Kisah Nabi Shaleh, Tuntutan Kaum Tsamud Sangat Muskil tapi Dikabulkan Allah Taala
Senin, 31 Januari 2022 - 09:59 WIB
Allah SWT sempat menidurkan Nabi Shaleh AS sampai 40 tahun di sebuah gua di gunung, tatkala beliau dikejar-kejar kaum Tsamud . Setelah terjaga dari tidurnya, Nabi Shaleh menerima wahyu dari Allah SWT: “Kembalilah kepada kaum Tsamud, ajaklah mereka untuk bertauhid.”
Nabi Shaleh pun datang kepada kaumnya. Kala itu kaum Tsamud sedang berkumpul, merayakan hari besar mereka. Raja duduk dikelilingi oleh kaumnya dan para pembesarnya.
Nabi Shaleh AS menyeru kepada mereka, “Wahai kaum Tsamud, beribadahlah kepada Allah, janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan apa pun.”
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menceritakan tatkala mereka mendengar suara Nabi Shaleh, berhala-berhala berjatuhan.
“Bukankah engkau adalah orang yang dahulu ada di sini menyeru seperti itu dan menghilang dari kami selama empat puluh tahun? Kami tidak akan beriman kepadamu sampai engkau dapat mengeluarkan untuk kami seekor unta dari batu ini,” ujar sang Raja kepada Nabi Shaleh.
Nabi Shaleh menjawab, “Sesungguhnya Tuhanku Mahakuasa atas segala sesuatu. Hal yang kalian ajukan itu sangat ringan bagi Tuhanku.”
Kaum Tsamud berkata, “Unta itu harus mempunyai beberapa warna, yaitu merah, kuning, hitam, dan putih. Tinggi dan lebarnya seratus siku, jalannya cepat seperti kilat yang menyambar, suaranya seperti halilintar yang menggemuruh."
"Ia harus mempunyai anak yang memiliki sifat sepertinya; susunya lebih manis daripada madu dan bisa memabukkan seperti arak. Ketika musim kemarau. Suhu badannya dingin; dan pada musim dingin, suhu badannya panas."
"Setiap orang sakit yang meminum susunya harus sembuh pada hari itu juga. Orang fakir yang meminumnya akan menjadi kaya."
"Ia harus datang kepada kami ketika waktu Isya, memberi salam kepada setiap orang disertai dengan menyebut namanya; kemudian ia diam di dekat pintu orang tersebut untuk mendapatkan susunya tanpa memakai alat pemeras."
"Ia tidak boleh digembalakan di tempat penggembalaan kami, tidak boleh membuang kotoran di tempat binatang ternak kami, air dibagi untuk kami satu hari dan untuk unta satu hari.”
Salah seorang di antara kaum itu mengatakan:
“Aku ingin yang keluar dari batu itu adalah unta yang badannya terbuat dari emas, kakinya dari perak, kepalanya dari zabarzud hijau, telinganya dari marjan, punuknya dari mutiara, dan ia memiliki empat pernik-pernik yang bertatahkan berbagai macam yakut. Apabila engkau bisa mengeluarkan unta kepada kami dengan sifat-sifat tersebut, maka kami akan mempercayai risalahmu.”
Raja berkata, “Bahkan keluarkanlah kepada kami dari batu itu unta yang memiliki daging, tulang, kulit, dan bulu; mempunyai punuk yang besar sebesar kubah, mempunyai anak dengan ciri-ciri sepertinya, yang selalu mengikutinya. Apabila engkau bisa mengeluarkan unta dengan sifat-sifat tersebut, aku akan beriman kepadamu dan risalahmu.”
Nabi Shaleh AS berkata, “Wahai kaumku, kalian telah meminta persyaratan yang begitu banyak. Akan tetapi, aku hanya meminta satu syarat. Yaitu siapa pun tidak boleh menungganginya, tidak melemparinya dengan batu ataupun pedang, dan janganlah ia dilarang untuk minum air, dan syarat ini juga berlaku untuk anaknya.”
Kaum Tsamud semuanya menjawab, “Ya, kami setuju.”
Setelah Nabi Shaleh menyelesaikan perjanjian dengan mereka, dia berdiri lalu sholat dua rakaat. Kemudian dia mengangkat tangannya ke arah langit seraya berdoa kepada Allah.
Kemudian dia mendatangi batu seraya memukulnya dengan tongkat yang dahulunya milik Nabi Adam AS. Kemudian batu ini berguncang dan merintih seperti merintihnya orang yang hamil mau melahirkan anaknya; lalu dari batu itu keluarlah seekor unta dengan sifat-sifat yang mereka inginkan berikut anaknya yang mengikutinya.
Unta tersebut mengatakan, “Tidak ada tuhan kecuali Allah; Shaleh AS adalah utusan Allah.”
Disembelih
Ibnu Abbas RA mengatakan, unta tersebut tingginya 700 siku dan lebarnya 100 siku, dan ia kuat menampung 7000 (tujuh ribu) muatan rumput. Ketika raja melihat unta tersebut, pada saat itu juga dia berdiri dan kemudian mencium kepala Nabi Shaleh AS serta berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Shaleh AS adalah utusan Allah.”
Akhirnya, raja beserta beberapa orang beriman. Kemudian unta itu beserta anaknya berjalan menuju gunung dan lembah untuk mencari rumput. Ketika datang waktu sore, unta itu memasuki kota dan berkeliling kepada orang-orang untuk memberi salam dan memberikan susunya.
Kaum itu keluar dengan membawa wadah dan meletakkannya di bawah payudara unta sampai wadah-wadah tersebut penuh dengan susu. Ketika mereka semua telah merasa cukup, unta itu datang ke Masjid Nabi Shaleh AS; ia diam di sana beserta anaknya.
Hal itu terus berjalan untuk beberapa lama. Hewan-hewan ternak milik kaum Tsamud lari menjauhi unta ketika unta itu datang menghampiri air.
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas menyebutkan di dalam kaum itu, ada seorang wanita elok dan cantik yang bernama Qatham. Dia adalah kekasih seorang lak-laki bernama Mashda, seorang laki-laki yang zalim.
Mashda suka berkumpul dengan seorang temannya yang bernama Qadar. Pada suatu hari, Mashda dan Qadar berkumpul di rumah Qatham sambil mabuk-mabukan. Qatham memberi mereka berdua arak murni. Lalu keduanya meminta air kepada Qatham untuk dicampurkan dengan arak.
Akan tetapi, Qatham tidak mendapatkan air, lalu dia memintanya kepada tetangganya, tetapi dia tetap tidak mendapatkannya. Kedua orang itu menanyakan sebabnya mengapa tidak mendapatkan air. Dikatakan kepadanya air tidak ada karena diminum oleh unta.
Mendengar jawaban tersebut, Mashda dan Qadar bertekad untuk menyembelih unta itu. Mashda mendatangi kelompoknya dan berkata kepada mereka, “Aku bermaksud menyembelih unta itu, apakah kalian akan membantuku?”
Mereka menjawab, “Ya.”
Itulah firman Allah: Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan ( QS an-Naml :48).
Qadar bersembunyi di suatu tempat di gunung tempat unta merumput. Ketika unta itu datang ke gunung tersebut, lalu merumput dan mendekati Qadar, dia memukulnya dengan pedang sehingga unta itu terbunuh; kemudian Qadar mencari anak unta itu.
Setelah unta terbunuh dan berita tentangnya telah menyebar; kaum tersebut selanjutnya memotong-motong dagingnya, tidak ada satupun rumah yang tidak kebagian dagingya. Daging tersebut mereka makan sambil tertawa-tawa kegirangan.
Tatkala Nabi Shaleh AS datang dari bepergiannya, mereka memberitahunya bahwa unta telah terbunuh.
Sekelompok orang berkata kepadanya, “Kami tidak ikut campur dalam menyembelih unta. Yang melakukannya adalah Qadar.”
Mendengar ucapan mereka itu, Nabi Shaleh AS berkata, “Pergilah kalian, seandainya kalian bisa menemukan anak unta itu, mudah-mudahan azab tidak akan ditimpakan kepada kalian.”
Mereka pun berpencar pergi mencarinya. Akhirnya, mereka menemukannya sedang bersembunyi dekat batu yang menjadi tempat asal keluarnya. Maka Nabi Shaleh AS berkata, “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.”
As-Sadi mengatakan, “Peristiwa penyembelihan unta itu terjadi pada hari Rabu tanggal delapan dari bulan Shafar.”
Azab Allah Taala
Nabi Shaleh AS berkata kepada kaumnya, “Bersenang-senanglah di rumah kalian selama tiga hari. Setelah itu azab akan datang kepada kalian. Tanda-tandanya adalah di hari pertama, wajah-wajah kalian akan berubah warna menjadi merah. Pada hari kedua, akan berubah menjadi kuning, dan pada hari ketiga, berubah menjadi hitam.”
