Mengejar Ampunan Allah di Bulan Ramadan dengan Bertobat
loading...
A
A
A
Bulan Ramadan terbagi menjadi tiga bagian, demikian dikatakan dalam sebuah riwayat hadis . 10 Hari pertama yang berisi rahmat, 10 hari kedua yang berisi pengampunan , dan 10 hari terakhir adalah pembebasan dari api neraka .
Salah satu amalan yang dapat kita tingkatkan kuantitasnya di fase kedua bulan Ramadan ini ialah memperbanyak doa dan mengejar ampunan Allah, melebihi hari-hari sebelumnya.
Allah akan membuka pintu ampunan seluas-luasnya bagi siapapun yang berbuat dosa selama dosa tersebut bukanlah menyekutukan-Nya.
Rasulullah berkata, sebaik-baiknya orang yang berdosa adalah orang yang bertobat. Sebab tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat dosa, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Kecuali orang-orang yang dijaga dari perbuatan dosa.
Oleh karena itu wajib bagi kita melakukan tobat nasuha, sebagaimana kata Allah dalam QS At-Tahrim ayat 8, yang artinya;
“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya”
Tobat secara syariat adalah kembali kepada Allah dari perbuatan maksiat. Sederhananya, kapan kita mengetahui bahwa perbuatan itu salah, maka saat itu juga kita harus kembali kepada Allah, dengan bersungguh-sungguh melaksanakan ketaatan tanpa ada niat mengulanginya.
Para ulama mengibaratkan waktu manusia itu sangat singkat. Pertama, saat menghirup nafas, kedua saat nafas ada di dalam dada, dan terakhir ketika nafas dikeluarkan. Setelah itu, apakah manusia bisa menarik nafas kembali tidak ada yang mengetahuinya dengan pasti.
Ilustrasi ini adalah gambaran betapa pentingnya untuk segera bertobat. Seandainya kita selalu berpikiran “ah besok pun berbuat salah lagi, berbuat dosa lagi”, niscaya tobat tidak akan pernah dilakukan. Sedangkan, kematian terus berjalan dan mendekat.
Tobat harus dilakukan ketika seseorang sudah mencapai baligh. Bukan hanya dari perbuatan dosa seperti zina, mabuk, menipu, tetapi tobat juga dilakukan saat seseorang meninggalkan perintah Allah.
Dijelaskan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar Allah SWT menerima tobat seseorang.
Pertama, menyesali perbuatannya. Tanda keimanan seseorang dapat terlihat ketika ia berbuat dosa kemudian ada rasa penyesalan dalam hatinya. Sebaliknya, ketika ada orang yang bangga atas perbuatan dosanya, artinya telah luntur iman dari lubuk hatinya.
Nabi pernah mengatakan, seluruh umatku akan diampuni dosanya, kecuali orang-orang mujahir. Siapa itu? yaitu orang yang melakukan dosa kemudian menceritakannya kepada orang lain.
Kedua, melepaskan perbuatannya, yaitu segera meninggalkan dzat maksiatnya. Ini akan menuntun kita dari sebab-sebab yang dapat menimbulkan dosa. Tidak bisa seseorang bertobat sedangkan saat itu juga masih melakukan dosa.
Ketiga, berazam atau berjanji tidak mengulangi perbuatan dosa. Seseorang yang bertaubat tapi kembali pada dosanya tidak dianggap sebagai tobat.
Tidak sedikit orang yang saat itu dirinya bertobat dan yakin untuk berhenti melakukan dosa, tapi saat itu juga habis usianya.
Keempat, memohon ampun, istighfar kepada Allah. Ada pendapat terkait mengapa para ulama menempatkan syarat ini di akhir, sebab istighfar tanpa menyesali perbuatan, melepaskan perbuatan dan bertekad dan berjanji untuk meninggalkannya adalah sia-sia.
Karenanya, jangan sampai kita melewatkan pintu-pintu maghfirah yang telah Allah SWT bukakan. Semoga Allah tetapkan iman dan Islam kita, serta menerima taubat kita.
