Al-Fatih Siapkan 400 Kapal dan 250.000 Mujahid untuk Kuasai Konstantinopel
loading...
A
A
A
Sebelum melakukan serangan ke Kota Konstantinopel, Sultan melakukan perjanjian dengan beberapa negara rival, dengan tujuan agar dia bisa berkonsentrasi menghadapi satu musuh. Maka dijalinlah perjanjian dengan negara Galata yang berbatasan dengan Konstantinopel dari arah timur; yang dipisahkan dengan Selat Tanduk Emas.
Dia juga menjalin perjanjian dengan negara Majd dan Venezia, dua negara yang berbatasan dengan negara-negara Eropa. Namun negara-negara ini ternyata tidak mempedulikan perjanjian. Tatkala Sultan Muhammad mulai beroperasi di Konstantinopel, pasukan negara-negara tersebut malah datang ke Konstantinopel, ikut membantu mempertahankan Konstantinopel!“
Sebuah bantuan yang mereka lakukan untuk saudara-saudara seiman dalam Nasrani. Mereka melupakan perjanjian yang telah disepakati.
Godaan
Saat gencar-gencarnya Sultan Muhammad mempersiapkan diri melakukan penaklukan, Kaisar Byzantium berusaha mati-matian mengalihkan perhatian Sultan dari target yang dia inginkan, dengan cara memberikan harta dan hadiah yang bermacam-macam.
Menurut Ash-Shalabi, selain itu dia berusaha menyuap para penasehat Sultan Muhammad, agar mengurungkan niatnya. Namun Sultan tidak bergeming dari keputusannya. Dia sepenuh hati bertekad untuk melaksanakan rencana besarnya. “Semua upaya yang dilakukan Kaisar sama sekali tidak berhasil mematahkan obsesi besarnya,” tuturnya.
Tatkala Kaisar melihat keinginan dan tekad Sultan yang begitu kuat untuk merealisasikan tujuannya, ujar Ash-Shalabi, maka dia segera meminta bantuan berbagai negara dan kota-kota di Eropa, khususnya meminta bantuan Paus, pemimpin tertinggi Katholik. Padahal ketika itu, gereja-gereja Kekaisaran Byzantium dan secara khusus gereja Konstantinopel, mengikuti aliran Kristen Ortodoks; di mana antara Katholik dan Kristen Ortodoks terjadi permusuhan yang sangat sengit.
Kaisar terpaksa bermanis muka kepada Paus, agar bisa mendapat bantuan. Dia pura-pura menyatakan siap untuk menyatukan gereja Ortodoks di Timur (Byzantium) agar tunduk di bawah kekuasaan Paus di Eropa. Padahal kalangan Ortodoks tidak pernah menginginkan hal itu terjadi. Atas dasar permintaan ini, maka Paus segera mengirim utusan ke Konstantinopel dan dia berkhutbah di gereja Aya Sophia. Lalu Kaisar berdoa untuk Paus dan mendeklarasikan penyatuan dua madzhab Nasrani itu.
Hal ini menimbulkan kemarahan orang-orang Kristen Ortodoks di Konstantinopel. Mereka bahkan melakukan gerakan kontra terhadap apa yang dilakukan orang-orang Katholik. Hingga di antara orang-orang Ortodoks ada yang berkata. “Lebih baik bagi Saya menyaksikan sorban orang-orang Turki di wilayah Byzantium, daripada menyaksikan topi orang-orang Latin?“
Perang Mulai Berkobar
Kota Konstantinopel dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu Selat Bosphorus, Laut Marmarah, dan Tanduk Emas yang dijaga dengan menggunakan rantai yang demikian besar, sehingga sangat tidak mungkin bagi setiap kapal untuk masuk ke perairan Konstantinopel.
Di samping itu, dari daratan juga dijaga dengan pagar-pagar sangat kokoh yang terbentang dari laut Marmarah hingga Tanduk Emas yang hanya diselingi Sungai Likus. Pagar dinding ini sangat tinggi, hingga 60 kaki, dilengkapi menara, pagar dalam, pos pemantau, dan dijaga oleh banyak pasukan.
Dari segi militer, Kota Konstantinopel dianggap sebagai kota yang paling aman dan terlindungi, karena di dalamnya ada pagar-pagar pengaman, benteng-benteng yang kuat dan perlindungan secara alami.
Dengan demikian, sangat sulit untuk bisa menyerang Konstantinopel. Puluhan kali usaha untuk menaklukkan kota itu dilakukan. Sebelas di antaranya dilakukan pasukan Islam.
Sultan Muhammad Al-Fatih mempersiapkan serangan ke Konstantinopel dengan seksama dan selalu mencari tahu tentang kondisi yang sebenarnya. Dia mempersiapkan peta riil untuk mengepung kota ini. ( )
(mhy)