Ini Ayat yang Dibaca Ibnu Muljam ketika Membunuh Ali bin Abi Thalib
Kamis, 08 September 2022 - 11:45 WIB
Pembunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib itu bernama Abdurrahman bin Muljam atau Ibnu Muljam. Dia adalah orang yang saleh. Hafal atau hafiz Quran . Tatkala menusuk Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan pedangnya ia berseru: “Tidak ada hukum kecuali hukum Allah, bukan milikmu atau orang-orangmu (wahai ‘Ali).”
Ia pun lantas membaca ayat: “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”. [ QS al Baqarah/2 :207].
Abu ‘Abdillah Muhammad adz-Dzahabi dalam kitab "Mizânul-I’tidâl" mengatakan, Ibnu Muljam sebelumnya adalah seorang ahli ibadah, taat kepada Allah SWT. Akan tetapi, akhir kehidupannya ditutup dengan kejelekan (su'ul khatimah). "Dia membunuh Amirul-Mu’minin Ali ra dengan alasan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui tetesan darahnya," ujar adz-Dzahabi.
Ya. Ibnu Muljam memang dikenal sebagai pria yang saleh. Dia ahli ibadah, gemar berpuasa saat siang hari dan menjalankan sholat di malam hari. Dia mendapat gelar al-Muqri`karena dia mengajarkan Al-Quran kepada orang lain.
Perihal kemampuannya ini, Khalifah Umar bin Khattab mengakuinya. Tatkala Gubernur Mesir, Amr bin Ash meminta Khalifah Umar untuk mengirim seorang qari untuk mengajar al-Quran, khalifah mengirim Ibnu Muljam.
“Aku telah mengirim kepadamu seorang yang saleh, Abdur-Rahman bin Muljam. Aku merelakan ia bagimu. Jika telah sampai, muliakanlah ia, dan buatkan sebuah rumah untuknya sebagai tempat mengajarkan Al-Quran kepada masyarakat,” tulis Khalifah Umar bin Khattab dalam suratnya yang ditujukan kepada Amr bin Ash.
Paham Khawarij
Di Mesir, Ibnu Muljam menjalankan tugasnya sebagai muqri. Sayang, Ibnu Muljam penganut paham Khawarij. Kala itu, selain Ibnu Muljam, ada dua orang penganut paham Khawarij yang sangat ekstrim. Dua lainnya itu adalah al-Burak bin Abdillah at-Tamimi dan Amr bin Bakr at-Tamimi.
Sebelum terjadi pembunuhan Khalifah Ali bin Abi Thalib mereka ini sering berkumpul bersama. Mereka menaruh dendam kepada Ali yang telah menghabisi kawan-kawan mereka di perang Nahrawan.
“Apa lagi yang akan kita perbuat setelah kepergian mereka? Mereka tidak takut terhadap apapun di jalan Allah SWT. Sebaiknya kita mengorbankan jiwa dan mendatangi orang-orang yang sesat itu," ujar seorang di antara mereka. "Kita bunuh mereka, sehingga negeri ini terbebas dari mereka, dan kita pun telah melunasi balas dendam,” lanjutnya.
Akhirnya, mereka merencanakan balas dendam dengan merancang pembunuhan terhadap tiga orang yang mereka anggap bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
Pembunuhan ini mereka anggap sebagai tangga untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Mereka sepakat melakukan pembunuhan terhadap tiga orang itu, yaitu Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyyah, dan Amr bin Ash. Mereka berani mempertaruhkan nyawa untuk mewujudkan rencana keji itu.
Rencana Ibnu Muljam membunuh Ali bin Abi Thalib kian menguat setelah didorong oleh seorang perempuan bernama Fitham. Dia amat cantik, sehingga membuat Ibnu Muljam kepincut.
Tak terduga, hasratnya memperistri wanita yang terkenal cantik itu, memicu niatnya membunuh Ali kian kuat. Pasalnya, selain permintaan emas kawin yang berupa kekayaan duniawi, wanita ini juga memasukkan pembunuhan terhadap Ali sebagai syarat, jika Ibnu Muljam ingin memperistrinya.
Syarat pinangan ini membuat Ibnu Muljam bertambah semangat untuk segera mewujudkan niat buruknya. Katanya, ”Ya, ia adalah bagianku. Demi Allah, tidaklah aku datang ke tempat ini kecuali dengan niat untuk membunuh Ali."
