Wasiat Umar bin Khattab Menjelang Wafat: Pilih 6 Sahabat untuk Menggantikannya

Selasa, 19 Desember 2023 - 13:40 WIB
loading...
A A A
Umar seolah-olah khawatir mereka akan berselisih setelah ia wafat, dan perselisihan mereka akan menjurus pada pemberontakan. Kelompok Banu Hasyim akan membela Ali, golongan Abu Mua'it akan membela Usman dan golongan militer akan membela Zubair, Talhah atau Sa'ad, dan mereka semua panglima-panglima terkemuka.

Untuk itu ia memanggil kaum Ansar, dan katanya kepada mereka: "Masukkanlah mereka ke dalam sebuah rumah selama tiga hari. Biarlah mereka bersikap yang sebenarnya, kalau tidak masuklah kalian dan penggal kepala mereka."



Kemudian ia memanggil Abu Talhah al-Ansari, orang yang terbilang pemberani yang tak banyak jumlahnya, dan katanya kepadanya: "Berjaga-jagalah di pintu dan jangan biarkan siapa pun masuk."

Sumber lain menyebutkan ia berkata: "Abu Talhah, bergabunglah Anda dengan lima puluh orang Ansar rekan-rekan Anda dan bersama beberapa orang anggota Majelis Syura. Saya rasa mereka akan bertemu di rumah salah seorang dari mereka. Berjaga-jagalah di pintu bersama teman-temanmu itu. Jangan biarkan dari mereka ada yang masuk, juga mereka jangan dibiarkan berlarut-larut sampai tiga hari belum ada yang terpilih. Andalah yang menjadi wakil saya pada mereka!"

Haekal mengatakan andaikata Umar menunjuk salah seorang dari yang enam orang tersebut, mungkinkah kaum Muslimin menyetujui pilihannya itu seperti ketika menyetujui pilihan Abu Bakar terhadap Umar? Kalau memang dengan cara itu Umar yakin, niscaya ia tidak akan ragu melakukannya.

Akan tetapi di depannya sudah terlihat tanda-tanda yang membuatnya tidak yakin. Dengan demikian itu ia berkata kepada mereka: "Barang siapa di antara kalian ada yang mengangkat diri selaku kepala pemerintahan tanpa musyawarah dengan kaum Muslimin, penggallah lehernya."



Orang setuju dengan kekhalifahan Usman sampai beberapa tahun sesudah Umar. Tetapi sesudah berlangsung lama mereka mulai kesal kepadanya, mereka memberontak dan kemudian membunuhnya.

Sesudah dia terbunuh terjadilah perang saudara di antara kaum Muslimin, yang berkesinambungan sampai bertahun-tahun. Kejadian ini membuktikan bahwa kekhawatiran Umar akan timbulnya perselisihan antargolongan itu tidaklah berlebihan.

Dia benar-benar menyadari apa yang bergejolak dalam hati mereka, dengan perkiraan, bahwa fanatisme kesukuan yang sudah tak ada lagi, sejak Rasulullah menaungi jazirah Arab dengan panjinya, ada tanda-tanda akan timbul lagi.

Menurut Haekal, dengan meluasnya wilayah adakalanya memberi peluang menyebar dan berkobarnya api kesukuan. Karenanya, untuk mengatasi masalah penggantian khalifah itu ia berusaha supaya dilakukan dengan jalan syura di antara keenam tokoh itu.

Cara ini adalah yang terbaik dalam menghadapi situasi waktu itu dan ternyata berhasil, yang berjalan sampai selama sepuluh tahun sepeninggalnya. Tetapi beberapa motivasi yang memang dikhawatirkan oleh Umar tak pernah berhenti menggerakkan nafsu yang berakar dalam jiwa mereka.

Nafsu jahat ini yang memang lebih banyak mempengaruhi akal sehat, yang akhirnya menjurus pada apa yang terjadi dalam sejarah umat Islam setelah dua puluh lima tahun Rasulullah SAW wafat.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2417 seconds (0.1#10.140)