Abu Dzar Al-Ghifari (3): Batal Memenggal Leher Koruptor Karena Ingat Pesan Nabi SAW

Kamis, 14 Oktober 2021 - 14:33 WIB
Rasulullah SAW berkata kepada Abu Dzar: Engkau benar, yaitu engkau akan mati dalam keadaan iman yang sama pada saat aku meninggalkan engkau. (Ilustrasi : Ist)
Abu Dzar Al-Ghifari adalah simbol perlawanan rakyat atas kekuasaan yang korup. Sepeninggal Nabi SAW, ia berada di garda paling depan melawan komplotan para koruptor. Ia sempat menghunus pedangnya untuk membunuh para pencoleng duit negara itu.



Alkisah, di era Khalifah Utsman bin Affan , kesabaran Abu Dzar Al-Ghifari benar-benar sudah habis. Ia marah bukan kepalang. Kala itu, Islam telah berkembang pesat. Para pejabat menjadi kaya raya. Korupsi, kolusi, dan nepotis pun merajalela.

Abu Dzar memandang kondisi sudah sangat berbahaya. Dia berpendapat bahwa telah terjadi pergeseran nilai-nilai Islam. Kepentingan pribadi telah menggeser kepentingan yang lebih besar, yaitu tegaknya ajaran Islam.

Apa yang dilakukan oleh para pejabat yang banyak dipegang sahabat Nabi berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW , yang bahkan pada saat wafatnya pun baju besinya sedang dalam keadaan tergadai.



Wasiat Rasulullah SAW

Inilah yang membuat Abu Dzar marah besar. Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya berjudul Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah memaparkan, Abu Dzar menghunus pedangnya. Diangkatlah pedangnya yang tidak pernah tumpul itu, dan menebaskannya ke udara yang kosong.

Bergegas dia bangkit dan berdiri untuk menantang orang-orang yang dianggapnya telah menyimpang dari ajaran Islam. Namun ia tiba-tiba tertegun. Dia teringat akan wasiat Rasulullah yang pernah disampaikan kepadanya:

“Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu bila menjumpai para pembesar yang mengambil barang upeti untuk diri mereka pribadi?” tanya Rasulullah.

“Demi yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, akan aku tebas mereka dengan pedangku!” jawab Abu Dzar.

Kemudian Rasulullah bersabda, “Maukah engkau aku beri jalan yang lebih baik dari itu? Ialah bersabar sampai kamu menemuiku.”

Rasulullah mengetahui bahwa permasalahan harta bagi kepentingan umat adalah persoalan yang pokok bagi Abu Dzar, dan untuk itu dia akan membaktikan hidupnya.

Abu Dzar akan selalu mengingat wasiat guru tercintanya ini. Demi larangan dari Rasulullah untuk menebas leher para pembesar yang meraup kekayaan untuk kepentingan dirinya sendiri, Abu Dzar akan berdiam diri. Tetapi tidak untuk lidahnya yang tidak kalah tajam untuk membela kebenaran. Abu Dzar tidak dilarang untuk berkata-kata. Maka sabda Rasulullah mengenai Abu Dzar akan segera terjadi kembali:

“Tak akan pernah lagi dijumpai di bawah langit ini, orang yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar!”

Mengingat wasiat Rasulullah, Abu Dzar mengurungkan niatnya untuk mengangkat senjata. Maka disarungkannya kembali pedang yang sudah terangkat tadi.



Senjata Kebenaran

Jauh hari sebelumnya Rasulullah telah mengetahui keunggulan Abu Dzar, bahwa dia memiliki kemampuan berupa kata-kata yang tepat dan jitu, sehingga dia tidak membutuhkan senjata apapun. Satu kalimat yang diucapkannya akan lebih tajam dan menghasilkan daripada pedang walaupun sebanyak isi bumi.

Maka dengan senjata kebenarannya dia akan pergi menemui para pembesar, para penguasa, kaum hartawan, atau singkat kata, orang-orang yang menyalahgunakan agama demi kepentingan duniawi.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Allah 'azza wajalla telah berfirman: Setiap amal anak Adam adalah teruntuk baginya kecuali puasa. Puasa itu adalah bagi-Ku, dan Akulah yang akan memberinya pahala.  Dan puasa itu adalah perisai. Apabila kamu puasa, maka janganlah kamu merusak puasamu dengan rafats, dan jangan pula menghina orang. Apabila kamu dihina orang atau pun diserang, maka katakanlah, 'Sesungguhnya saya sedang berpuasa.'  Demi Allah, yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat kelak daripada wanginya kesturi. Dan bagi mereka yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Ia merasa senang saat berbuka lantaran puasanya, dan senang pula saat berjumpa dengan Rabbnya juga karena puasanya.

(HR. Muslim No. 1944)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More