Konstantinopel Jadi Islambul: Al-Fatih Berambisi Jadikan Ibu Kota Terindah di Dunia

Rabu, 22 Juli 2020 - 14:05 WIB
loading...
Konstantinopel Jadi Islambul: Al-Fatih Berambisi Jadikan Ibu Kota Terindah di Dunia
Hagia Sophia. Foto/Ilustrasi/ist
A A A
SULTAN Muhammad Al-Fatih mengubah nama Konstantinopel menjadi Islambul atau lebih populer dengan Istambul pascapenaklukkan. Kota ini dijadikan Ibu Kota bagi Utsmani
.
Sultan Muhammad Al-Fatih sangat memperhatian pembangunan ibu kota. Beliau berambisi menjadikan Istambul sebagai ”ibukota terindah di dunia” dan pusat ilmu pengetahuan dan seni.

Sultan juga mengubah Hagia Sophia --dieja Aya Sofya dalam bahasa Turki -- yang semula adalah Basilika Ortodoks menjadi masjid .

Begitu menguasai kota ini, sultan segera memerintahkan pembangunan ulang kota, termasuk memperbaiki dinding, membangun benteng, juga membangun istana baru, termasuk merehab Masjid Aya Sofya. Untuk mendorong kembali orang-orang Yunani dan Genova yang pergi dari Galata, Al Fatih memerintahkan pengembalian rumah-rumah mereka dan memberikan jaminan keamanan.

Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, menyebutkan pembangunan masjid, akademi, istana, rumah sakit, toko-toko, WC, pasar-pasar besar, dan taman-taman umum sangat gencar dilakukan.

Dia mengalirkan air ke dalam kota dengan menggunakan jembatan-jembatan khusus. Selain itu, sultan juga mendorong para menterinya dan para pejabat pemerintah, orang-orang kaya, dan orang-orang terpandang, untuk membangun perumahan-perumahan, toko-toko, WC, dll. sehingga membuat kota menjadi indah dan megah.

Sultan mengatur regulasinya dengan cara sangat ideal, menarik, dan detail. Di setiap rumah sakit ada dua orang dokter, dengan tambahan dokter-dokter spesialis di bidangnya, seperti ahli penyakit dalam, ahli bedah, ahli farmasi, sejumlah perawat dan pengawas keamanan.

Dia mensyaratkan pada semua yang bertugas di rumah sakit untuk memiliki sifat qana'ah, rasa asih, dan kemanusiaan. Wajib bagi para dokter untuk menyambangi pasien dua kali dalam sehari dan melarang para dokter memberikan obat tertentu kepada pasien, kecuali setelah melalui diagnosa yang detail.

Al-Fatih juga mensyaratkan kepada juru masak rumah sakit agar mengetahui segala bentuk makanan yang sesuai dengan pasien. Dan perlu diketahui, pengobatan di setiap rumah sakit diberikan gratis kepada siapa saja, tanpa melihat dari bangsa mana dia berasal dan menganut agama apa.

Pada akhir masa kekuasaannya, Konstantinopel berubah menjadi ibu kota kekaisaran yang megah. Menurut sejarawan Utsmani kontemporer, Mevlânâ Mehmed Neşri, "Sultan Mehmed membuat keseluruhan Istanbul." Lima puluh tahun mendatang, Konstantinopel kembali menjadi kota terbesar di Eropa.

Perdagangan dan Industri
Lebih jauh lagi, untuk seluruh negeri, Sultan juga sangat memperhatikan masalah perdagangan dan industri serta selalu berusaha menggairahkan sektor ini melalui berbagai sarana, infrastruktur, faktor-faktor pendukung, dan daya tarik.



Dalam masalah ini, beliau mengikuti jejak para sultan pendahulunya, yang sangat antusias berusaha menggairahkan sektor perdagangan dan industri di tengah-tengah rakyat.

Asal tahu saja, bahwa kebanyakan kota-kota besar telah maju saat ditaklukkan oleh pasukan Utsmani. Padahal sebelumnya tersendat kemajuannya karena adanya akumulasi kekayaan pada segelintir orang di masa pemerintahan Byzantium.

Ambil contoh Nikala. Orang-orang Utsmani sangat memperhatikan lintas perdagangan dunia melalui jalur laut dan darat. Mereka mengembangkan cara-cara lama dan membangun sarana-sarana baru yang lebih baik, sehingga memudahkan arus perdagangan di semua wilayah. (Baca juga: Sujud Syukur Dunia Islam Sambut Kemenangan Al-Fatih, Hagia Sophia Jadi Masjid )

lni semua membuat negeri-negeri asing terpaksa membuka pelabuhan-pelabuhan mereka bagi para pedagang Utsmani, demi melakukan perdagangan di bawah panji pemerintahan Utsmani. Dampak dari kebijakan umum terhadap sektor perdagangan ini, melahirkan kemakmuran dan kemudahan di seluruh negeri.

Pemerintahan Utsmani memiliki mata uang sendiri. Pada saat yang sama, pemerintahan Utsmani tidak meninggalkan pembangunan bidang industri dengan membangun sarana-sarana logistik, membuat senjata, dan membangun benteng-benteng di tempat strategis.



Sistem Administrasi
Untuk memajukan negerinya, Sultan membuat undang-undang yang mengatur masalah-masalah administrasi lokal (dalam negeri). Undang-undang tersebut diturunkan dari nilai-nilai Syariat Islam.

Sultan membentuk komite khusus yang diambil dari kalangan ulama terkemuka untuk membuat undang-undang yang kemudian disebut sebagai Qaanun Namah.

Undang-undang itu dijadikan sebagai asas urusan administrasi negerinya. la dibagi menjadi 3 Bab yang berhubungan dengan posisi setiap pejabat, standar-standar, serta tradisi-tradisi yang berkaitan dengan simbol-simbol kesultanan. ( )
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4752 seconds (0.1#10.140)