Benarkah Sayyidina Ali Menolak Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar?
loading...
A
A
A
Di sini Ali berontak seraya berkata: "Hebat sekali kalian ini Muhajirin! Janganlah kalian mencoba mengeluarkan kekuasaan Muhammad atas orang-orang Arab itu dari keluarganya dan dari dalam rumahnya ke keluarga dan ke dalam rumah kalian lalu mengenyahkan kedudukan dan hak keluarganya dari rakyat. Demi Allah, Saudara-saudara Muhajirin, kamilah yang lebih berhak dari semua orang, karena kami adalah keluarganya, kami ahlulbait. Dalam pimpinan ini kami lebih berhak dari kalian. Dari kalangan kamilah yang membaca Qur'an, yang mengetahui hukum-hukum agama, mengenal benar sunah Rasulullah, mengikuti perkembangan rakyat serta melindungi mereka dari hal-hal yang tidak baik. Kami yang mengadakan pemerataan dengan mereka. Dia adalah dari kami. Janganlah kamu memperturutkan hawa nafsu, kalian akan sesat dari jalan Allah dan akan lebih jauh menyimpang dari kebenaran."
Menurut beberapa sumber, ketika itu Basyir bin Sa'd juga hadir. Mendengar kata-kata itu ia berkata: "Ali, kalau kata-katamu itu didengar oleh Ansar sebelum pengukuhan terhadap Abu Bakar, aku pun tak akan berbeda pendapat dengan kau."
Dengan marah Ali keluar. Ia pergi menemui Fatimah dan keluar rumah bersama-sama. Dengan dinaikkan di atas binatang beban malam itu Fatimah berkeliling menemui kelompok-kelompok Ansar meminta dukungan.
Mereka itu berkata: "Putri Rasulullah, baiat kami atas orang itu sudah selesai. Sekiranya suamimu dan sepupumu itu yang lebih dulu menemui kami sebelum Abu Bakar, tentu kami tak akan menyamakannya."
Jawaban ini menambah kemarahan Ali dan ia berkata lagi: "Apa aku akan meninggalkan Rasulullah di rumah tanpa dimakamkan dan keluar memperebutkan kekuasaan?"
"Apa yang dilakukan Abu al-Hasan," sela Fatimah, "memang yang sudah semestinya dilakukan. Tetapi apa yang mereka lakukan, biarlah Allah nanti yang membuat perhitungan dan yang menentukan."
Demikian inilah kesan yang masyhur (yang sudah umum) mengenai sikap Ali bin Abi Thalib dan sahabat-sahabatnya sehubungan dengan baiat Abu Bakar itu. Beberapa sejarawan dengan tegas sekali membantah kesan yang sudah umum mengenai tertinggalnya Banu Hasyim dan beberapa kalangan Muhajirin itu.
Baca Juga: Biografi Abu Bakar, Sahabat Paling Terdepan Membela Rasulullah SAW
Mereka menyebutkan bahwa sesudah Saqifah, Abu Bakar dibaiat secara aklamasi tanpa ada yang ketinggalan. Tabari menyebutkan sebuah sumber lengkap dengan isnadnya, bahwa Sa'd bin Zaid ketika ditanya: Engkau menyaksikan kematian Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam?”
“Ya,” jawabnya.
Ditanya lagi: “Kapan Abu Bakar dibaiat?”
Dijawab: “Ketika Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam wafat; mereka tidak mau ada yang lowong sehari pun tanpa berada dalam satu jamaah.”
“Apa ada yang menentang?”
“Tidak,” katanya, “tak ada, kecuali mereka yang murtad atau orang-orang Ansar yang nyaris murtad kalau tidak segera mendapat pertolongan Allah.”
Ketika ditanya lagi: “Apa ada dari Muhajirin yang tidak ikut?”
“Tidak,” katanya. “Kaum Muhajirin secara berturut-turut memberikan baiat tanpa diminta.”
Baca Juga: :Khalifah Umar Pecat Khalid bin Walid demi Selamatkan Tauhid Umat
Menurut Haekal lagi, dalam sebuah sumber disebutkan, bahwa ketika itu Ali bin Abi Thalib sedang duduk-duduk di rumahnya tatkala ada orang datang memberitahukan bahwa Abu Bakar sudah siap hendak diikrarkan. Karena khawatir akan terlambat Ali keluar cepat-cepat hanya mengenakan baju kemeja tanpa mantel dan jubah. Kemudian ia pun membaiat.
Sesudah itu ia duduk dan menyuruh orang mengambilkan pakaiannya itu lalu dipakainya, dan ia tetap duduk.