakanlah makanan dan minuman sampai mereka pulang kembali."

Seperti ayahnya, Abd'd-Dar juga telah memegang pimpinan Ka'bah dan kemudian diteruskan oleh anak-anaknya. Akan tetapi anak-anak Abd Manaf sebenarnya mempunyai kedudukan yang lebih baik dan terpandang juga di kalangan masyarakatnya. Oleh karena itu, anak-anak Abd Manaf, yaitu Hasyim, Abd Syams, Muttalib dan Naufal sepakat akan mengambil pimpinan yang ada di tangan sepupu-sepupu mereka itu. Tetapi pihak Quraisy berselisih pendapat: yang satu membela satu golongan yang lain membela golongan yang lain lagi.

Keluarga Abd Manaf mengadakan Perjanjian Mutayyabun dengan memasukkan tangan mereka ke dalam tib, (yaitu bahan wangi-wangian) yang dibawa ke dalam Ka'bah. Mereka bersumpah takkan melanggar janji. Demikian juga pihak Keluarga Abd,d-Dar mengadakan pula Perjanjian Ahlaf: Antara kedua golongan itu hampir saja pecah perang yang akan memusnahkan Quraisy, kalau tidak cepat-cepat diadakan perdamaian.



Keluarga Abd Manaf diberi bagian mengurus persoalan air dan makanan, sedangkan kunci, panji dan pimpinan rapat di tangan Keluarga Abd'd-Dar.

Kedua belah pihak setuju, dan keadaan itu berjalan tetap demikian, sampai pada waktu datangnya Islam.

Hasyim termasuk pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan. Dialah yang memegang urusan air dan makanan. Dia mengajak masyarakatnya seperti yang dilakukan oleh Qushayy kakeknya, yaitu supaya masing-masing menafkahkan hartanya untuk memberi makanan kepada pengunjung pada musim ziarah.

Pengunjung Baitullah, tamu Tuhan inilah yang paling berhak mendapat penghormatan. Kenyataannya memang para tamu itu diberi makan sampai mereka pulang kembali.

Peranan yang dipegang Hasyim tidak hanya itu saja, bahkan jasanya sampai ke seluruh Makkah. Pernah terjadi musim tandus, dia datang membawakan persediaan makanan, sehingga kembali penduduk itu menghadapi hidupnya dengan wajah berseri. Hasyim jugalah yang membuat ketentuan perjalanan musim, musim dingin dan musim panas. Perjalanan musim dingin ke Yaman, dan perjalanan musim panas ke Syiria.

Dengan adanya semua kenyataan ini keadaan Makkah jadi berkembang dan mempunyai kedudukan penting di seluruh jazirah, sehingga ia dianggap sebagai ibukota yang sudah diakui. Dengan perkembangan serupa itu tidak ragu-ragu lagi anak-anak Abd Manaf membuat perjanjian perdamaian dengan tetangga-tetangganya.

Hasyim sendiri membuat perjanjian sebagai tetangga baik dan bersahabat dengan Imperium Romawi dan dengan penguasa Ghassan. Pihak Romawi mengizinkan orang-orang Quraisy memasuki Suria dengan aman.

Demikian juga Abd Syams membuat pula perjanjian dagang dengan Najasyi (Negus). Selanjutnya Naufal dan Muttalib juga membuat persetujuan dengan Persia dan perjanjian dagang dengan pihak Himyar di Yaman.

Makkah sekarang bertambah kuat dan bertambah makmur. Demikian pandainya penduduk kota itu dalam perdagangan sehingga tak ada pihak lain yang semasa yang dapat menyainginya.

Rombongan kafilah datang ke tempat itu dari segenap penjuru dan berangkat lagi pada musim dingin dan musim panas.

Di sekitar tempat itu didirikan pasar-pasar guna menjalankan perdagangan. Itu pula sebabnya mereka jadi cekatan sekali dalam utang-piutang dan riba serta segala sesuatu yang berhubungan dengan perdagangan. Tak ada yang teringat akan menyaingi Hasyim yang kini sudah makin lanjut usianya itu dalam kedudukannya sebagai penguasa Makkah. Hanya kemudian terbayang oleh Umayya anak Abd Syams -sepupunya - bahwa sudah tiba masanya kini ia akan bersaing. Tetapi dia tidak berdaya, dan kedudukan itu tetap dipegang Hasyim. Sementara itu Umayyah telah meninggalkan Makkah dan selama sepuluh tahun tinggal di Syuriah.



Pada suatu ketika dalam perjalanan pulang dari Syuriah, ketika Hasyim melalui Jathrib dilihatnya seorang wanita baik-baik dan terpandang, muncul di tengah-tengah orang yang sedang mengadakan perdagangan dengan dia. Wanita itu ialah Salma anak 'Amr dari kabilah Khazraj. Hasyim merasa tertarik. Ditanyakannya, adakah ia sedang dalam ikatan dengan laki-laki lain? Setelah diketahui bahwa dia seorang janda dan tidak mau kawin lagi kecuali bila ia memegang kebebasan sendiri, Hasyim lalu melamarnya. Dan wanita itupun menerima, karena dia mengetahui kedudukan Hasyim di tengah-tengah masyarakatnya.

Beberapa waktu lamanya ia tinggal di Makkah dengan suaminya. Kemudian ia kembali ke Jathrib. Di kota ini ia melahirkan seorang anak yang diberi nama Syaiba.

Beberapa tahun kemudian dalam suatu perjalanan musim panas ke Ghazza (Gaza). Hasyim meninggal dunia. Kedudukannya digantikan oleh adiknya, Muttalib. Sebenarnya Muttalib ini masih adik Abd Syams. Tetapi dia sangat dihormati oleh masyarakatnya. Karena sikapnya yang suka menenggang dan murah hati. Oleh Quraisy ia dijuluki Al-Faidz', ("Yang melimpah").

Dengan keadaan Muttalib yang demikian itu di tengah-tengah masyarakatnya, sudah tentu segalanya akan berjalan tenteram sebagaimana mestinya. ( )
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Anas radhiyallahu 'anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terbiasa membaca doa: YA MUQALLIBAL QULUUB TSABBIT QALBII 'ALAA DIINIKA (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu). Kemudian aku pun bertanya, Wahai Rasulullah, kami beriman kepadamu dan kepada apa yang anda bawa. Lalu apakah anda masih khawatir kepada kami? Beliau menjawab: Ya, karena sesungguhnya hati manusia berada di antara dua genggaman tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Dia bolak-balikkan menurut yang dikehendaki-Nya.

(HR. Tirmidzi No. 2066)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More