Kisah Bijak Para Sufi: Maruf Si Tukang Sepatu dengan Istri yang Jahat

Kamis, 09 Juli 2020 - 06:01 WIB
Wazir kemudian meminjam cincin ajaib dari Maruf yang sama sekali tak menolak, membuat Sang Jin muncul, dan menyuruhnya membawa Maruf pergi ke padang pasir terjauh.

Sambil mencerca Maruf karena membuka rahasia agung, jin itu pun mau saja mengangkat Si Tukang Sepatu lalu melemparkannya ke hutan belantara Hadhramaut. Kemudian, Wazir memerintah jin itu membuang Tuannya, Sang Raja, ke tempat Maruf pula. Wazir pun merebut kekuasaan raja dan bahkan berusaha memperkosa Putri Raja. ( )

Tetapi, ketika Wazir mencoba melakukan niat jahatnya, Sang Putri berhasil melepas cincin ajaib dari jari Si Lalim, dan menggosoknya, lalu disuruhnya jin itu menggiring menteri tersebut dengan dibelenggu. Dalam satu jam, Sang Jin telah mengantar Raja dan Maruf kembali ke istana. Wazir pun digantung mati karena pengkhianatannya, dan Maruf diangkat sebagai perdana menteri atas jasa-jasanya.

Setelah itu, Maruf, istrinya, dan Sang Raja pun hidup bahagia bersama dalam kerajaan itu. Raja itu pun wafat dan Maruf naik menggantikannya sebagai raja. Ia kini mempunyai seorang anak. Sang Putri tetap memiliki cincin ajaib itu. Lalu, putri itu pun jatuh sakit dan, setelah menyerahkan cincin itu dan pemeliharaan anaknya kepada Maruf pesannya agar suaminya itu mencurahkan perhatian yang sama kepada keduanya --ia meninggal. (Baca juga: Kisah Bijak Para Sufi: Saudagar dan Darwis Kristen )

Tak lama kemudian, ketika sedang berbaring di tempat tidur, Raja Maruf bangun dan kaget. Di sampingnya, tampak istri pertamanya, Fatima yang kejam, muncul di sana secara gaib. Wanita itu pun menceritakan apa yang telah menimpa dirinya.

Ketika Maruf menghilang, ia menyesal dan menjadi seorang pengemis. Kehidupan sangat sulit baginya; ia pun mengalami penderitaan yang amat sangat. Pada suatu hari, tatkala mencoba memejamkan matanya untuk tidur, ia berseru sejadi-jadinya meratapi kepedihan hidupnya, dan sesosok jin muncul lalu mengatakan padanya mengenai petualangan Maruf semenjak terakhir kali mereka bertemu. Si wanita minta jin itu membawanya ke Ikhtiyar; dan ia pun dibawa ke sana dengan kecepatan cahaya. ( )

Kini, wanita itu merasa sangat berdosa, dan Maruf bersedia menerimanya kembali sebagai istrinya, memberitahunya bahwa ia sekarang adalah seorang raja dan pemilik sebuah cincin ajaib, tuan bagi jin yang agung, Bapak Kebahagian. Dengan rendah hati, Si wanita berterima kasih, dan ia pun menjadi ratu di negeri itu. Namun, Ratu itu membenci Sang Pangeran Kecil.

Biasanya, pada malam hari, Maruf melepas cincin ajaibnya. Fatima mengetahui hal itu, dan sudah menyusun siasat; Sang Ratu mengendap-endap masuk ke kamar Raja dan mencuri cincinnya. Namun, Pangeran Kecil membuntutinya; ketika dilihatnya perbuatan Ratu, ia pun menghunus pedang kecilnya lalu membunuh wanita yang hatinya busuk itu, khawatir kalau-kalau ia akan mempergunakan kekuatan cincin.

Begitulah, Fatima yang bohong akhirnya menemui ajal di tempat kehormatan terbesar dalam hidupnya. Kini, Maruf pun mengangkat Si Petani Jujur, yang telah menjadi sarana penyelamatannya, menjadi perdana menteri. Dinikahinya anak gadis petani itu. Dan, mereka pun akhirnya hidup bahagia dan berhasil. (

===

Idries Shah dalam Tales of The Dervishes yang diterjemahkan Ahmad Bahar menjadi Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi menyebutkan seperti berbagai kisah darwis lainnya, kisah ini terdapat juga dalam "Malam-malam Arab" (Arabian Nights). Tetapi tak seperti kebanyakan alegori Sufi, kisah ini tak berbentuk sajak. Selain itu, tak seperti kebanyakan pula, kecuali cerita tentang Mulla Nasrudin, kisah ini kadang-kadang dimainkan di Chaikhanas (kedai teh) sebagai drama.

Cerita ini tak mengandung pesan moral, sebagaimana orang-orang di Barat terbiasa dengannya, namun menekankan hubungan-hubungan sebab-akibat tertentu yang merupakan salah satu ciri khas sebagian kepustakaan Sufi.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Yang pertama kali yang dihisab (dihitung) dari perbuatan seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalatnya. Jika sempurna ia beruntung dan jika tidak sempurna, maka Allah Azza wa Jalla berfirman, Lihatlah apakah hamba-Ku mempunyai amalan shalat sunnah? Bila didapati ia memiliki amalan shalat sunnah, maka Dia berfirman Lengkapilah shalat wajibnya yang kurang dengan shalat sunnahnya

(HR. Nasa'i No. 463)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More