Kisah Zughanusy Pasya, Mualaf yang Gelorakan Semangat Jihad Taklukkan Konstantinopel
loading...
A
A
A
Selanjutnya Zughanusy Pasya menekankan, “Kita telah mulai satu perkara, maka wajib bagi kita untuk menyelesaikan perkara ini sampai sempurna. Wajib bagi kita meningkatkan serangan, membuka perbatasan, dan kita runtuhkan keberanian mereka. Tidak ada pendapat lain yang bisa aku kemukakan, selain ini,” tutupnya.
Mendengar ucapan penuh semangat itu, berbinarlah muka Sultan Al-Fatih. Dia tampak sangat puas. Senyumnya mengembang. Selanjutnya Sultan menoleh kepada komandan perangnya Tharhan dan menanyakan bagaimana pendapatnya. Maka dia pun menjawab dengan tangkas, “Apa yang dikatakan Zughanusy adalah tepat. Saya sependapat dengannya, Wahai Sultan!”
Sultan lalu menoleh ke gurunya, Syaikh Aaq Syamsuddin dan Maulana Al-Kurani. Beliau meminta pendapat dua Syaikh yang sangat dihormati itu. Muhammad Al-Fatih berharap keduanya menyetujui apa yang dikatakan oleh Zughanus Pasya. “Harus dilanjutkan dan dengan kekuatan yang Mahaagung, maka kemenangan akan segera tercapai, insya Allah,” ujar Syaikh Aaq Syamsuddin, mempertebal keyakinan Sultan Muhammadi Al-Fatih.
Pernyataan yang sama juga disampaikan Maulana Al-Kurani. Ucapan Syaikh ini semakin menggelorakan semangat di dada orang-orang yang hadir. Sultan merasa demikian gembira dengan doa kedua Syaikh untuk kemenangan tentara Utsmani. Maka dia pun tak kuasa untuk tidak mengatakan, “Siapa di antara nenek moyangku yang memiliki kekuatan seperti aku?"
Para ulama sepakat mendukung pendapat yang menyatakan, jihad harus dilanjutkan. Secara pribadi Sultan juga berkeinginan untuk menaklukkan Kota Konstantinopel.
Pertemuan selesai dengan diakhiri oleh seruan dari Sultan bahwa serangan umum akan segera dilakukan untuk menundukkan kota. Dia akan mengeluarkan perintah penyerangan dan pengepungan, pada saat kesempatan emas terbuka. Dan semua tentara hendaknya bersiap-siap menyambut serangan itu.
Mendengar ucapan penuh semangat itu, berbinarlah muka Sultan Al-Fatih. Dia tampak sangat puas. Senyumnya mengembang. Selanjutnya Sultan menoleh kepada komandan perangnya Tharhan dan menanyakan bagaimana pendapatnya. Maka dia pun menjawab dengan tangkas, “Apa yang dikatakan Zughanusy adalah tepat. Saya sependapat dengannya, Wahai Sultan!”
Sultan lalu menoleh ke gurunya, Syaikh Aaq Syamsuddin dan Maulana Al-Kurani. Beliau meminta pendapat dua Syaikh yang sangat dihormati itu. Muhammad Al-Fatih berharap keduanya menyetujui apa yang dikatakan oleh Zughanus Pasya. “Harus dilanjutkan dan dengan kekuatan yang Mahaagung, maka kemenangan akan segera tercapai, insya Allah,” ujar Syaikh Aaq Syamsuddin, mempertebal keyakinan Sultan Muhammadi Al-Fatih.
Pernyataan yang sama juga disampaikan Maulana Al-Kurani. Ucapan Syaikh ini semakin menggelorakan semangat di dada orang-orang yang hadir. Sultan merasa demikian gembira dengan doa kedua Syaikh untuk kemenangan tentara Utsmani. Maka dia pun tak kuasa untuk tidak mengatakan, “Siapa di antara nenek moyangku yang memiliki kekuatan seperti aku?"
Para ulama sepakat mendukung pendapat yang menyatakan, jihad harus dilanjutkan. Secara pribadi Sultan juga berkeinginan untuk menaklukkan Kota Konstantinopel.
Pertemuan selesai dengan diakhiri oleh seruan dari Sultan bahwa serangan umum akan segera dilakukan untuk menundukkan kota. Dia akan mengeluarkan perintah penyerangan dan pengepungan, pada saat kesempatan emas terbuka. Dan semua tentara hendaknya bersiap-siap menyambut serangan itu.
(mhy)