Menumbuhkan Sikap Optimisme dan Cita-cita Akhirat pada Anak
Sabtu, 01 Januari 2022 - 17:03 WIB
Karenanya Rasûlullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda memberi peringatan kepada umatnya:
“Dari Jabir radhiyallahu anhu, ia mengatakan: Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , tiga hari sebelum beliau wafat, bersabda: Janganlah seseorang di antara kalian mati kecuali ia dalam keadaan berhusnudzan (berbaik sangka) kepada Allah. (HR. Muslim).
Menurut penjelasan Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah, sebenarnya rajaˈ atau harapan, terdiri dari tiga macam. Dua terpuji, dan satu tercela. Dua yang terpuji adalah: Pertama, rajaˈ (harapan) nya seseorang yang berbuat ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla berdasarkan cahaya ilmu dari Allah. Maka ia adalah orang yang mengharapkan pahala dari Allah Azza wa Jalla. Kedua, harapan seseorang yang berbuat dosa kemudian bertaubat, maka ia adalah orang mengharapkan ampunan, maaf, kebaikan, kemurahan dan santunan Allah Azza wa Jalla.
Sedangkan rajaˈ yang tercela adalah, seseorang yang terus menerus meninggalkan ketaatan dan terus menerus berbuat kesalahan, namun ia berharap kasih sayang dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, tanpa mau berusaha. Ini adalah fatamorgana, angan-angan kosong dan harapan dusta. Adapun raghbah (semangat meraih cita-cita), hakikatnya mirip dengan rajaˈ. Bedanya, rajaˈadalah bentuk harapan besarnya, sedangkan raghbah adalah bentuk usahanya.
Dengan demikian, raghbah sejatinya merupakan buah dari rajaˈ. Apabila seseorang punya harapan terhadap sesuatu, maka ia akan bersemangat melakukan usaha untuk mendapatkannya. Hubungan antara raghbah dengan rajaˈ, laksana hubungan antara lari dan takut. Orang yang mengharapkan sesuatu niscaya akan berusaha sungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Demikian pula orang yang takut, maka ia akan lari dari apa yang ditakutinya.
Artinya, suatu harapan tidak akan disebut harapan yang sebenarnya kalau tidak ditindak lanjuti dengan tindakan nyata. Dan optimisme yang baik In syaˈAllah akan terbentuk melalui pembinaan yang benar tentang rajaˈ dan raghbah. Dan hal ini akan menjadi sempurna dengan tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla.
Pembinaan anak-anak ke arah itu adalah dengan memberikan penjelasan akan janji-janji Allah Azza wa Jalla bagi orang-orang yang bertakwa. Anak juga perlu diberi penjelasan akan ancaman-ancaman-Nya bagi orang-orang yang durhaka, melalui proses pengajaran dan pendidikan berbasis Al-Qur’an.
Dalam pendidikan berbasis iman itulah, akan terbentuk anak yang saleh. Anak yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. Sementara telah sama diketahui bahwa anak yang senang mendoakan orang tuanya adalah anak yang sedari kecil telah terbiasa terdidik dalam melaksanakan kebaikan-kebaikan,melaksanakan perintah-perintah Allah Subhannahu wa Ta’ala , dan menjauhi larangan-laranganNya.
Wallahu A’lam
عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَبْلَ وَفَاتِهِ بِثَلَاثٍ، يَقُولُ: «لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللهِ الظَّنَّ. رواه مسلم
“Dari Jabir radhiyallahu anhu, ia mengatakan: Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , tiga hari sebelum beliau wafat, bersabda: Janganlah seseorang di antara kalian mati kecuali ia dalam keadaan berhusnudzan (berbaik sangka) kepada Allah. (HR. Muslim).
Menurut penjelasan Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah, sebenarnya rajaˈ atau harapan, terdiri dari tiga macam. Dua terpuji, dan satu tercela. Dua yang terpuji adalah: Pertama, rajaˈ (harapan) nya seseorang yang berbuat ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla berdasarkan cahaya ilmu dari Allah. Maka ia adalah orang yang mengharapkan pahala dari Allah Azza wa Jalla. Kedua, harapan seseorang yang berbuat dosa kemudian bertaubat, maka ia adalah orang mengharapkan ampunan, maaf, kebaikan, kemurahan dan santunan Allah Azza wa Jalla.
Sedangkan rajaˈ yang tercela adalah, seseorang yang terus menerus meninggalkan ketaatan dan terus menerus berbuat kesalahan, namun ia berharap kasih sayang dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, tanpa mau berusaha. Ini adalah fatamorgana, angan-angan kosong dan harapan dusta. Adapun raghbah (semangat meraih cita-cita), hakikatnya mirip dengan rajaˈ. Bedanya, rajaˈadalah bentuk harapan besarnya, sedangkan raghbah adalah bentuk usahanya.
Dengan demikian, raghbah sejatinya merupakan buah dari rajaˈ. Apabila seseorang punya harapan terhadap sesuatu, maka ia akan bersemangat melakukan usaha untuk mendapatkannya. Hubungan antara raghbah dengan rajaˈ, laksana hubungan antara lari dan takut. Orang yang mengharapkan sesuatu niscaya akan berusaha sungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Demikian pula orang yang takut, maka ia akan lari dari apa yang ditakutinya.
Artinya, suatu harapan tidak akan disebut harapan yang sebenarnya kalau tidak ditindak lanjuti dengan tindakan nyata. Dan optimisme yang baik In syaˈAllah akan terbentuk melalui pembinaan yang benar tentang rajaˈ dan raghbah. Dan hal ini akan menjadi sempurna dengan tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla.
Pembinaan anak-anak ke arah itu adalah dengan memberikan penjelasan akan janji-janji Allah Azza wa Jalla bagi orang-orang yang bertakwa. Anak juga perlu diberi penjelasan akan ancaman-ancaman-Nya bagi orang-orang yang durhaka, melalui proses pengajaran dan pendidikan berbasis Al-Qur’an.
Dalam pendidikan berbasis iman itulah, akan terbentuk anak yang saleh. Anak yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. Sementara telah sama diketahui bahwa anak yang senang mendoakan orang tuanya adalah anak yang sedari kecil telah terbiasa terdidik dalam melaksanakan kebaikan-kebaikan,melaksanakan perintah-perintah Allah Subhannahu wa Ta’ala , dan menjauhi larangan-laranganNya.
Wallahu A’lam
(wid)