Tragedi Karbala: Detik-Detik Syahidnya Sayyidina Husein bin Ali Cucu Rasulullah SAW

Sabtu, 13 Agustus 2022 - 14:54 WIB
Tiba-tiba, sebuah anak panah bercabang tiga mengenai dada sebelah kiri Husein, menancap tepat di jantungnya, sementara tubuhnya dipenuhi oleh seratus lebih anak-anak panah yang menancap. Foto/Ilustrasi: Ist
Detik-detik syahidnya Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib cucu Rasulullah SAW dalam peristiwa tragedi Karbala sungguh memilukan. Kisah ini menggambarkan betapa sesungguhnya Sayyidina Husein sudah tahu dan siap syahid di padang Karbala.

Kisah ini dimulai lima hari sebelum Husein dan pada sahabatnya syahid di Karbala. Tepatnya pada hari Ahad, 5 Muharam 61 Hijriah. Kala itu secara bertahap, pasukan Yazid bin Muawiyah yang terpencar di seluruh kota Kufah berkumpul dan bergabung dengan pasukan Umar bin Sa’ad. Menurut sebuah riwayat, Syabts bin Rub’i telah bergerak ke arah Karbala dengan 1000 pasukan berkuda.



Ubaidullah bin Ziyad, Gubernur Kufah, memerintahkan kepada sebagian pasukan untuk berdiri di jalanan yang menuju ke arah Karbala dan menghalangi siapa pun yang membantu Sayyidina Husein.

Sejaitnya ada warga Kufah yang hendak membantu Husein. Namun karena dihalang-halangi pasukan musuh mereka pun melarikan diri.



Menurut sebuah riwayat, seorang komandan laskar yang sebelumnya bergerak dari Kufah dengan 1000 pasukan, begitu sampai di Karbala, pasukan yang tersisa hanya sekitar tiga atau empat ratus orang, dan selebihnya melarikan diri karena tidak memiliki keyakinan terhadap perang ini.

Kondisi ini benar-benar membuat posisi Husein sangat kritis. ”Perhatikanlah! Kami tidak akan pernah menyerah dengan hina. Allah, RasulNya dan para mukmin tidak akan pernah menerima kehinaan untuk kami," ujar Husein di hadapan pasukan musuh.

"Pangkuan-pangkuan suci yang telah membesarkan kami. Kepandaian dan keberanian mereka tidak akan pernah mengajarkan untuk mendahulukan ketaatan pada orang-orang hina atas kematian secara ksatria,” tambahnya.

Keesokan harinya, Umar bin Sa’ad memperoleh sebuah surat dari Ubaidullah bin Ziyad, yang isinya: “Aku tidak begitu saja menyerahkan pasukan berkuda dan pasukan berjalan kepadamu. Perhatikanlah bahwa aku memberikan tugas untuk melaporkan keadaan di sini setiap hari kepadaku.”

Sekadar mengingatkan Umar bin Sa'ad terkenal sebagai Ibnu Sa'ad adalah pemimpin pasukan Ubaidillah bin Ziyad dalam Peristiwa Karbala.

Umar putra Sa'ad (Malik) bin Wahib yang terkenal dengan Sa'ad bin Abi Waqqash . Konon ia lahir pada zaman Nabi Muhammad SAW. Namun sebagian lainnya mengatakan pada tahun ketika Umar bin Khattab (23 H/644) menjabat sebagai khalifah.

Menurut Thabari, ia pada tahun 17 H/638 M bersama dengan ayahnya, Sa'ad bin Abi Waqqash turut serta dalam pembukaan kota Irak. Ketika itu, ia masih remaja dan ia mendapat tugas dari ayahnya untuk membebaskan Ra'sul 'Ain.



Mawafaq Khawarizmi dalam buku berjudul "Maqtal al-Husain" mengutip dari Ibnu A'tsam al-Kufi berkata: Ketika Husein bin Ali melakukan hijrah dari Madinah ke Mekkah dan berlindung di Mekkah karena menghindari pemberian baiat kepada Yazid bin Muawiyah, Umar bin Sa'ad menjabat sebagai amir (atau amir haji) Mekkah.

Ketika ia melihat para jemaah haji di baitullah menyambut Imam Husein, Umar pergi ke Madinah dan menulis surat kepada Yazid memberi tahu tentang kedatangan Imam Husein ke Mekkah.

