Misteri Panji Gumilang: Kesaksian Bekas Anggota NII Imam Shalahuddin

Senin, 10 Juli 2023 - 14:11 WIB
loading...
A A A
Namun yang jelas karena stuktur lembaganya adalah negara, maka instrumen kenegaraan dipakainya. Jadi, untuk mengisi kekosongan teritorial semua jama'ah laki-laki ditempatkan sebagai mas'ul.

Dulu menamai teritorialnya memakai istilah Markazul 'Ala (KT), Al Wilayatul Akbar (KPWB), Al Wilayah (KW), Ad Dairah (KD), Al Mantigoh (KB), Al Mugoto'ah (KC), Al Qoryah (KL).



Dengan diangkatnya saya maka bertambahlah kewajiban. Mulai dari mencari umat, membinanya dan mengontrol keuangan tiap hari. Seluruh kewajiban umat dan aparat tersebut berangkat dari lima dasar program negara (Binayatul Khomsah), terdiri dari: Pembinaan akidah, teritorial, keaparatan, keuangan, dan komunikasi.

Berbarengan adanya sebuah program dari KW-9 berupa mutasi kerja masal (Tahawul 'am), dua tahun kemudian 1994, saya diangkat menjadi aparat Camat di daerah Tambelang, Bekasi Utara (Kode teritorial 9142).

Saat itu nama struktur teritorial sudah berubah seperti nama-nama Nabi, di antaranya: Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim dan Musa.

Layaknya bekerja di kantor kecamatan, saya yang telah diangkat sebagai Kepala Bagian Keuangan diharuskan berdinas di sebuah kantor (malja), yang sebenarnya hanyalah rumah kontrakan biasa.

Pada tahun 1995, saya dimutasi lagi ke Bekasi Barat (Kode teritorial 9132) menjadi Kepala Bagian Pembinaan. Dan ternyata semakin kedudukan yang saya pegang semakin tinggi maka kewajibanpun semakin banyak pula.

Pengorbanan harta dan jiwa dituntut terus menerus tak mengenal batas. Semua itu harus dilaksanakan tanpa ada alasan untuk ditinggalkan. Seluruh energi sampai yang tersisa harus ditumpahkan untuk memikirkan tanggung jawab dan kewajiban mencari (merekrut) umat sebanyak-banyaknya, mengumpulkan dana sebanyak-banyaknya pula.

Itulah wujud dari jihad bi amwal wa anfus, demikian ungkap para pimpinan KW IX. Terkadang, di sela-sela wejangannya mereka memberikan doktrin, "Hari ini Negara kita sedang miskin", kita yang memiliki harta wajib mengayakannya. Bila negeri ini sudah futuh (merdeka), di mana seluruh kekayaan di negeri ini milik negara, maka nanti apa yang pernah kamu berikan akan dikembalikan."



Hal yang sangat menyakitkan hati bila kewajiban yang diemban tidak sesuai dengan target, mereka tidak segan-segan melontarkan kata-kata hinaan, cacian dan makian. Bahkan ada yang terkena pukulan atau tendangan para pimpinan. Hidup seperti binatang perahan saja. Tidak ada yang namanya keperluan pribadi, yang ada adalah kepentingan negara. Bila negara membutuhkan diri kita, kita harus siap melayaninya.

Ketika saya sebagai camat di Bekasi Utara saya berhasil merekrut anggota sebanyak 50 orang, sedang waktu dimutasi ke Bekasi Barat, saya berhasil merekrut anggota sebanyak 300 orang. Dan sayapun dianggap salah satu jajaran pemimpin NII yang berhasil, karena pada waktu itu teritorial saya dipandang berhasil merekrut anggota.

Pujian dari pimpinanpun mengalir. Dalam sebulan saya bisa menarik dana sebesar 10-15 juta rupiah. Malahan jika ada program-program tahunan, saya bisa menarik dana sekitar puluhan juta rupiah.

Selama menjadi camat, aktivitas saya hanya untuk kedua target itu. Akibatnya, kuliah terbengkalai, ibadah pun kedodoran. Bayangkan, dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 11.00 tugas mengontrol umat, siangnya jam 12.00 mengadakan briefing pelaporan hasil kerja kepada pimpinan. Pukul 5 petang untuk penarikan infak, sedekah dll. Jam 7 malam laporan setoran dana. Kemudian dari jam 8 malam ke umat lagi membina umat dan terkadang menyiapkan orang untuk di hijrahkan besok. Praktis tidak ada waktu luang untuk memikirkan hal yang lain, termasuk beribadah.

Mereka telah menekankan kebijakan baru tentang paham "prioritas utama adalah tilawah (baca Al-Qur'an). Dan tilawah adalah lebih penting dari pada salat."

Logika mereka, karena yang bisa mencegah dari tindakan keji dan mungkar justru adalah tilawah dan bukannya salat.

Untuk menenangkan hati jama'ah, selalu ada saja kalimat-kalimat doktrin yang memang sudah dipersiapkan, "Semua itu kita lakukan untuk menyongsong kebangkitan Islam di negeri ini, dan itu dimulai dari kita. Bila negara ini tegak seluruh harta yang dikeluarkan akan diganti ratusan kali lipat, sebagaimana janji Allah dalam Al Qur'an."



Demikian ungkap Abu Toto, ketika mengadakan acara irsyad ke bawah. Ia menambahkan, "Untuk ke arah sana, mulai hari ini kita harus mempersiapkan sarana dan prasarananya. Kita akan bangun sebuah proyek nan megah dan besar yang akan kita persiapkan sebagai negara basis sekaligus tanda bukti bahwa kita telah siap menyongsongnya."
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1748 seconds (0.1#10.140)