Sujud Syukur Dunia Islam Sambut Kemenangan Al-Fatih, Hagia Sophia Jadi Masjid
loading...
A
A
A
HARI kemenangan itu tercatat pada hari Selasa, tanggal 20 Jumadil Ula 857 H atau bertepatan dengan 29 Mei 1453 M. Sultan Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel .
"Maka tatkala fajar shadiq menyingsing pada hari Selasa tanggal 20 Jumadil Ula, kami melancarkan serangan laksana bintang yang dilemparkan kepada setan-setan yang dilakukan dengan kebijakan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan keadilan Umar Al-Faruq RA serta pukulan Al-Haidar dari Bani Utsman . Allah telah mengaruniakan kemenangan sebelum matahari terbit dari ufuk Timur," tulis Sultan Muhammad Fatih mengabarkan kemenangannya kepada dunia Islam . ( )
Al-Fatih melanjutkan, "maka tatkala kami berhasil menang atas orang-orang kafir ini, kami membersihkan busur panah kami dari rumah-rumah ibadah. Dan kami keluarkan dari gereja-gereja itu palang salib dan lonceng-lonceng gereja. Lalu kami jadikan tempat-tempat penyembahan berhala itu menjadi masjid-masjid kaum muslimin. Mulialah tempat-tempat itu dengan khutbah-khutbah. Terjadilah kehendak Allah dan gagallah apa yang mereka lakukan...”
Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah menggambarkan kemenangan pasukan muslim di bawah pimpinan Sang Penakluk ini gaungnya sampai ke seluruh penjuru dunia. Kegembiraan, kebanggaan, serta rasa syukur menyebar, memenuhi kawasan dunia belahan Timur, Asia dan Afrika. ( )
Hal itu wajar karena penaklukkan ini merupakan impian nenek-moyang dan harapan generasi-generasi yang silih-berganti. Penaklukan ini telah lama dinantikan, dan kini telah terwujud.
Sultan Muhammad Al-Fatih segera mengirim surat kepada para penguasa di negeri-negeri Islam di Mesir, Hijaz, Persia, India, serta wilayah-wilayah lain. Dia mengabarkan tentang kemenangan yang sangat gemilang ini. ( ).
Berita kemenangan itu pun segera diumumkan di atas mimbar-mimbar khutbah. Salat syukur segera dilakukan rumah-rumah kaum muslim. Toko-toko dihias. Sedangkan di dinding-dinding dipajang panji-panji dan kain berwarna-warni. ( )
lbnu llyas pengarang buku Bada’i Al-Zuhur menuturkan tatkala kabar tentang penaklukkan Konstantinopel ini sampai, dan utusan Sultan Al-Fatih sampai di tempat tujuan, ditabuhlah genderang berita gembira di benteng-benteng.
Baca juga: Toleransi Islam di Hagia Sophia: Simbol-Simbol Gereja itu Tetap Utuh
Rakyat di Kairo diminta untuk menghiasi rumah-rumah. Kemudian pemimpin setempat menetapkan Barsbay penguasa Akhur ll, sebagai utusan kepada lbnu Utsman untuk mengucapkan kata selamat. ( )
Sejarawan Abu Al-Mahasi bin Taghri Bardi menggambarkan, bagaimana perasaan manusia ketika itu dan kondisi mereka di Kairo tatkala utusan Sultan Muhammad Al-Fatih sampai ke Kairo dengan membawa sejumlah hadiah dan dua tawanan dari pembesar Romawi.
"Saya berkata, segala puji bagi Allah atas penaklukkan yang sangat gemilang ini,” ucapnya.
Kemudian datanglah utusan itu dengan membawa dua tawanan dari pembesar Romawi. Lalu dia datang bersama dua tawanan itu kepada penguasa Mesir, Sultan Inal. ( )
“Kedua orang itu berasal dari Kota Konstantinopel yang di dalamnya ada gereja yang sangat besar. Maka Sultan Mesir sangat bergembira dengan penaklukan yang sangat gemilang itu, demikian juga dengan penduduk Mesir. Kemudian diumumkanlah kabar gembira itu dan rumah-rumah penduduk dihias dengan hiasan warna warni, sebagai ungkapan suka-cita atas kemenangan yang gemilang,” lanjutnya. (
Peristiwa ini berlangsung beberapa hari. Kemudian utusan itu datang dengan membawa dua orang tawanan ke dalam benteng pada hari Senin tanggal 25 Syawwal, setelah utusan itu dan kawan-kawannya berkeliling kota Kairo. “Penduduk Kairo berpesta dengan kemenangan itu dengan menghiasi toko-toko mereka. Sultan menerima para utusan dengan jamuan di Benteng labal,” tambahnya. (
Apa yang disebutkan oleh Abu Al-Mahasan bin Taghri Bardi tentang pesta kemenangan itu dan kegembiraan rakyat Kairo, menurut Ash-Shalabi, terjadi di berbagai kota-kota Islam. Sultan Muhammad Al-Fatih telah mengirim beberapa surat pemberitahuan tentang penaklukkan itu kepada penguasa Mesir, penguasa Iran, penguasa Makkah, dan penguasa Qurman. ( )
Dia juga mengirim beberapa surat kepada penguasa-penguasa negeri tetangga yang beragama Nasrani seperti Murah, Valachie, Hungaria, Bosnia, Serbia, Alabania dan semua wilayah yang menjadi kekuasaannya. (Baca juga: Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid )
"Maka tatkala fajar shadiq menyingsing pada hari Selasa tanggal 20 Jumadil Ula, kami melancarkan serangan laksana bintang yang dilemparkan kepada setan-setan yang dilakukan dengan kebijakan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan keadilan Umar Al-Faruq RA serta pukulan Al-Haidar dari Bani Utsman . Allah telah mengaruniakan kemenangan sebelum matahari terbit dari ufuk Timur," tulis Sultan Muhammad Fatih mengabarkan kemenangannya kepada dunia Islam . ( )
Al-Fatih melanjutkan, "maka tatkala kami berhasil menang atas orang-orang kafir ini, kami membersihkan busur panah kami dari rumah-rumah ibadah. Dan kami keluarkan dari gereja-gereja itu palang salib dan lonceng-lonceng gereja. Lalu kami jadikan tempat-tempat penyembahan berhala itu menjadi masjid-masjid kaum muslimin. Mulialah tempat-tempat itu dengan khutbah-khutbah. Terjadilah kehendak Allah dan gagallah apa yang mereka lakukan...”
Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah menggambarkan kemenangan pasukan muslim di bawah pimpinan Sang Penakluk ini gaungnya sampai ke seluruh penjuru dunia. Kegembiraan, kebanggaan, serta rasa syukur menyebar, memenuhi kawasan dunia belahan Timur, Asia dan Afrika. ( )
Hal itu wajar karena penaklukkan ini merupakan impian nenek-moyang dan harapan generasi-generasi yang silih-berganti. Penaklukan ini telah lama dinantikan, dan kini telah terwujud.
Sultan Muhammad Al-Fatih segera mengirim surat kepada para penguasa di negeri-negeri Islam di Mesir, Hijaz, Persia, India, serta wilayah-wilayah lain. Dia mengabarkan tentang kemenangan yang sangat gemilang ini. ( ).
Berita kemenangan itu pun segera diumumkan di atas mimbar-mimbar khutbah. Salat syukur segera dilakukan rumah-rumah kaum muslim. Toko-toko dihias. Sedangkan di dinding-dinding dipajang panji-panji dan kain berwarna-warni. ( )
lbnu llyas pengarang buku Bada’i Al-Zuhur menuturkan tatkala kabar tentang penaklukkan Konstantinopel ini sampai, dan utusan Sultan Al-Fatih sampai di tempat tujuan, ditabuhlah genderang berita gembira di benteng-benteng.
Baca juga: Toleransi Islam di Hagia Sophia: Simbol-Simbol Gereja itu Tetap Utuh
Rakyat di Kairo diminta untuk menghiasi rumah-rumah. Kemudian pemimpin setempat menetapkan Barsbay penguasa Akhur ll, sebagai utusan kepada lbnu Utsman untuk mengucapkan kata selamat. ( )
Sejarawan Abu Al-Mahasi bin Taghri Bardi menggambarkan, bagaimana perasaan manusia ketika itu dan kondisi mereka di Kairo tatkala utusan Sultan Muhammad Al-Fatih sampai ke Kairo dengan membawa sejumlah hadiah dan dua tawanan dari pembesar Romawi.
"Saya berkata, segala puji bagi Allah atas penaklukkan yang sangat gemilang ini,” ucapnya.
Kemudian datanglah utusan itu dengan membawa dua tawanan dari pembesar Romawi. Lalu dia datang bersama dua tawanan itu kepada penguasa Mesir, Sultan Inal. ( )
“Kedua orang itu berasal dari Kota Konstantinopel yang di dalamnya ada gereja yang sangat besar. Maka Sultan Mesir sangat bergembira dengan penaklukan yang sangat gemilang itu, demikian juga dengan penduduk Mesir. Kemudian diumumkanlah kabar gembira itu dan rumah-rumah penduduk dihias dengan hiasan warna warni, sebagai ungkapan suka-cita atas kemenangan yang gemilang,” lanjutnya. (
Peristiwa ini berlangsung beberapa hari. Kemudian utusan itu datang dengan membawa dua orang tawanan ke dalam benteng pada hari Senin tanggal 25 Syawwal, setelah utusan itu dan kawan-kawannya berkeliling kota Kairo. “Penduduk Kairo berpesta dengan kemenangan itu dengan menghiasi toko-toko mereka. Sultan menerima para utusan dengan jamuan di Benteng labal,” tambahnya. (
Apa yang disebutkan oleh Abu Al-Mahasan bin Taghri Bardi tentang pesta kemenangan itu dan kegembiraan rakyat Kairo, menurut Ash-Shalabi, terjadi di berbagai kota-kota Islam. Sultan Muhammad Al-Fatih telah mengirim beberapa surat pemberitahuan tentang penaklukkan itu kepada penguasa Mesir, penguasa Iran, penguasa Makkah, dan penguasa Qurman. ( )
Dia juga mengirim beberapa surat kepada penguasa-penguasa negeri tetangga yang beragama Nasrani seperti Murah, Valachie, Hungaria, Bosnia, Serbia, Alabania dan semua wilayah yang menjadi kekuasaannya. (Baca juga: Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid )
(mhy)