Kisah Siti Hajar Berlari Bolak-balik dari Shafa sampai Marwah Hingga 7 Kali
Rabu, 22 Juni 2022 - 05:15 WIB
Doa Terkabul
Ja'far Subhani dalam bukunya berjudul "Ar-Risalah" juga mengisahkan hal senada, tatkala bekal makanan dan minuman yang dibawa sudah habis maka air susu Hajar pun kering.
Kondisi putranya mulai merosot. Air mata mengucur dari ibu yang terasing itu dan membasahi pangkuannya. Dalam keadaan amat bingung, ia bangkit berdiri lalu pergi ke bukit Shafa. Dari sana ia melihat suatu bayangan dekat bukit Marwah.
Ia pun lari ke sana. Namun, pemandangan palsu itu sangat mengecewakannya. Tangisan dan keresahan putranya tercinta menyebabkan ia lari lebih keras ke sana ke mari.
Demikianlah, ia berlari tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah untuk mencari air, tetapi pada akhirnya ia kehilangan semua harapan, lalu kembali kepada putranya.
Bihar al-Anwar dalam Tafsir al-Qummi menambahkan si anak tentulah telah hampir sampai pada nafasnya yang terakhir. Kemampuannya meratap atau menangis sudah tiada. Namun, justru pada saat itu doa Ibrahim terkabul. Ibu yang letih lesu itu melihat bahwa air jernih telah mulai keluar dari bawah kaki Isma'il.
Sang ibu, yang sedang menatap putranya dan mengira ia akan mati beberapa saat lagi, merasa sangat gembira melihat air itu. Ibu dan anak itu minum sampai puas, dan kabut putus asa vang telah merentangkan bayangannya pada kehidupan mereka pun terusir oleh angin rahmat Ilahi.
Suku Jurhum
Alkisah, Ismail dan Siti Hajar kemudian bermukim di sekitar lembah tersebut. Munculnya sumber air ini, sejak hari itu, membuat burung-burung air terbang di atasnya, membentangkan sayapnya yang lebar sebagai penaung kepala ibu dan anak yang telah menderita itu.
Orang-orang dari suku Jurhum, yang tinggal jauh dari lembah ini, melihat burung-burung yang beterbangan ke sana ke mari itu. Mereka lalu menyimpulkan bahwa telah ada air di sekitarnya.
Mereka mengutus dua orang untuk mengetahui keadaan itu. Setelah lama berkeliling, kedua orang itu sampai ke pusat rahmat Ilahi itu. Ketika mendekat, mereka melihat seorang wanita dan seorang anak sedang duduk di tepi suatu genangan air. Mereka segera kembali dan melaporkan hal itu kepada para pemimpin sukunya.
Para anggota suku itu segera memasang kemah mereka di sekitar sumber air yang diberkati itu, dan Hajar pun terlepas dari kesulitan dan pahitnya kesepian yang dideritanya.
Sejak itu, orang-orang mulai berdatangan dan tinggal di sana. Melalui Suku Jurhum Nabi Ismail belajar bahasa Arab. Selain itu, ia juga belajar di bawah bimbingan ibunya hingga bertemu kembali dengan Nabi Ibrahim.
Tak Disebut secara Eksplisit
Istilah air zamzam memang tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an. Namun, terdapat ayat yang bersinggungan erat dengan peristiwa kemunculan air zamzam, yakni kisah Siti Hajar dan Ismail yang dipindahkan oleh Nabi Ibrahim ke sebuah gurun pasir yang sekarang dikenal sebagai Kota Mekkah.
Kisah ini tertuang dalam surah Ibrahim [14] ayat 37 yang berbunyi:
رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ ٣٧
“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Ja'far Subhani dalam bukunya berjudul "Ar-Risalah" juga mengisahkan hal senada, tatkala bekal makanan dan minuman yang dibawa sudah habis maka air susu Hajar pun kering.
Kondisi putranya mulai merosot. Air mata mengucur dari ibu yang terasing itu dan membasahi pangkuannya. Dalam keadaan amat bingung, ia bangkit berdiri lalu pergi ke bukit Shafa. Dari sana ia melihat suatu bayangan dekat bukit Marwah.
Ia pun lari ke sana. Namun, pemandangan palsu itu sangat mengecewakannya. Tangisan dan keresahan putranya tercinta menyebabkan ia lari lebih keras ke sana ke mari.
Demikianlah, ia berlari tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah untuk mencari air, tetapi pada akhirnya ia kehilangan semua harapan, lalu kembali kepada putranya.
Bihar al-Anwar dalam Tafsir al-Qummi menambahkan si anak tentulah telah hampir sampai pada nafasnya yang terakhir. Kemampuannya meratap atau menangis sudah tiada. Namun, justru pada saat itu doa Ibrahim terkabul. Ibu yang letih lesu itu melihat bahwa air jernih telah mulai keluar dari bawah kaki Isma'il.
Sang ibu, yang sedang menatap putranya dan mengira ia akan mati beberapa saat lagi, merasa sangat gembira melihat air itu. Ibu dan anak itu minum sampai puas, dan kabut putus asa vang telah merentangkan bayangannya pada kehidupan mereka pun terusir oleh angin rahmat Ilahi.
Suku Jurhum
Alkisah, Ismail dan Siti Hajar kemudian bermukim di sekitar lembah tersebut. Munculnya sumber air ini, sejak hari itu, membuat burung-burung air terbang di atasnya, membentangkan sayapnya yang lebar sebagai penaung kepala ibu dan anak yang telah menderita itu.
Orang-orang dari suku Jurhum, yang tinggal jauh dari lembah ini, melihat burung-burung yang beterbangan ke sana ke mari itu. Mereka lalu menyimpulkan bahwa telah ada air di sekitarnya.
Mereka mengutus dua orang untuk mengetahui keadaan itu. Setelah lama berkeliling, kedua orang itu sampai ke pusat rahmat Ilahi itu. Ketika mendekat, mereka melihat seorang wanita dan seorang anak sedang duduk di tepi suatu genangan air. Mereka segera kembali dan melaporkan hal itu kepada para pemimpin sukunya.
Para anggota suku itu segera memasang kemah mereka di sekitar sumber air yang diberkati itu, dan Hajar pun terlepas dari kesulitan dan pahitnya kesepian yang dideritanya.
Sejak itu, orang-orang mulai berdatangan dan tinggal di sana. Melalui Suku Jurhum Nabi Ismail belajar bahasa Arab. Selain itu, ia juga belajar di bawah bimbingan ibunya hingga bertemu kembali dengan Nabi Ibrahim.
Tak Disebut secara Eksplisit
Istilah air zamzam memang tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an. Namun, terdapat ayat yang bersinggungan erat dengan peristiwa kemunculan air zamzam, yakni kisah Siti Hajar dan Ismail yang dipindahkan oleh Nabi Ibrahim ke sebuah gurun pasir yang sekarang dikenal sebagai Kota Mekkah.
Kisah ini tertuang dalam surah Ibrahim [14] ayat 37 yang berbunyi:
رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ ٣٧
“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”