Peranan Islam Memerangi Rasisme

Selasa, 09 Juni 2020 - 14:17 WIB
Kemuliaan ini sesungguhnya berdasarkan kepada tabiat penciptaan terbaik (ahsan atau aqwam) dan termulia (karomah) kerena manusia diciptakan secara paling sempurna dan melibatkan kesucian Ilahi (fitrah Allah). Bahwa manusia tanpa kecuali dalam penciptaannya melibatkan "tiupan ruh Ilahi". Yang kemudian menjadikannya sebagai makhluk yang mewakili "kesucian Ilahi" itu.

Meminjam istilah teman-teman Kristiani dan Yahudi, sesungguhnya manusia itu tanpa kecuali tercipta dengan "image of God". Tentu yang dimaksud adalah bahwa manusia itu menggambarkan kesucian Ilahi atau fitrah Allah pada penciptaanNya.

Dan realita ini pulalah yang Allah sampaikan dalam Kalam-Nya di Surah Ar-Rum:30. "Dan hadapkanlah wajahmu kepada agama yang kurus itu. Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah itu".

Oleh karena penciptaan manusia melibatkan kesucian Allah (wa nafakhna fiihi min ruuhina) maka agama yang hadir menuntun hidupnya juga sejalan dengan kefitrahan tersebut. Maka semua manusia tanpa kecuali berhak dan harus diperlakukan secara mulia dan terhormat secara sejajar. Ras dan warna kulit seseorang tidak menambah atau mengurangi kemuliaan itu. Karena kemuliaannya terletak pada fitrah yang sama pada semua.

Keempat, Islam juga menerima (embrace) kenyataan keragaman (diversity) manusia, tidak saja sebagai fakta sosial. Tapi lebih penting dari itu bahwa keragaman manusia adalah salah satu tanda kebesaran Allah SWT. Dengan kata lain, penerimaan keragaman manusia dan ciptaan secara umum adalah bagian dari keimanan umat. Menolaknya adalah penolakan kepada kebesaran Allah alias kekufuran.

Didapatkan dalam beberapa ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang keputusan Allah menjadikan manusia ragam dalam hidupnya. Termasuk di dalamnya ragam ras, bahkan warna kulit.

Dalam Surah An-Nahl ayat 93 misalnya Allah berfirman: "Dan kalau Allah menghendaki niscaya Dia menjadikanmu dalam satu Umat saja. Tapi Allah membiarkan sesat siapa yang dikehendakiNya, dan ditunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya apa Yang pernah kamu kerjakan".

Pada Surah Ar-Rum ditegaskan: "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan perbedaan lisan (bahasa) dan warna kulit adalah tanda-tanda bagi orang yang berilmu".

Maka rasisme itu adalah kebodohan, kekufuran nyata, sekaligus keangkuhan manusia karena mengingkari kebesaran Allah dalam keragaman ciptaanNya.

Perubahan Revolusioner Rasulullah SAW

Semua alasan yang disebutkan di atas, dan banyak lagi yang lain, menyimpulkan bahwa ajaran Islam telah hadir untuk membangun kesetaraan manusia yang hakiki (genuine equality). Dan itu pulalah yang disampaikan dan diimplementasikan oleh baginda Rasulullah SAW di masyarakat yang dipimpinnya.

Bermula dari firman Allah yang tegas: "Sesungguhnya yang termulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa" (Al-Hujurat:13). Rasulullah dengan tegas mengajarkan ini kepada umatnya.

Maka sejak awal perjalanan sejarahnya, umat ini telah ditakdirkan sangat ragam. Ragam ras, warna kulit, maupun latar belakang suku dan budaya. Bilal dari kalangan Afro, Salman dari kalangan Persia, Suhaeb dari kalangan warga kulit putih, dan seterusnya. Mereka semua hadir sejajar dengan sahabat lainnya dari kalangan Arab ketika itu.

Realita inilah yang kemudian dideklarasikan dalam pertemuan global manusia, di saat beliau menunaikan ibadah haji di Padang Arafah. Beliau menyampaikan dalam Khutbah beliau yang dikenal dengan khutbatul wada' sebagai berikut:

"Sesungguhnya ayahmu satu. Semua kalian berasal dari Adam, dan Adam diciptakan dari tanah. Tiada kelebihan orang Arab di atas non Arab, dan tiada kelebihan non Arab di atas orang Arab kecuali karena ketakwaan. Tiada pula kelebihan orang putih di atas orang hitam, dan tiada kelebihan orang hitam di atas orang putih kecuali karena ketakwaan".

Pernyataan di atas dapat dikatakan sebagai deklarasi kesetaraan ras pertama dalam sejarah manusia, jauh sebelum PBB mendeklaraskan apa yang dikenal dengan "Declaration of Universal Human Right" yang dibanggakan oleh dunia kita saat ini.

Saya ingin akhiri dengan sebuah kejadian yang melibatkan dua sahabat tercinta Rasulullah SAW . Antara Abu Zar Al-Ghifari, sahabat terhormat dari kalangan Arab, dan Bilal, seorang sahabat dari kalangan non Arab, berkulit hitam dan mantan budak pula.

Suatu ketika terjadi perselisihan di antara keduanya sahabat agung itu. Abu Zar merasa sebagai orang Arab merasa direndahkan kerena keberanian Bilal membantahnya. Maka beliaupun memanggil Bilal dengan sebutan: "Yaa ibna as-saudaa" (wahai anak seorang perempuan hitam).

Bilal merasa terhina dengan panggilan itu. Dan pastinya tanpa disadari Abu Zar telah bersikap rasis dengan penyebutan warna kulit Ibu seorang sahabatnya. Maka Rasulullah dengan tegas mengatakan kepada Abu Zar: "Sesungguhnya engkau adalah seorang yang masih berkarakter jahiliyah".

Teguran Rasulullah itu menjadi pukulan berat pagi Abu Zar. Sampai-sampai beliau meminta Bilal untuk menginjak kepalanya untuk menebus kejahilan itu. Begitulah kira-kira cara tegas dan revolusioner Rasulullah SAW dalam mengubah mentalitas dan mindset para sahabatnya. Dan dengan itu mereka yang selama masa jahiliyah angkuh dan rasis menjadi sadar dan rendah hati. Sebaliknya mereka yang di masa jahiliyah rendah diri dan direndahkan menemukan kehormatan dan percaya diri. (Baca Juga: Subhanallah, Beginilah Abu Dzar Menebus Kesalahannya kepada Bilal )
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
اِنَّ الۡاِنۡسَانَ خُلِقَ هَلُوۡعًا ۙ‏ (١٩) اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوۡعًا (٢٠) وَاِذَا مَسَّهُ الۡخَيۡرُ مَنُوۡعًا (٢١) اِلَّا الۡمُصَلِّيۡنَۙ (٢٢) الَّذِيۡنَ هُمۡ عَلٰى صَلَاتِهِمۡ دَآٮِٕمُوۡنَ (٢٣) وَالَّذِيۡنَ فِىۡۤ اَمۡوَالِهِمۡ حَقٌّ مَّعۡلُوۡمٌ (٢٤) لِّلسَّآٮِٕلِ وَالۡمَحۡرُوۡمِ (٢٥)
Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan shalat, mereka yang tetap setia melaksanakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak meminta

(QS. Al-Ma'arij Ayat 19-25)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More