Syarat ini terpenuhi dan pernikahan pun dilaksanakan. Semenjak itu, Fitham selalu membakar semangat suaminya untuk merealisasikan niatnya. Bahkan ia memberi bantuan kepada Ibnu Muljam seorang lelaki yang bernama Wardan untuk mewujudkan rencana jahat itu.
Pedang Beracun
Ia pun lantas membaca ayat: “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”. [ QS al Baqarah/2 :207].
Abu ‘Abdillah Muhammad adz-Dzahabi dalam kitab "Mizânul-I’tidâl" mengatakan, Ibnu Muljam sebelumnya adalah seorang ahli ibadah, taat kepada Allah SWT. Akan tetapi, akhir kehidupannya ditutup dengan kejelekan (su'ul khatimah). "Dia membunuh Amirul-Mu’minin Ali ra dengan alasan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui tetesan darahnya," ujar adz-Dzahabi.
Ya. Ibnu Muljam memang dikenal sebagai pria yang saleh. Dia ahli ibadah, gemar berpuasa saat siang hari dan menjalankan sholat di malam hari. Dia mendapat gelar al-Muqri`karena dia mengajarkan Al-Quran kepada orang lain.
Perihal kemampuannya ini, Khalifah Umar bin Khattab mengakuinya. Tatkala Gubernur Mesir, Amr bin Ash meminta Khalifah Umar untuk mengirim seorang qari untuk mengajar al-Quran, khalifah mengirim Ibnu Muljam.
“Aku telah mengirim kepadamu seorang yang saleh, Abdur-Rahman bin Muljam. Aku merelakan ia bagimu. Jika telah sampai, muliakanlah ia, dan buatkan sebuah rumah untuknya sebagai tempat mengajarkan Al-Quran kepada masyarakat,” tulis Khalifah Umar bin Khattab dalam suratnya yang ditujukan kepada Amr bin Ash.
Paham Khawarij
Di Mesir, Ibnu Muljam menjalankan tugasnya sebagai muqri. Sayang, Ibnu Muljam penganut paham Khawarij. Kala itu, selain Ibnu Muljam, ada dua orang penganut paham Khawarij yang sangat ekstrim. Dua lainnya itu adalah al-Burak bin Abdillah at-Tamimi dan Amr bin Bakr at-Tamimi.
Sebelum terjadi pembunuhan Khalifah Ali bin Abi Thalib mereka ini sering berkumpul bersama. Mereka menaruh dendam kepada Ali yang telah menghabisi kawan-kawan mereka di perang Nahrawan.
“Apa lagi yang akan kita perbuat setelah kepergian mereka? Mereka tidak takut terhadap apapun di jalan Allah SWT. Sebaiknya kita mengorbankan jiwa dan mendatangi orang-orang yang sesat itu," ujar seorang di antara mereka. "Kita bunuh mereka, sehingga negeri ini terbebas dari mereka, dan kita pun telah melunasi balas dendam,” lanjutnya.
Akhirnya, mereka merencanakan balas dendam dengan merancang pembunuhan terhadap tiga orang yang mereka anggap bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
Pembunuhan ini mereka anggap sebagai tangga untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Mereka sepakat melakukan pembunuhan terhadap tiga orang itu, yaitu Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyyah, dan Amr bin Ash. Mereka berani mempertaruhkan nyawa untuk mewujudkan rencana keji itu.
Rencana Ibnu Muljam membunuh Ali bin Abi Thalib kian menguat setelah didorong oleh seorang perempuan bernama Fitham. Dia amat cantik, sehingga membuat Ibnu Muljam kepincut.
Tak terduga, hasratnya memperistri wanita yang terkenal cantik itu, memicu niatnya membunuh Ali kian kuat. Pasalnya, selain permintaan emas kawin yang berupa kekayaan duniawi, wanita ini juga memasukkan pembunuhan terhadap Ali sebagai syarat, jika Ibnu Muljam ingin memperistrinya.
Syarat pinangan ini membuat Ibnu Muljam bertambah semangat untuk segera mewujudkan niat buruknya. Katanya, ”Ya, ia adalah bagianku. Demi Allah, tidaklah aku datang ke tempat ini kecuali dengan niat untuk membunuh Ali."
Syarat ini terpenuhi dan pernikahan pun dilaksanakan. Semenjak itu, Fitham selalu membakar semangat suaminya untuk merealisasikan niatnya. Bahkan ia memberi bantuan kepada Ibnu Muljam seorang lelaki yang bernama Wardan untuk mewujudkan rencana jahat itu.
Pedang Beracun