Tiga Amalan untuk Mendatangkan Kecintaan Allah Ta'ala
Jum'at, 12 Juni 2020 - 06:53 WIB
Seolah-olah ia orang fakir karena sangat tamaknya. Dan hakikat kaya yang sebenarnya adalah kaya jiwa, yaitu orang yang merasa kaya dengan yang diberikan, merasa cukup dengannya dan ridha, tidak tamak untuk menambah dan tidak terus menerus meminta, maka seolah-olah ia orang kaya.
.
Kaya jiwa muncul dari ridha dengan qadha Allah subhanahu wa ta’ala dan berserah diri kepada perintah-Nya, karena mengetahui bahwa yang ada di sisi Allah subhanahu wa ta’ala lebih baik dan lebih kekal.
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, sesungguhnya kekayaan jiwa bisa didapatkan dengan kaya hati, bahwa ia berharap kepada Rabb-nya dalam semua perkaranya, maka terealisasikan bahwa Dia-lah Yang Maha Pemberi lagi Maha Menghalangi. Maka ia ridha dengan qadha-Nya, bersyukur kepada-Nya terhadap segala nikmat-Nya, bersegera kepada-Nya dalam menyingkirkan kesusahannya, maka muncul dari harapan hati kepada Rabb-nya, kaya jiwanya dari selain Rabb-nya subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah bersabda, “barangsiapa yang berusaha untuk mencukupkan diri, maka Allāh akan mencukupkan dirinya (Allāh akan berikan kecukupan kepada dia).”
a Menawar
Ketiga, khafiy. Hal yang ketiga ini ada dua bentuk. Al-khafiy dan al-hafiy. Yakni dalam huruf kha (خ) dan dalam huruf ha (ح). Jika dengan huruf kha (خ) yaitu al khafiy (الخفي) artinya “samar” ( tersembunyi). Maksudnya, orang ini berusaha menjauhkan dirinya dari pandangan manusia, dia tidak ingin riya’ dan sum’ah.
Dia sibuk dalam perkara-perkara yang bermanfaat bagi dirinya; bermanfaat bagi dunianya maupun bagi akhiratnya.
Para ulama menyebutkan bahwa ini adalah dalil tentang keutamaan untuk mengasingkan diri, terutama di zaman-zaman fitnah.
Seseorang hendaknya jangan sibuk dengan fitnah, tetapi sibuk dengan yang bermanfaat, sibuk dengan ibadah.
Dalam hadis Rasūlullāh shallallāhu ‘ālaihi wasallam mengatakan:
العِبادَةُ في الهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ
“Bahwasanya ibadah dalam masa-masa fitnah pahalanya seperti berhijrah kepadaku." (HR Muslim no. 2948)
Kenapa? Karena kalau sudah timbul fitnah, maka banyak orang yang sibuk ingin mengetahui fitnah tersebut, kemudian ingin berkomentar dalam fitnah dan ikut nimbrung.
Dan ini adalah dalil bahwasanya seorang hendaknya menjauhkan dirinya dari hal-hal yang bisa membuat riya’ dan sum’ah, dan tidak ingin populer/tersohor.
Namun para ulama menyebutkan, jika seseorang tidak ingin populer/tersohor dan tidak melakukan sebab-sebab yang membuat dirinya populer (sengaja untuk mempopulerkan diri), namun qaddarullāh dia terpopulerkan/dikenal oleh orang. Asalkan yang penting dia ikhlas maka ini tidak memberi kemudharatan kepada dia.
.
Kaya jiwa muncul dari ridha dengan qadha Allah subhanahu wa ta’ala dan berserah diri kepada perintah-Nya, karena mengetahui bahwa yang ada di sisi Allah subhanahu wa ta’ala lebih baik dan lebih kekal.
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, sesungguhnya kekayaan jiwa bisa didapatkan dengan kaya hati, bahwa ia berharap kepada Rabb-nya dalam semua perkaranya, maka terealisasikan bahwa Dia-lah Yang Maha Pemberi lagi Maha Menghalangi. Maka ia ridha dengan qadha-Nya, bersyukur kepada-Nya terhadap segala nikmat-Nya, bersegera kepada-Nya dalam menyingkirkan kesusahannya, maka muncul dari harapan hati kepada Rabb-nya, kaya jiwanya dari selain Rabb-nya subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah bersabda, “barangsiapa yang berusaha untuk mencukupkan diri, maka Allāh akan mencukupkan dirinya (Allāh akan berikan kecukupan kepada dia).”
a Menawar
Ketiga, khafiy. Hal yang ketiga ini ada dua bentuk. Al-khafiy dan al-hafiy. Yakni dalam huruf kha (خ) dan dalam huruf ha (ح). Jika dengan huruf kha (خ) yaitu al khafiy (الخفي) artinya “samar” ( tersembunyi). Maksudnya, orang ini berusaha menjauhkan dirinya dari pandangan manusia, dia tidak ingin riya’ dan sum’ah.
Dia sibuk dalam perkara-perkara yang bermanfaat bagi dirinya; bermanfaat bagi dunianya maupun bagi akhiratnya.
Para ulama menyebutkan bahwa ini adalah dalil tentang keutamaan untuk mengasingkan diri, terutama di zaman-zaman fitnah.
Seseorang hendaknya jangan sibuk dengan fitnah, tetapi sibuk dengan yang bermanfaat, sibuk dengan ibadah.
Dalam hadis Rasūlullāh shallallāhu ‘ālaihi wasallam mengatakan:
العِبادَةُ في الهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ
“Bahwasanya ibadah dalam masa-masa fitnah pahalanya seperti berhijrah kepadaku." (HR Muslim no. 2948)
Kenapa? Karena kalau sudah timbul fitnah, maka banyak orang yang sibuk ingin mengetahui fitnah tersebut, kemudian ingin berkomentar dalam fitnah dan ikut nimbrung.
Dan ini adalah dalil bahwasanya seorang hendaknya menjauhkan dirinya dari hal-hal yang bisa membuat riya’ dan sum’ah, dan tidak ingin populer/tersohor.
Namun para ulama menyebutkan, jika seseorang tidak ingin populer/tersohor dan tidak melakukan sebab-sebab yang membuat dirinya populer (sengaja untuk mempopulerkan diri), namun qaddarullāh dia terpopulerkan/dikenal oleh orang. Asalkan yang penting dia ikhlas maka ini tidak memberi kemudharatan kepada dia.