Pentingnya Bersyukur, Nikmat Allah SWT Lebih Banyak daripada Musibah yang Menimpa
loading...
A
A
A
Musibah yang menimpa manusia sangat sebentar atau tidak berlangsung lama. Sedangkan nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala itu merupakan karunia yang datang setiap saat dan terus-menerus. Karena itu, alangkah zalimnya manusia ketika selalu mengingat musibah dan melupakan nikmatnya Allah.
Nikmat Allah yang Allah karuniakan kepada kita sangatlah banyak tidak terhingga. Mulai tersedianya air, udara plus oksigen, hewan dan tumbuhan untuk makanan, keindahalan alam, kesehatan, diberi penghasilan, angin semilir, dikaruniai keluarga, dan masih banyak lagi. Semua yang ada pada kita, yang kita peroleh dan nikmati, dan yang diperoleh dan dinikmati oleh seluruh makhluk, semua datangnya dari Allah Rabbul ‘Aalamiin.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
"Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (QS. Ibrahim : 34)
Alhamdulillah segala puji bagi Allah atas semua nikmat yang Allah karuniakan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan taat kepada-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
"Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan." (QS. An-Nahl : 53)
Bisa dibilang, Allah memberi kenikmatan kepada manusia sejak manusia lahir dan berakhir ketika manusia mati. Andaikan diberi musibah, maa itu sangat sebentar saja. Tidak lama. Lalu musibah akan hilang dan berganti dengan kebahagiaan lagi. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia dengan sangat sempurna dan Allah tunjuki manusia ke jalan yang membawa manusia kepada kebahagiaan dan yang membawa kepada celaka.
Andaikan manusia diberi musibah, itu juga hanya sebagai ujian kehidupan. Agar kelak Allah ganti musibah itu dengan kenikmatan yang berlangsung lama (khalidina abada). Dunia memang tempatnya ujian, yakni agar Allah bisa mengetahui mana hambaNya yang sabar, ridho, dan taat kepada-Nya. Dan mana manusia yang ingkar dan tidak bersyukur.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innaa lillahi wa innaa ilaihiraaji’uun” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah : 155-157).
Dalam 'Taisiir al-Karimir Rahman fi Tafsiiri Kalamil Mannan', dijelaskan bahwa Kedua ayat ini (Al-Baqarah ayat 155-157) mengandung persiapan yang matang bagi jiwa sebelum datangnya musibah, agar ia bisa bersiap-siap dan jika musibah itu terjadi.
Maka manusia akan terasa ringan dan mudah untuk dilalui. (diantara kandungannya) juga yaitu penjelasan tentang perkara yang dapat membantu untuk melakukan kesabaran dan pahala yang akan diterima oleh orang yang sabar. Ia juga dapat mengetahui tentang keadaan orang yang tidak sabar yang berlawanan dengan keadaan orang yang sabar.
Ia juga dapat mengetahui bahwa ujian dan cobaan merupakan hukum Allah yang sudah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tidak akan menemukan perubahan pada hukum Allah itu. Ayat ini juga mengandung penjelasan tentang macam-macam musibah.
Sehingga orang beriman janganlah merasa merana dengan musibah yang menimpa. Musibah hanya sebentar. Jangan menggerutu, jangan berkeluh kesah, jangan gundah gelisah yang berkepanjangan, karena itu pertanda lemahnya iman mereka. Harusnya orang beriman bersyukur terhadap semua nikmat, dan bersabar jika tertimpa ujian musibah. Karena semua musibah dan ujian sudah diketahui Allah. Dan Dia sendiri yang akan memberikan pahalanya bagi orang yang sabar dan ridho.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
Nikmat Allah yang Allah karuniakan kepada kita sangatlah banyak tidak terhingga. Mulai tersedianya air, udara plus oksigen, hewan dan tumbuhan untuk makanan, keindahalan alam, kesehatan, diberi penghasilan, angin semilir, dikaruniai keluarga, dan masih banyak lagi. Semua yang ada pada kita, yang kita peroleh dan nikmati, dan yang diperoleh dan dinikmati oleh seluruh makhluk, semua datangnya dari Allah Rabbul ‘Aalamiin.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
وَاٰ تٰٮكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَ لْـتُمُوْهُ ۗ وَاِ نْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗ اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَـظَلُوْمٌ كَفَّا رٌ
"Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (QS. Ibrahim : 34)
Alhamdulillah segala puji bagi Allah atas semua nikmat yang Allah karuniakan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan taat kepada-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَمَا بِكُمْ مِّنْ نّـِعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ثُمَّ اِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَاِ لَيْهِ تَجْئَرُوْنَ
"Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan." (QS. An-Nahl : 53)
Bisa dibilang, Allah memberi kenikmatan kepada manusia sejak manusia lahir dan berakhir ketika manusia mati. Andaikan diberi musibah, maa itu sangat sebentar saja. Tidak lama. Lalu musibah akan hilang dan berganti dengan kebahagiaan lagi. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia dengan sangat sempurna dan Allah tunjuki manusia ke jalan yang membawa manusia kepada kebahagiaan dan yang membawa kepada celaka.
Andaikan manusia diberi musibah, itu juga hanya sebagai ujian kehidupan. Agar kelak Allah ganti musibah itu dengan kenikmatan yang berlangsung lama (khalidina abada). Dunia memang tempatnya ujian, yakni agar Allah bisa mengetahui mana hambaNya yang sabar, ridho, dan taat kepada-Nya. Dan mana manusia yang ingkar dan tidak bersyukur.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿١٥٦﴾ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innaa lillahi wa innaa ilaihiraaji’uun” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah : 155-157).
Dalam 'Taisiir al-Karimir Rahman fi Tafsiiri Kalamil Mannan', dijelaskan bahwa Kedua ayat ini (Al-Baqarah ayat 155-157) mengandung persiapan yang matang bagi jiwa sebelum datangnya musibah, agar ia bisa bersiap-siap dan jika musibah itu terjadi.
Maka manusia akan terasa ringan dan mudah untuk dilalui. (diantara kandungannya) juga yaitu penjelasan tentang perkara yang dapat membantu untuk melakukan kesabaran dan pahala yang akan diterima oleh orang yang sabar. Ia juga dapat mengetahui tentang keadaan orang yang tidak sabar yang berlawanan dengan keadaan orang yang sabar.
Ia juga dapat mengetahui bahwa ujian dan cobaan merupakan hukum Allah yang sudah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tidak akan menemukan perubahan pada hukum Allah itu. Ayat ini juga mengandung penjelasan tentang macam-macam musibah.
Sehingga orang beriman janganlah merasa merana dengan musibah yang menimpa. Musibah hanya sebentar. Jangan menggerutu, jangan berkeluh kesah, jangan gundah gelisah yang berkepanjangan, karena itu pertanda lemahnya iman mereka. Harusnya orang beriman bersyukur terhadap semua nikmat, dan bersabar jika tertimpa ujian musibah. Karena semua musibah dan ujian sudah diketahui Allah. Dan Dia sendiri yang akan memberikan pahalanya bagi orang yang sabar dan ridho.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: