Musthafa Kemal, Boneka Inggris yang Disejajarkan dengan Khalid bin Walid
loading...
A
A
A
Musthafa Kemal Ataturk hanyalah boneka. Begitu Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi menyebut. “Proyek pembuatan boneka ini jauh lebih baik dari seratus proyek lain untuk mencabik-cabik Turki dan penghancuran Islam ,” tuturnya dalam buku Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah (
)
Ash-Shalabi menjelaskan pembikinan pahlawan boneka berhasil dilakukan oleh para intelijen lnggris dengan kesuksesan luar biasa. Mushtafa Kemal Ataturk muncul sebagai seseorang menyerupai seorang penyelamat kehormatan pemerintah Turki. ( )
Tatkala para sekutu dan Yunani yang menguasai Izmir yang dibantu oleh lnggris pada tahun 1338 H dengan membawa dendam perang Salib di Anatolia, Mushtafa Kemal mendengungkan spirit jihad di Turki dan mengangkat Al-Qur’an. Ajaibnya, ia berhasil mengusir orang-orang Yunani serta membuat orang-orang lnggris menarik diri “tanpa terjadi bentrokan senjata apa pun”. Bahkan tanpa mengalami banyak kesulitan apa pun, dia berhasil menguasai beberapa tempat strategis. ( )
Dari sini Musthafa mulai muncul ke permukaan. Dunia Islam menyambut dirinya dengan penuh antusias dan memberinya gelar “Ghazi” (panglima perang yang gagah dan tanpa tanding). Para penyair memujinya dan mendapat sambutan hangat dari para khatib.
Ahmad Syauqi misalnya dalam sebuah awal baitnya mensejajarkan Musthafa Kemal dengan Khalid bin Walid, panglima besar Islam yang sangat terkenal tersebut;
“Allahu Akbar betapa banyak penaklukan yang demikian mengagumkan
Wahai Khalid Turki, perbaharuilah kepahlawanan Khalid Arab.”
Kemudian dia juga menyamakannya dengan Shalahuddin Al-Ayyubi saat berkata dalam sebuah syairnya,
”Kau tempuh perjalanan para budiman di sebuah zaman
Di mana perang tak lagi sesuai hukum dan kesopanan.”
Dia juga menyerupakan kemenangannya dengan kemenangan Rasulullah di perang Badar dengan mengatakan,
”Di hari Badar di mana kebenaran menari dengan gembira
Di atas dataran tinggi dan Allah seakan tampak di atas awan
Selamat wahai pahlawan penakluk dan kuucapkan selamat
Dengan ayat Al-Fath dan kini tinggallah ayat al-Hub. ”
Jika orang membandingkan kondisi dan perjuangan Mushtafa Kemal yang merengkuh kemenangan dengan penyerahan total khalifah Wahiduddin Khan Muhammad VI yang kini berada di Astana dan berada dalam kehinaan dan tidak mampu bergerak, maka tampak bagi mereka bagaimana besarnya apa yang dilakukan oleh yang pertama (Mushtafa Kemal) dan bagaimana hinanya apa yang dilakukan oleh yang kedua.
Kebencian rakyat kepada khalifah semakin memuncak dengan adanya berita-berita di media, di mana khalifah menyatakan halalnya darah Mushfata Kemal sebab dia dianggap sebagai pemberontak dan pembangkang.
Padahal kala itu citra Musthafa amat moncer. Dia dianggap sebagai pahlawan yang telah berjuang dengan sangat keras untuk mengembalikan kemuliaan khilafah. Rakyat membayangkan bahwa khalifah yang pada saat itu berkuasa berada di atas bumi yang diinjak-injak oleh pasukan penjajah.
Pahlawan Boneka
Hanya saja, tak berapa lama kemudian, muncullah hakikat sebenamya dari sandiwara yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Kristen dan secara khusus orang-orang Inggris yang melihat dengan jelas, bahwa penghancuran khilafah itu bukanlah suatu perkara yang mudah.
Ash-Shalabi mengungkapkan mereka melihat, bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan kecuali dengan cara membuat seorang pahlawan boneka dan memberinya gambaran kepada publik bahwa dia adalah sosok yang besar dan seakan-akan keramat muncul dari kedua tangannya.
Dengan demikian, mereka sangat mungkin untuk melakukan penikaman dengan menggunakan kedua tangan boneka namun tanpa menimbulkan rasa sakit yang sangat dalam. Sebab perasaan manusia kini telah bergeser pada kemenangan semu yang dilakukan oleh sang pahlawan boneka tersebut.
Saat itulah pasukan sekutu itu membuat berbagai masalah dan meminta pada Sultan untuk memadamkannya. Mereka mengusulkan nama Mushtafa Kemal untuk melakukan tugas penting tersebut agar dia menjadi pusat harapan rakyat dan akan menjadi pusat penghormatan kalangan perwira tentara.
Dengan demikian, maka posisi Mushtafa Kemal semakin mencorong dan kharismanya semakin kuat. Pada saat yang sama, nama khalifah semakin anjlok di mata rakyat.
Menurut Ash-Shalabi, intelijen-intelijen Inggris berhasil menemukan “impiannya” yang telah lama didambakan dalam pribadi Mushtafa Kemal. Hubungan antara intelijen Inggris dan Mushtafa Kemal dilakukan melalui perantaraan seorang intelijen yang bernama Amstrong, yang memiliki hubungan dekat dengan Mushtafa kala dia berada di Palestina dan Suriah. Di mana saat itu, Mushtafa Kemal menjadi komandan perang Utsmani di sana. (
Ash-Shalabi menjelaskan pembikinan pahlawan boneka berhasil dilakukan oleh para intelijen lnggris dengan kesuksesan luar biasa. Mushtafa Kemal Ataturk muncul sebagai seseorang menyerupai seorang penyelamat kehormatan pemerintah Turki. ( )
Tatkala para sekutu dan Yunani yang menguasai Izmir yang dibantu oleh lnggris pada tahun 1338 H dengan membawa dendam perang Salib di Anatolia, Mushtafa Kemal mendengungkan spirit jihad di Turki dan mengangkat Al-Qur’an. Ajaibnya, ia berhasil mengusir orang-orang Yunani serta membuat orang-orang lnggris menarik diri “tanpa terjadi bentrokan senjata apa pun”. Bahkan tanpa mengalami banyak kesulitan apa pun, dia berhasil menguasai beberapa tempat strategis. ( )
Dari sini Musthafa mulai muncul ke permukaan. Dunia Islam menyambut dirinya dengan penuh antusias dan memberinya gelar “Ghazi” (panglima perang yang gagah dan tanpa tanding). Para penyair memujinya dan mendapat sambutan hangat dari para khatib.
Ahmad Syauqi misalnya dalam sebuah awal baitnya mensejajarkan Musthafa Kemal dengan Khalid bin Walid, panglima besar Islam yang sangat terkenal tersebut;
“Allahu Akbar betapa banyak penaklukan yang demikian mengagumkan
Wahai Khalid Turki, perbaharuilah kepahlawanan Khalid Arab.”
Kemudian dia juga menyamakannya dengan Shalahuddin Al-Ayyubi saat berkata dalam sebuah syairnya,
”Kau tempuh perjalanan para budiman di sebuah zaman
Di mana perang tak lagi sesuai hukum dan kesopanan.”
Dia juga menyerupakan kemenangannya dengan kemenangan Rasulullah di perang Badar dengan mengatakan,
”Di hari Badar di mana kebenaran menari dengan gembira
Di atas dataran tinggi dan Allah seakan tampak di atas awan
Selamat wahai pahlawan penakluk dan kuucapkan selamat
Dengan ayat Al-Fath dan kini tinggallah ayat al-Hub. ”
Jika orang membandingkan kondisi dan perjuangan Mushtafa Kemal yang merengkuh kemenangan dengan penyerahan total khalifah Wahiduddin Khan Muhammad VI yang kini berada di Astana dan berada dalam kehinaan dan tidak mampu bergerak, maka tampak bagi mereka bagaimana besarnya apa yang dilakukan oleh yang pertama (Mushtafa Kemal) dan bagaimana hinanya apa yang dilakukan oleh yang kedua.
Kebencian rakyat kepada khalifah semakin memuncak dengan adanya berita-berita di media, di mana khalifah menyatakan halalnya darah Mushfata Kemal sebab dia dianggap sebagai pemberontak dan pembangkang.
Padahal kala itu citra Musthafa amat moncer. Dia dianggap sebagai pahlawan yang telah berjuang dengan sangat keras untuk mengembalikan kemuliaan khilafah. Rakyat membayangkan bahwa khalifah yang pada saat itu berkuasa berada di atas bumi yang diinjak-injak oleh pasukan penjajah.
Pahlawan Boneka
Hanya saja, tak berapa lama kemudian, muncullah hakikat sebenamya dari sandiwara yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Kristen dan secara khusus orang-orang Inggris yang melihat dengan jelas, bahwa penghancuran khilafah itu bukanlah suatu perkara yang mudah.
Ash-Shalabi mengungkapkan mereka melihat, bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan kecuali dengan cara membuat seorang pahlawan boneka dan memberinya gambaran kepada publik bahwa dia adalah sosok yang besar dan seakan-akan keramat muncul dari kedua tangannya.
Dengan demikian, mereka sangat mungkin untuk melakukan penikaman dengan menggunakan kedua tangan boneka namun tanpa menimbulkan rasa sakit yang sangat dalam. Sebab perasaan manusia kini telah bergeser pada kemenangan semu yang dilakukan oleh sang pahlawan boneka tersebut.
Saat itulah pasukan sekutu itu membuat berbagai masalah dan meminta pada Sultan untuk memadamkannya. Mereka mengusulkan nama Mushtafa Kemal untuk melakukan tugas penting tersebut agar dia menjadi pusat harapan rakyat dan akan menjadi pusat penghormatan kalangan perwira tentara.
Dengan demikian, maka posisi Mushtafa Kemal semakin mencorong dan kharismanya semakin kuat. Pada saat yang sama, nama khalifah semakin anjlok di mata rakyat.
Menurut Ash-Shalabi, intelijen-intelijen Inggris berhasil menemukan “impiannya” yang telah lama didambakan dalam pribadi Mushtafa Kemal. Hubungan antara intelijen Inggris dan Mushtafa Kemal dilakukan melalui perantaraan seorang intelijen yang bernama Amstrong, yang memiliki hubungan dekat dengan Mushtafa kala dia berada di Palestina dan Suriah. Di mana saat itu, Mushtafa Kemal menjadi komandan perang Utsmani di sana. (
(mhy)