Berikut Ini Tiga Ibadah yang Paling Dicintai Allah Ta'ala
Rabu, 10 Juni 2020 - 05:00 WIB
BANYAK riwayat hadis tentang fadhail amal yang menjelaskan tentang amalan yang paling dicintai Allah. Namun para ulama hadis berkata bahwa jawaban Rasulullah dalam hadis-hadis tersebut disesuaikan dengan sang penanya.
Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid dalam " Ibadah Yang Paling Dicintai Allah" menyebut ada belasan ibadah yang sangat dicintai Allah. Dari yang belasan itu, Asma' menempatkan urutan pertama adalah iman kepada Allah, kedua kedua silaturahim dan ketiga amar ma'ruf serta nahi munkar. ( )
Pada ulasan sebelumnya telah dibahas amal yang sangat dicintai Allah pertama, yaitu iman kepada-Nya, silaturahim dan amar ma'ruf serta nahi munkar. ( )
Pada tulisan ini kali akan membahas ibadah yang sangat dicintai Allah selanjutnya.
Faraidh
Menurut Asma`, ibadah yang sangat dicintai Allah selain iman kepada Allah, silaturahim, amar ma'ruf dan nahi munkar adalah faraidh (kewajiban). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda menyampaikan berita dari Rabb-nya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَنْ عادى لي وليًا فقد آذنتُهُ بالحرب وما تقرَّب إليَّ عبدي بشيءٍ أحبَّ إليَّ مما افترضْتُ عليه)) [أخرجه البخاري].
“Siapa yang memusuhi wali-Ku maka sungguh ia mengumumkan perang dengan-Ku, dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaku dengan sesuatu yang lebih kucintai dari yang Kuwajibkan kepadanya.” (HR. al-Bukhari).
Wali-Ku yang dimaksud adalah wali Allah subhanahu wa ta’ala (SWT). Mereka adalah orang yang berilmu, selalu taat kepada-Nya, ikhlas dalam ibadah-Nya.
Firman-Nya: ‘dari yang kuwajibkan kepadanya’: fara’idh: masuk di bawah lafazh ini semua kewajiban, fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Serta kewajiban yang zahir, yaitu perbuatan: seperti wudhu, salat , zakat , zakat fitrah, puasa , ihram, haji , dan jihad fi sabilillah .
Tazkiyah (pembersihan diri, meninggalkan): seperti zina, membunuh, meminum arak, riba, memakan daging babi dan yang lainnya berupa segala yang diharamkan dan keji, yang tampak darinya dan yang tersembunyi.
Dan kewajiban yang batin (tidak nampak): seperti mengetahui Allah SWT wa ta’ala, mencintai-Nya, tawakal kepada-Nya, dan takut dari-Nya.
Asma' mengatakan menunaikan kewajiban adalah ibadah yang paling dicintai Allah dan yang paling kuat untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dan dalam melaksanakan kewajiban menurut cara yang diperintahkan berarti menjunjung perintah, menghormati yang menyuruh, mengagungkan-Nya dengan tunduk kepada-Nya, menampakkan keagungan rububiyah, dan merendahkan ubudiyah. Maka mendekatkan diri dengan hal itu adalah ibadah yang paling agung.
Kewajiban yang paling dicintai adalah salat dalam waktunya. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi SAW, "Apakah ibadah yang paling dicintai Allah SWT? Beliau menjawab: "Salat dalam waktunya.”
.
Menurut Ibnu Baththal, hadis ini menjelaskan bahwa memulai salat di awal waktunya lebih utama dari pada menundanya, karena sesungguhnya disyaratkan padanya bahwa amal yang paling dicintai adalah bila dilaksanakan dalam waktunya yang dianjurkan.
Sementara menurut Ath-Thabari, sesungguhnya orang yang menyia-nyiakan salat yang diwajibkan hingga keluar waktunya tanpa ada uzur, padahal mudah melaksanakannya dan besar keutamaannya, maka ia lebih menyia-nyiakan bagi yang lainnya.
Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid dalam " Ibadah Yang Paling Dicintai Allah" menyebut ada belasan ibadah yang sangat dicintai Allah. Dari yang belasan itu, Asma' menempatkan urutan pertama adalah iman kepada Allah, kedua kedua silaturahim dan ketiga amar ma'ruf serta nahi munkar. ( )
Pada ulasan sebelumnya telah dibahas amal yang sangat dicintai Allah pertama, yaitu iman kepada-Nya, silaturahim dan amar ma'ruf serta nahi munkar. ( )
Pada tulisan ini kali akan membahas ibadah yang sangat dicintai Allah selanjutnya.
Faraidh
Menurut Asma`, ibadah yang sangat dicintai Allah selain iman kepada Allah, silaturahim, amar ma'ruf dan nahi munkar adalah faraidh (kewajiban). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda menyampaikan berita dari Rabb-nya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَنْ عادى لي وليًا فقد آذنتُهُ بالحرب وما تقرَّب إليَّ عبدي بشيءٍ أحبَّ إليَّ مما افترضْتُ عليه)) [أخرجه البخاري].
“Siapa yang memusuhi wali-Ku maka sungguh ia mengumumkan perang dengan-Ku, dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaku dengan sesuatu yang lebih kucintai dari yang Kuwajibkan kepadanya.” (HR. al-Bukhari).
Wali-Ku yang dimaksud adalah wali Allah subhanahu wa ta’ala (SWT). Mereka adalah orang yang berilmu, selalu taat kepada-Nya, ikhlas dalam ibadah-Nya.
Firman-Nya: ‘dari yang kuwajibkan kepadanya’: fara’idh: masuk di bawah lafazh ini semua kewajiban, fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Serta kewajiban yang zahir, yaitu perbuatan: seperti wudhu, salat , zakat , zakat fitrah, puasa , ihram, haji , dan jihad fi sabilillah .
Tazkiyah (pembersihan diri, meninggalkan): seperti zina, membunuh, meminum arak, riba, memakan daging babi dan yang lainnya berupa segala yang diharamkan dan keji, yang tampak darinya dan yang tersembunyi.
Dan kewajiban yang batin (tidak nampak): seperti mengetahui Allah SWT wa ta’ala, mencintai-Nya, tawakal kepada-Nya, dan takut dari-Nya.
Asma' mengatakan menunaikan kewajiban adalah ibadah yang paling dicintai Allah dan yang paling kuat untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dan dalam melaksanakan kewajiban menurut cara yang diperintahkan berarti menjunjung perintah, menghormati yang menyuruh, mengagungkan-Nya dengan tunduk kepada-Nya, menampakkan keagungan rububiyah, dan merendahkan ubudiyah. Maka mendekatkan diri dengan hal itu adalah ibadah yang paling agung.
Kewajiban yang paling dicintai adalah salat dalam waktunya. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi SAW, "Apakah ibadah yang paling dicintai Allah SWT? Beliau menjawab: "Salat dalam waktunya.”
.
Menurut Ibnu Baththal, hadis ini menjelaskan bahwa memulai salat di awal waktunya lebih utama dari pada menundanya, karena sesungguhnya disyaratkan padanya bahwa amal yang paling dicintai adalah bila dilaksanakan dalam waktunya yang dianjurkan.
Sementara menurut Ath-Thabari, sesungguhnya orang yang menyia-nyiakan salat yang diwajibkan hingga keluar waktunya tanpa ada uzur, padahal mudah melaksanakannya dan besar keutamaannya, maka ia lebih menyia-nyiakan bagi yang lainnya.