Sa’ad bin Abi Waqqash: Penduduk Surga Penyebar Islam di Cina
Jum'at, 12 Juni 2020 - 05:01 WIB
Siang harinya Sa'ad mendengar kabar Nabi Muhammad SAW mengajak orang-orang kepada Islam secara diam-diam. Ingat mimpinya, Sa'ad yakin Allah ingin mengeluarkannya dari kegelapan dengan Islam. Sore harinya dia mencari Nabi dan menyatakan diri masuk Islam. Kala itu usia Sa'ad lebih kurang 17 tahun.
Ada juga versi lain tentang masuknya Islam Sa'ad. Pada suatu hari, Abu Bakar Ash-Shiddiq mendatangi Sa'ad di tempat kerjanya dengan membawa berita dari langit tentang diutusnya Muhammad SAW, sebagai Rasul Allah. Ketika Sa’ad menanyakan, siapakah orang-orang yang telah beriman kepada Muhammad SAW. Abu Bakar mengatakan dirinya sendiri, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah. Seruan ini mengetuk kalbu Sa’ad untuk menemui Rasulullah SAW dan masuk Islam.
Baca Juga: :Pesan Nabi, Teladanilah Dua Orang Ini Sepeninggalku
Sa’ad adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat kepada ibunya. Sedemikian dalam sayangnya Sa’ad pada ibunya, sehingga seolah-olah cintanya hanya untuk sang ibu yang telah memeliharanya sejak kecil hingga dewasa, dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.
Ibu Sa’ad bernama Hamnah binti Sufyan bin Abu Umayyah adalah seorang wanita hartawan keturunan bangsawan Quraisy, yang memiliki wajah cantik dan anggun. Di samping itu, Hamnah juga seorang wanita yang terkenal cerdik dan memiliki pandangan yang jauh. Hamnah sangat setia kepada agama nenek moyangnya; penyembah berhala .
Begitu tahu, Sa'ad memeluk Islam, ibunya sangat marah. “Wahai Sa’ad, apakah engkau rela meninggalkan agamamu dan agama bapakmu, untuk mengikuti agama baru itu? Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum sebelum engkau meninggalkan agama barumu itu,” ancam sang ibu.
Sa’ad menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan agamaku!”
Sang ibu tetap nekat, karena ia mengetahui persis bahwa Sa’ad sangat menyayanginya. Hamnah mengira hati Sa'ad akan luluh jika melihatnya dalam keadaan lemah dan sakit. Ia tetap mengancam akan terus melakukan mogok makan.
Namun, Sa’ad lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya. “Wahai Ibunda, demi Allah, seandainya engkau memiliki 70 nyawa dan keluar satu per satu, aku tidak akan pernah mau meninggalkan agamaku selamanya!” tegas Sa'ad.
Baca Juga: :Khalifah Umar Pecat Khalid bin Walid demi Selamatkan Tauhid Umat
Akhirnya, sang ibu yakin bahwa anaknya tidak mungkin kembali seperti sedia kala. Dia hanya dirundung kesedihan dan kebencian.
Turunnya Tiga Wahyu
Sebagaimana keterangan dalam buku Ash-Shaffah (Yakhsyallah Mansur, 2015), Sa’ad menjadi sebab turunnya (asbabun nuzul) tiga wahyu Allah kepada Rasulullah.
Pertama, QS Luqman ayat 15. Ayat ini turun setelah kejadian ibunda Sa’ad bin Abi Waqqash tidak mau makan karena tahu anaknya memeluk agama Islam.
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).
Kedua, QS Al-An’am ayat 52. Menurut Sa’ad, ayat tersebut berkaitan dengan enam orang sahabat. Dan dirinya adalah salah satunya.