Pada mulanya Ubaidullah bin Ziyad menjanjikan Umar bin Sa'ad jabatan gubernur Rei dengan syarat harus berhadap-hadapan dengan Imam Husein.

Pada mulanya ia menolak ajakan itu, namun ketika Ubaidillah bin Ziyad mengancamnya bahwa ia harus memerangi Husein, maka ia menerima tugas itu dan bergerak menuju ke Karbala dengan pasukan yang dipimpinnya berjumlah 4000 pasukan.

Ibnu Sa'ad pada hari ke-2 atau ke-3 Muharam al-Haram 61 H/680 M memasuki Karbala. Ia mengutus Qarah bin Qais Khandhali untuk menemui Imam Husein dan menanyakan apa maksud kedatangannya ke Irak. Menjawab pertanyaan itu, Husein berkata bahwa masyarakat Kufah mengundangnya. "Oleh karena itu aku datang, jika mereka tidak mau, maka aku akan pulang."



Umar bin Sa'ad menuliskan jawaban Husain itu kepada Ubaidillah bin Ziyad, namun orang-orang yang berada di sekitar Ubaidillah seperti Syimr bin Dzil Jausyan menganjurkan perang dengan Imam Husein.

Akhirnya Ubaidillah melarang Ibnu Sa'ad yang pada awalnya ingin berdamai dengan Husein, dengan memberikan pilihan apakah akan berperang dengan Husein ataukah akan menyerahkan pemimpin pasukan kepada Syimr bin Dzil Jausyan.

Ibnu Sa'ad dalam menjawab surat Ubaidillah berkata kepada Syimr bahwa ia sendiri yang akan tetap menjadi pemimpin peperangan dan akan berperang melawan Husein.

Pertemuan dengan Ibnu Sa'ad

Sayyidina Husein sempat berbincang-bincang dengan Umar bin Sa'ad beberapa kali. Laporan sejarah dengan redaksi yang bermacam-macam telah dinukilkan untuk peristiwa ini.

Pada salah satu pertemuan, Husein memberi pesan lewat Amru bin Qarazhah Anshari untuk disampaikan kepada Umar bin Sa'ad sehingga terjadi pertemuan antara dua pasukan itu pada malam hari.

Umar bin Sa'ad dengan disertai 20 personel penunggang kuda dan Husein juga dengan disertai pula oleh 20 personel penunggang kuda pergi ke tengah medan pertempuran.

Husein meminta para sahabatnya untuk pergi ke samping medan peperangan dan Umar pun demikian. Pada saat itu, mereka berbicara antara yang satu dengan yang lain, percakapan antara Husein dan Umar pun berlangsung lama.

Husein bertanya kepada Umar: "Apakah kau tidak takut kepada Allah?"

Umar menjawab: "Aku takut jika rumahku rusak".

"Aku akan menyediakan rumah bagimu," ujar Husein.

"Mereka akan mengambil hartaku," jawab Umar.

"Aku akan memberikan yang lebih baik dari pada yang mereka berikan kepadamu," janji Husein.

Ibnu A'tsam dalam bukunya berjudul "al-Futuh" menceritakan, mendapat tawaran Husein, Umar bin Sa'ad pun diam dan tidak memberikan jawaban apa-apa.

Husein sambil meninggalkan mereka bersabda: "Aku berharap kau tidak makan gandum Irak kecuali sedikit saja".

Umar bin Sa'ad berkata:" Apabila tidak ada gandum, maka akan ada ju (barley)".

Imam Husein berkata, “Bagaimana dengan dirimu sendiri? Allah akan segera mengambil jiwamu dan engkau tidak akan terampuni di hari kiamat. Apakah engkau mengira akan sampai pada pemerintahan Rey dan Gurgan? Demi Allah! Tidaklah demikian, karena engkau tidak akan pernah sampai pada keinginanmu.”



Kabilah Bani Asad

Di lain kesempatan, dalam upaya memperkuat pasukan, Habib bin Mazhahir meminta izin kepada Husein untuk mendekati kabilah Bani Asad yang hidup di dekat daerah itu dan mengajak mereka untuk bergabung. Beliau mengizinkan.
Halaman :
Follow
Hadits of The Day
Dari Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:  Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta bersungguh-sungguh menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina), dan benar-benar taat pada suaminya.  Maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.

(HR. Ahmad 1:191)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More