Tiga Amalan untuk Mendatangkan Kecintaan Allah Ta'ala
Jum'at, 12 Juni 2020 - 06:53 WIB
Sifat Allāh yaitu “mencintai”. Allāh mencintai seorang hamba; Allāh dicintai dan Allāh mencintai. Seorang hamba hendaknya berusaha untuk dicintai oleh Allāh Ta’āla, sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim rahimahullāhu Ta’āla:
ليس الشأن أن تُحب ولكن الشأن أن تُحَب
Perkaranya bukan bagaimana engkau mengaku mencintai Allāh, tetapi apakah kau dicintai Allāh. [Kitab Rawdhatul Muhibbīn Wa Nuzhatul Musytaqīn: 266]
Ini yang paling penting. (( )
Oleh karenanya, seorang hamba hendaknya berusaha melakukan hal-hal yang bisa meraih kecintaan Allāh kepada dirinya.
Allah subhanahu wa ta’ala mencintai orang yang takwa, kaya, lagi khafiy.
عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِيْ وَقَّاصٍ رضي الله عنه قاَلَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ: “إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الخَفِيَّ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallāhu ‘anhu ia berkata, aku pernah mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allāh mencintai seorang hamba yang bertakwa , yang merasa cukup, dan yang rajin beribadah secara diam-diam (samar).” (HR Muslim)
Di dalam hadis ini, di antara hal-hal yang bisa mendatangkan kecintaan Allāh kepada seorang hamba, 3 perkara, menurut Rasulullah yaitu:
Pertama, At Taqiy yakni seorang hamba yang bertakwa. Takwa artinya menjalankan perintah Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan menjauhkan diri sejauh mungkin dari hal-hal yang dilarang oleh AllāhTa’āla.
Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid dalam "Ibadah Yang Paling Dicintai Allah" mendefinisikan taqiy yaitu yang beriman kepada yang gaib , mendirikan salat , menginfakkan rezeki yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepadanya, menghindari yang diharamkan Allah, taat dan mengikuti syari’at-Nya yang Dia mengutus dengannya penutup rasul-Nya dan pemimpin mereka.
Kedua, al-ghaniy atau seorang yang kaya. Maksudnya adalah jiwanya yang kaya, qona’ah dengan apa yang Allāh berikan kepadanya.
Asma' menerangkan yang dimaksud kaya dalam hadis itu adalah yang kaya hati, inilah kaya yang dicintai berdasarkan sabdanya shallallahu ‘alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( ليس الغنى عن كثرة العرض ولكن الغنى غنى النفس )) [أخرجه البخاري].
“Bukanlah kaya karena banyaknya harta benda, akan tetapi kaya yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR al-Bukhari).
Menurut Ibnu Baththal, makna hadis di atas bahwa kaya yang sebenarnya bukanlah dengan banyak harta, karena banyak sekali orang yang diluaskan Allah subhanahu wa ta’ala hartanya ternyata tidak merasa cukup dengan yang diberikan, maka ia terus berusaha menambah dan tidak perduli dari mana datangnya.
ليس الشأن أن تُحب ولكن الشأن أن تُحَب
Perkaranya bukan bagaimana engkau mengaku mencintai Allāh, tetapi apakah kau dicintai Allāh. [Kitab Rawdhatul Muhibbīn Wa Nuzhatul Musytaqīn: 266]
Ini yang paling penting. (( )
Oleh karenanya, seorang hamba hendaknya berusaha melakukan hal-hal yang bisa meraih kecintaan Allāh kepada dirinya.
Allah subhanahu wa ta’ala mencintai orang yang takwa, kaya, lagi khafiy.
عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِيْ وَقَّاصٍ رضي الله عنه قاَلَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ: “إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الخَفِيَّ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallāhu ‘anhu ia berkata, aku pernah mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allāh mencintai seorang hamba yang bertakwa , yang merasa cukup, dan yang rajin beribadah secara diam-diam (samar).” (HR Muslim)
Di dalam hadis ini, di antara hal-hal yang bisa mendatangkan kecintaan Allāh kepada seorang hamba, 3 perkara, menurut Rasulullah yaitu:
Pertama, At Taqiy yakni seorang hamba yang bertakwa. Takwa artinya menjalankan perintah Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan menjauhkan diri sejauh mungkin dari hal-hal yang dilarang oleh AllāhTa’āla.
Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid dalam "Ibadah Yang Paling Dicintai Allah" mendefinisikan taqiy yaitu yang beriman kepada yang gaib , mendirikan salat , menginfakkan rezeki yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepadanya, menghindari yang diharamkan Allah, taat dan mengikuti syari’at-Nya yang Dia mengutus dengannya penutup rasul-Nya dan pemimpin mereka.
Kedua, al-ghaniy atau seorang yang kaya. Maksudnya adalah jiwanya yang kaya, qona’ah dengan apa yang Allāh berikan kepadanya.
Asma' menerangkan yang dimaksud kaya dalam hadis itu adalah yang kaya hati, inilah kaya yang dicintai berdasarkan sabdanya shallallahu ‘alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( ليس الغنى عن كثرة العرض ولكن الغنى غنى النفس )) [أخرجه البخاري].
“Bukanlah kaya karena banyaknya harta benda, akan tetapi kaya yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR al-Bukhari).
Menurut Ibnu Baththal, makna hadis di atas bahwa kaya yang sebenarnya bukanlah dengan banyak harta, karena banyak sekali orang yang diluaskan Allah subhanahu wa ta’ala hartanya ternyata tidak merasa cukup dengan yang diberikan, maka ia terus berusaha menambah dan tidak perduli dari mana datangnya.