Ketika mereka melihat tanda-tanda yang telah disebutkan oleh Nabi Shaleh tampak pada wajah mereka, maka mereka bermaksud untuk membunuh Nabi Shaleh.
Nabi Shaleh pun lari dan bersembunyi di rumah seorang kepala suku mereka. Kaum tersebut mendatanginya dan berkata, “Apakah di rumahmu ada Shaleh?”
Kepala suku itu menjawab, “Ya, benar. Akan tetapi, aku tidak akan menyerahkannya kepada kalian karena dia ada dalam perlindunganku.”
Selanjutnya, Allah mewahyukan kepada Nabi Shaleh untuk pergi dari tengah-tengah kaum Tsamud beserta orang-orang yang beriman kepadanya.
Setelah mendapatkan perintah tersebut, Nabi Shaleh pergi beserta orang-orang mukmin ke daerah Syam; lalu mereka menetap di Palestina. Ketika kaum Tsamud bangun pagi di hari keempat, mereka merasakan telah diselimuti oleh kematian. Mereka kenakan kain kafan dan menunggu turunnya azab.
Ketika tiba hari Ahad tanggal 12 Shafar, ada sebuah teriakan dari langit datang kepada mereka sehingga jantung mereka berjatuhan dari dada-dada mereka. Mereka semua mati, baik yang tua maupun yang mudanya.
Itulah firman Allah: Maka jadilah mereka mayat-mayat bergelimpangan di tempat tinggal mereka (QS al-A’raaf:78).
Setelah dari Palestina, Nabi Shaleh pergi menuju Mekkah. Dia senantiasa menangisi unta siang dan malam. Maka, Jibril datang kepadanya dan memberikan kabar gembira kepadanya bahwa Allah akan membangkitkan unta tersebut di Hari Kiamat dan dia akan menungganginya.
Mendengar kabar tersebut, hati Nabi Shaleh pun menjadi tenang. Dia terus menetap di Mekkah hingga wafatnya.
Nabi Shaleh meninggal kira-kira dalam umur 180 tahun. Abdurrahman bin Sabith mengatakan, “Antara Rukun dan Maqam Ibrahim telah dikuburkan tujuh puluh nabi. Di antara mereka adalah Nabi Hud AS, Nabi Shaleh AS, dan Nabi Isma’il AS.”
Nabi Shaleh pun datang kepada kaumnya. Kala itu kaum Tsamud sedang berkumpul, merayakan hari besar mereka. Raja duduk dikelilingi oleh kaumnya dan para pembesarnya.
Nabi Shaleh AS menyeru kepada mereka, “Wahai kaum Tsamud, beribadahlah kepada Allah, janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan apa pun.”
Baca Juga
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menceritakan tatkala mereka mendengar suara Nabi Shaleh, berhala-berhala berjatuhan.
“Bukankah engkau adalah orang yang dahulu ada di sini menyeru seperti itu dan menghilang dari kami selama empat puluh tahun? Kami tidak akan beriman kepadamu sampai engkau dapat mengeluarkan untuk kami seekor unta dari batu ini,” ujar sang Raja kepada Nabi Shaleh.
Nabi Shaleh menjawab, “Sesungguhnya Tuhanku Mahakuasa atas segala sesuatu. Hal yang kalian ajukan itu sangat ringan bagi Tuhanku.”
Kaum Tsamud berkata, “Unta itu harus mempunyai beberapa warna, yaitu merah, kuning, hitam, dan putih. Tinggi dan lebarnya seratus siku, jalannya cepat seperti kilat yang menyambar, suaranya seperti halilintar yang menggemuruh."
"Ia harus mempunyai anak yang memiliki sifat sepertinya; susunya lebih manis daripada madu dan bisa memabukkan seperti arak. Ketika musim kemarau. Suhu badannya dingin; dan pada musim dingin, suhu badannya panas."
"Setiap orang sakit yang meminum susunya harus sembuh pada hari itu juga. Orang fakir yang meminumnya akan menjadi kaya."
"Ia harus datang kepada kami ketika waktu Isya, memberi salam kepada setiap orang disertai dengan menyebut namanya; kemudian ia diam di dekat pintu orang tersebut untuk mendapatkan susunya tanpa memakai alat pemeras."
"Ia tidak boleh digembalakan di tempat penggembalaan kami, tidak boleh membuang kotoran di tempat binatang ternak kami, air dibagi untuk kami satu hari dan untuk unta satu hari.”
Salah seorang di antara kaum itu mengatakan:
“Aku ingin yang keluar dari batu itu adalah unta yang badannya terbuat dari emas, kakinya dari perak, kepalanya dari zabarzud hijau, telinganya dari marjan, punuknya dari mutiara, dan ia memiliki empat pernik-pernik yang bertatahkan berbagai macam yakut. Apabila engkau bisa mengeluarkan unta kepada kami dengan sifat-sifat tersebut, maka kami akan mempercayai risalahmu.”
Raja berkata, “Bahkan keluarkanlah kepada kami dari batu itu unta yang memiliki daging, tulang, kulit, dan bulu; mempunyai punuk yang besar sebesar kubah, mempunyai anak dengan ciri-ciri sepertinya, yang selalu mengikutinya. Apabila engkau bisa mengeluarkan unta dengan sifat-sifat tersebut, aku akan beriman kepadamu dan risalahmu.”
Nabi Shaleh AS berkata, “Wahai kaumku, kalian telah meminta persyaratan yang begitu banyak. Akan tetapi, aku hanya meminta satu syarat. Yaitu siapa pun tidak boleh menungganginya, tidak melemparinya dengan batu ataupun pedang, dan janganlah ia dilarang untuk minum air, dan syarat ini juga berlaku untuk anaknya.”
Kaum Tsamud semuanya menjawab, “Ya, kami setuju.”
Setelah Nabi Shaleh menyelesaikan perjanjian dengan mereka, dia berdiri lalu sholat dua rakaat. Kemudian dia mengangkat tangannya ke arah langit seraya berdoa kepada Allah.
Kemudian dia mendatangi batu seraya memukulnya dengan tongkat yang dahulunya milik Nabi Adam AS. Kemudian batu ini berguncang dan merintih seperti merintihnya orang yang hamil mau melahirkan anaknya; lalu dari batu itu keluarlah seekor unta dengan sifat-sifat yang mereka inginkan berikut anaknya yang mengikutinya.
Unta tersebut mengatakan, “Tidak ada tuhan kecuali Allah; Shaleh AS adalah utusan Allah.”
Disembelih
Ibnu Abbas RA mengatakan, unta tersebut tingginya 700 siku dan lebarnya 100 siku, dan ia kuat menampung 7000 (tujuh ribu) muatan rumput. Ketika raja melihat unta tersebut, pada saat itu juga dia berdiri dan kemudian mencium kepala Nabi Shaleh AS serta berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Shaleh AS adalah utusan Allah.”
Akhirnya, raja beserta beberapa orang beriman. Kemudian unta itu beserta anaknya berjalan menuju gunung dan lembah untuk mencari rumput. Ketika datang waktu sore, unta itu memasuki kota dan berkeliling kepada orang-orang untuk memberi salam dan memberikan susunya.
Kaum itu keluar dengan membawa wadah dan meletakkannya di bawah payudara unta sampai wadah-wadah tersebut penuh dengan susu. Ketika mereka semua telah merasa cukup, unta itu datang ke Masjid Nabi Shaleh AS; ia diam di sana beserta anaknya.
Hal itu terus berjalan untuk beberapa lama. Hewan-hewan ternak milik kaum Tsamud lari menjauhi unta ketika unta itu datang menghampiri air.
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas menyebutkan di dalam kaum itu, ada seorang wanita elok dan cantik yang bernama Qatham. Dia adalah kekasih seorang lak-laki bernama Mashda, seorang laki-laki yang zalim.
Mashda suka berkumpul dengan seorang temannya yang bernama Qadar. Pada suatu hari, Mashda dan Qadar berkumpul di rumah Qatham sambil mabuk-mabukan. Qatham memberi mereka berdua arak murni. Lalu keduanya meminta air kepada Qatham untuk dicampurkan dengan arak.
Akan tetapi, Qatham tidak mendapatkan air, lalu dia memintanya kepada tetangganya, tetapi dia tetap tidak mendapatkannya. Kedua orang itu menanyakan sebabnya mengapa tidak mendapatkan air. Dikatakan kepadanya air tidak ada karena diminum oleh unta.