“Tidak ada dosa yang besar jika dilakukan tobat, dan tidak ada dosa yang kecil ketika diulangi terus-menerus”.
Salah satu amalan yang dapat kita tingkatkan kuantitasnya di fase kedua bulan Ramadan ini ialah memperbanyak doa dan mengejar ampunan Allah, melebihi hari-hari sebelumnya.
Allah akan membuka pintu ampunan seluas-luasnya bagi siapapun yang berbuat dosa selama dosa tersebut bukanlah menyekutukan-Nya.
Rasulullah berkata, sebaik-baiknya orang yang berdosa adalah orang yang bertobat. Sebab tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat dosa, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Kecuali orang-orang yang dijaga dari perbuatan dosa.
Oleh karena itu wajib bagi kita melakukan tobat nasuha, sebagaimana kata Allah dalam QS At-Tahrim ayat 8, yang artinya;
“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya”
Tobat secara syariat adalah kembali kepada Allah dari perbuatan maksiat. Sederhananya, kapan kita mengetahui bahwa perbuatan itu salah, maka saat itu juga kita harus kembali kepada Allah, dengan bersungguh-sungguh melaksanakan ketaatan tanpa ada niat mengulanginya.
Para ulama mengibaratkan waktu manusia itu sangat singkat. Pertama, saat menghirup nafas, kedua saat nafas ada di dalam dada, dan terakhir ketika nafas dikeluarkan. Setelah itu, apakah manusia bisa menarik nafas kembali tidak ada yang mengetahuinya dengan pasti.
Ilustrasi ini adalah gambaran betapa pentingnya untuk segera bertobat. Seandainya kita selalu berpikiran “ah besok pun berbuat salah lagi, berbuat dosa lagi”, niscaya tobat tidak akan pernah dilakukan. Sedangkan, kematian terus berjalan dan mendekat.
Tobat harus dilakukan ketika seseorang sudah mencapai baligh. Bukan hanya dari perbuatan dosa seperti zina, mabuk, menipu, tetapi tobat juga dilakukan saat seseorang meninggalkan perintah Allah.
Dijelaskan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar Allah SWT menerima tobat seseorang.
Pertama, menyesali perbuatannya. Tanda keimanan seseorang dapat terlihat ketika ia berbuat dosa kemudian ada rasa penyesalan dalam hatinya. Sebaliknya, ketika ada orang yang bangga atas perbuatan dosanya, artinya telah luntur iman dari lubuk hatinya.
Nabi pernah mengatakan, seluruh umatku akan diampuni dosanya, kecuali orang-orang mujahir. Siapa itu? yaitu orang yang melakukan dosa kemudian menceritakannya kepada orang lain.
Kedua, melepaskan perbuatannya, yaitu segera meninggalkan dzat maksiatnya. Ini akan menuntun kita dari sebab-sebab yang dapat menimbulkan dosa. Tidak bisa seseorang bertobat sedangkan saat itu juga masih melakukan dosa.
Baca Juga
Ketiga, berazam atau berjanji tidak mengulangi perbuatan dosa. Seseorang yang bertaubat tapi kembali pada dosanya tidak dianggap sebagai tobat.
Tidak sedikit orang yang saat itu dirinya bertobat dan yakin untuk berhenti melakukan dosa, tapi saat itu juga habis usianya.
Keempat, memohon ampun, istighfar kepada Allah. Ada pendapat terkait mengapa para ulama menempatkan syarat ini di akhir, sebab istighfar tanpa menyesali perbuatan, melepaskan perbuatan dan bertekad dan berjanji untuk meninggalkannya adalah sia-sia.
Karenanya, jangan sampai kita melewatkan pintu-pintu maghfirah yang telah Allah SWT bukakan. Semoga Allah tetapkan iman dan Islam kita, serta menerima taubat kita.
“Tidak ada dosa yang besar jika dilakukan tobat, dan tidak ada dosa yang kecil ketika diulangi terus-menerus”.
(mhy)