Taurat Menyebut Tuhan Israel Memilih Bangsa, Begini Tanggapan Imam Chirri
loading...
A
A
A
Berikut ini adalah dialog Prof Dr Wilson H. Guertin dan Imam Muhammad Jawad Chirri yang dikutip dari buku yang diterjemahkan HM Ridho Umar Baridwan, SH berjudul "Dialog tentang Islam dan Kristen" (Alma'arif, 1981).
Imam Mohammad Jawad Chirri adalah seorang ulama dan dosen , kelahiran Lebanon . Beliau direktur dan Ketua Kerohanian di pusat Islam di Detroit, Amerika Serikat . Sedangkan Prof Dr Wilson H. Guertin adalah Ilmuwan terkemuka dalam ilmu jiwa (psychology).
Berikut petikan dialog tersebut:
Prof Wilson: Sesuai dengan keterangan anda, tujuan yang sangat baik tidak memisahkan kepercayaan pada satu atau dua masyarakat-masyarakat atau bangsa-bangsa tetapi untuk mengembangkan kepercayaan yang benar ke seluruh dunia dan memperkenalkan prinsip-prinsipnya kepada seluruh bangsa-bangsa.
Ini tampaknya tidak demikian. Taurat (Old Testament) berulang-ulang mengatakan Tuhannya Israelites memilih bangsa. Ini menunjukkan bahwa Israelites yang diutamakan dari berita-berita yang sangat baik itu.
Imam Chirri: Maksud Tuhan memberi Ishak agar anak-anak Israel memeluk dan mengikuti dengan tulus perintah-perintah yang baik itu dan memimpin bangsa-bangsa pada apa yang dikehendaki Tuhan.
Tetapi Israelites tidak dapat hidup sesuai dengan pengharapan ini. Hanya sebagian kecil yang mengikuti pengajaran yang baik itu dan bahwa sebagian kecil itu tak sanggup menciptakan kepercayaan itu secara umum.
Sebagai hasilnya, berturut-turut nabi dari Israil diperlukan untuk berbicara pada rakyatnya sesuai dengan kemampuan pengertiannya. Di bawah keadaan demikian kepercayaan itu dinyatakan (dikhususkan) sebagai kesukuan atau bangsa: Tuhan adalah Tuhan bagi Israel, dan Israelite adalah rakyat pilihanNya.
Nabi-nabi telah mencoba membuat masyarakat Yahudi memeluk kepercayaan dengan tulus. Seluruh Nabi-nabi Israel dihubungkan dengan masyarakat itu, dan tak seorangpun dari bangsa-bangsa yang bukan bangsa Yahudi adalah hubungan utama mereka. Bahkan Yesus, sesuai dengan Mathew, mempunyai sikap yang sama:
"Maka Yesuspun keluarlah dari sana, serta berangkat ke jajahan Tsur dan Sidon. Maka adalah seorang perempuan Kanani datang dari jajahan itu, serta berteriak, katanya: "Ya, Tuhan, ya Anak Daud, kasihanilah hamba, karena anak hamba yang perempuan dirasuk setan terlalu sangat."
Tetapi sepatah katapun tiada dijawab oleh Yesus kepada perempuan itu. Maka datanglah murid-muridNya meminta kepadaNya, serta berkata. "Suruhlah perempuan itu pergi karena ia berteriak-teriak di belakang kita."
Maka jawab Yesus, katanya: "Tiadalah Aku disuruh berbuat kepada yang lain kecuali hanya kepada segala domba yang sesat dari antara bani Israel."
Maka datanglah perempuan itu sujud menyembah Dia, katanya: "Ya, Tuhan, tolonglah hamba!"
Tetapi jawab Yesus, kataNya: "tiada patut diambil roti dari anak-anak, lalu mencampakkan kepada anjing." Mathew fasal 15.
Imam Mohammad Jawad Chirri adalah seorang ulama dan dosen , kelahiran Lebanon . Beliau direktur dan Ketua Kerohanian di pusat Islam di Detroit, Amerika Serikat . Sedangkan Prof Dr Wilson H. Guertin adalah Ilmuwan terkemuka dalam ilmu jiwa (psychology).
Berikut petikan dialog tersebut:
Prof Wilson: Sesuai dengan keterangan anda, tujuan yang sangat baik tidak memisahkan kepercayaan pada satu atau dua masyarakat-masyarakat atau bangsa-bangsa tetapi untuk mengembangkan kepercayaan yang benar ke seluruh dunia dan memperkenalkan prinsip-prinsipnya kepada seluruh bangsa-bangsa.
Ini tampaknya tidak demikian. Taurat (Old Testament) berulang-ulang mengatakan Tuhannya Israelites memilih bangsa. Ini menunjukkan bahwa Israelites yang diutamakan dari berita-berita yang sangat baik itu.
Imam Chirri: Maksud Tuhan memberi Ishak agar anak-anak Israel memeluk dan mengikuti dengan tulus perintah-perintah yang baik itu dan memimpin bangsa-bangsa pada apa yang dikehendaki Tuhan.
Tetapi Israelites tidak dapat hidup sesuai dengan pengharapan ini. Hanya sebagian kecil yang mengikuti pengajaran yang baik itu dan bahwa sebagian kecil itu tak sanggup menciptakan kepercayaan itu secara umum.
Sebagai hasilnya, berturut-turut nabi dari Israil diperlukan untuk berbicara pada rakyatnya sesuai dengan kemampuan pengertiannya. Di bawah keadaan demikian kepercayaan itu dinyatakan (dikhususkan) sebagai kesukuan atau bangsa: Tuhan adalah Tuhan bagi Israel, dan Israelite adalah rakyat pilihanNya.
Nabi-nabi telah mencoba membuat masyarakat Yahudi memeluk kepercayaan dengan tulus. Seluruh Nabi-nabi Israel dihubungkan dengan masyarakat itu, dan tak seorangpun dari bangsa-bangsa yang bukan bangsa Yahudi adalah hubungan utama mereka. Bahkan Yesus, sesuai dengan Mathew, mempunyai sikap yang sama:
"Maka Yesuspun keluarlah dari sana, serta berangkat ke jajahan Tsur dan Sidon. Maka adalah seorang perempuan Kanani datang dari jajahan itu, serta berteriak, katanya: "Ya, Tuhan, ya Anak Daud, kasihanilah hamba, karena anak hamba yang perempuan dirasuk setan terlalu sangat."
Tetapi sepatah katapun tiada dijawab oleh Yesus kepada perempuan itu. Maka datanglah murid-muridNya meminta kepadaNya, serta berkata. "Suruhlah perempuan itu pergi karena ia berteriak-teriak di belakang kita."
Maka jawab Yesus, katanya: "Tiadalah Aku disuruh berbuat kepada yang lain kecuali hanya kepada segala domba yang sesat dari antara bani Israel."
Maka datanglah perempuan itu sujud menyembah Dia, katanya: "Ya, Tuhan, tolonglah hamba!"
Tetapi jawab Yesus, kataNya: "tiada patut diambil roti dari anak-anak, lalu mencampakkan kepada anjing." Mathew fasal 15.
(mhy)