Mendengar jawaban tersebut, Mashda dan Qadar bertekad untuk menyembelih unta itu. Mashda mendatangi kelompoknya dan berkata kepada mereka, “Aku bermaksud menyembelih unta itu, apakah kalian akan membantuku?”
Mereka menjawab, “Ya.”
Itulah firman Allah: Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan ( QS an-Naml :48).
Qadar bersembunyi di suatu tempat di gunung tempat unta merumput. Ketika unta itu datang ke gunung tersebut, lalu merumput dan mendekati Qadar, dia memukulnya dengan pedang sehingga unta itu terbunuh; kemudian Qadar mencari anak unta itu.
Setelah unta terbunuh dan berita tentangnya telah menyebar; kaum tersebut selanjutnya memotong-motong dagingnya, tidak ada satupun rumah yang tidak kebagian dagingya. Daging tersebut mereka makan sambil tertawa-tawa kegirangan.
Tatkala Nabi Shaleh AS datang dari bepergiannya, mereka memberitahunya bahwa unta telah terbunuh.
Sekelompok orang berkata kepadanya, “Kami tidak ikut campur dalam menyembelih unta. Yang melakukannya adalah Qadar.”
Mendengar ucapan mereka itu, Nabi Shaleh AS berkata, “Pergilah kalian, seandainya kalian bisa menemukan anak unta itu, mudah-mudahan azab tidak akan ditimpakan kepada kalian.”
Mereka pun berpencar pergi mencarinya. Akhirnya, mereka menemukannya sedang bersembunyi dekat batu yang menjadi tempat asal keluarnya. Maka Nabi Shaleh AS berkata, “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.”
As-Sadi mengatakan, “Peristiwa penyembelihan unta itu terjadi pada hari Rabu tanggal delapan dari bulan Shafar.”
Baca Juga
Azab Allah Taala
Nabi Shaleh AS berkata kepada kaumnya, “Bersenang-senanglah di rumah kalian selama tiga hari. Setelah itu azab akan datang kepada kalian. Tanda-tandanya adalah di hari pertama, wajah-wajah kalian akan berubah warna menjadi merah. Pada hari kedua, akan berubah menjadi kuning, dan pada hari ketiga, berubah menjadi hitam.”
Ketika mereka melihat tanda-tanda yang telah disebutkan oleh Nabi Shaleh tampak pada wajah mereka, maka mereka bermaksud untuk membunuh Nabi Shaleh.
Nabi Shaleh pun lari dan bersembunyi di rumah seorang kepala suku mereka. Kaum tersebut mendatanginya dan berkata, “Apakah di rumahmu ada Shaleh?”
Kepala suku itu menjawab, “Ya, benar. Akan tetapi, aku tidak akan menyerahkannya kepada kalian karena dia ada dalam perlindunganku.”
Selanjutnya, Allah mewahyukan kepada Nabi Shaleh untuk pergi dari tengah-tengah kaum Tsamud beserta orang-orang yang beriman kepadanya.
Setelah mendapatkan perintah tersebut, Nabi Shaleh pergi beserta orang-orang mukmin ke daerah Syam; lalu mereka menetap di Palestina. Ketika kaum Tsamud bangun pagi di hari keempat, mereka merasakan telah diselimuti oleh kematian. Mereka kenakan kain kafan dan menunggu turunnya azab.
Ketika tiba hari Ahad tanggal 12 Shafar, ada sebuah teriakan dari langit datang kepada mereka sehingga jantung mereka berjatuhan dari dada-dada mereka. Mereka semua mati, baik yang tua maupun yang mudanya.
Itulah firman Allah: Maka jadilah mereka mayat-mayat bergelimpangan di tempat tinggal mereka (QS al-A’raaf:78).
Setelah dari Palestina, Nabi Shaleh pergi menuju Mekkah. Dia senantiasa menangisi unta siang dan malam. Maka, Jibril datang kepadanya dan memberikan kabar gembira kepadanya bahwa Allah akan membangkitkan unta tersebut di Hari Kiamat dan dia akan menungganginya.
Mendengar kabar tersebut, hati Nabi Shaleh pun menjadi tenang. Dia terus menetap di Mekkah hingga wafatnya.
Nabi Shaleh meninggal kira-kira dalam umur 180 tahun. Abdurrahman bin Sabith mengatakan, “Antara Rukun dan Maqam Ibrahim telah dikuburkan tujuh puluh nabi. Di antara mereka adalah Nabi Hud AS, Nabi Shaleh AS, dan Nabi Isma’il AS.”
(mhy)