Pertempuran Nahawand Iran: Kisah Khalifah Umar Menunjuk Nu'man Memimpin Pasukan Muslim

Senin, 22 April 2024 - 14:12 WIB
loading...
Pertempuran Nahawand...
Pertempuran Nahawand terjadi pada tahun 642 antara pasukan Arab Muslim melawan pasukan Kekaisaran Sasania. Ilustrasi: Ist
A A A
Pertempuran Nahawand terjadi pada tahun 642 antara pasukan Arab Muslim melawan pasukan Kekaisaran Sasania. Pertempuran berakhir dengan kemenangan mutlak bagi pihak Muslim, dan akibatnya pihak Persia kehilangan kota-kota di sekitar wilayah tersebut, termasuk kota penting Sephahan, yang kini bernama Isfahan di Iran .

Kala itu, Pasukan Sassania berjumlah 150.000 orang di bawah pimpinan Peroz Khosrau yang diangkat Yazdigird III menjadi pemimpin tertinggi. Mereka berasal dari wilayah-wilayah Media, Azerbaijan, Khurasan, Gurgan, Tabaristan, Merw, Baktria, Sistan, Kerman, dan Farsistan, yang mengambil posisi bertahan di luar kota Nahawand.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi " Umar bin Khattab " (PT Pustaka Litera AntarNusa, April 2000) mengisahkan pada awalnya para sahabat menghendaki Khalifah Umar bin Khattab memimpin langsung pasukan muslim untuk menghadapi Persia.



Hanya saja Ali bin Abi Thalib menyarankan agar Khalifah menunjuk orang lain. "Kedudukan Anda bagi orang Arab seperti untaian mutiara yang dapat merangkai dan mengikat. Kalau lepas akan berserakan semua dan akan hilang. Sesudah itu tidak akan pernah bersatu lagi," ujar Ali bin Abi Thalib kepada Umar.

Umar pun menerima saran itu. "Saya akan mengangkat orang yang akan memimpin mereka menjadi pelopor kalau bertemu besok, yaitu Nu'man bin Muqarrin!" ujar Khalifah Umar memutuskan.

Kaum Muslimin sudah mengenal Nu'man. Dia seorang kesatria yang berani, tak pernah ragu dan tak kenal lari, sikapnya tenang, tak suka tergesa-gesa kecuali dalam keadaan terpaksa.

Waktu memerangi orang-orang yang menolak membayar zakat ia menjadi sayap kanan Abu Bakar sehingga berhasil mereka dikalahkan di Zul-Qassah.

Dalam perang Irak ia sepenuhnya mendampingi Khalid bin Walid sejak mulai keberangkatannya. Kemenangan selalu mengiringinya, seperti pada Khalid.

Setelah Umar mengangkat Sa'd bin Abi Waqqas sebagai komandan pasukan di Irak, Nu'man di barisan depan bersama dia, ikut bertempur di Kadisiah dan ikut membebaskan Irak-Arab.

Kemudian dalam perang Khuzistan ia mati-matian bertempur. Ketika ia ditempatkan sebagai wakil di Kaskar, ia menulis surat kepada Umar mengadukan Sa'd bin Abi Waqqas karena dia diberi tugas memungut pajak kharaj sedang dia lebih senang di medan perang.



Umar lalu menulis kepada Sa'd: "Nu'man menulis surat kepada saya mengatakan Anda menugaskannya untuk memungut kharaj padahal dia tidak senang dengan pekerjaan itu; kesenangannya hanya di medan perang. Kirimkanlah ke tempat yang Anda pandang penting."

Pertempuran Nahawand terjadi pada tahun 642 antara pasukan Arab Muslim melawan pasukan Kekaisaran Sasania. Pertempuran berakhir dengan kemenangan mutlak bagi pihak Muslim, dan akibatnya pihak Persia kehilangan kota-kota di sekitar wilayah tersebut, termasuk kota penting Sephahan, yang kini bernama Isfahan di Iran.

Kala itu, Pasukan Sassania berjumlah 150.000 orang di bawah pimpinan Peroz Khosrau yang diangkat Yazdigird III menjadi pemimpin tertinggi. Mereka berasal dari wilayah-wilayah Media, Azerbaijan, Khurasan, Gurgan, Tabaristan, Merw, Baktria, Sistan, Kerman, dan Farsistan, yang mengambil posisi bertahan di luar kota Nahawand.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab" (PT Pustaka Litera AntarNusa, April 2000) mengisahkan pada awalnya para sahabat menghendaki Khalifah Umar bin Khattan memimpin langsung pasukan muslim untuk menghadapi Persia.

Hanya saja Ali bin Abi Thalib menyarankan agar Khalifah menunjuk orang lain. "Kedudukan Anda bagi orang Arab seperti untaian mutiara yang dapat merangkai dan mengikat. Kalau lepas akan berserakan semua dan akan hilang. Sesudah itu tidak akan pernah bersatu lagi," ujar Ali bin Abi Thalib kepada Umar.

Umar pun menerima saran itu. "Saya akan mengangkat orang yang akan memimpin mereka menjadi pelopor kalau bertemu besok, yaitu Nu'man bin Muqarrin!" ujar Khalifah Umar memutuskan.



Kaum Muslimin sudah mengenal Nu'man. Dia seorang kesatria yang berani, tak pernah ragu dan tak kenal lari, sikapnya tenang, tak suka tergesa-gesa kecuali dalam keadaan terpaksa.

Sesudah Umar mengambil keputusan pengangkatannya untuk memerangi angkatan perang Persia di bawah pimpinan Firozan, ia menulis kepada Nu'man:

"Bismillahir-rahmanir-rahim. Dari hamba Allah Umar Amirulmukminin kepada Nu'man bin Muqarrin. Salam sejahtera bagi Anda. Segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Dia. Amma ba'du."

"Saya mendapat laporan bahwa satuan-satuan angkatan bersenjata asing dalam jumlah besar sudah dipusatkan di Nahawand untuk memerangi kalian. Begitu sampai surat saya ini, dengan perintah Allah, dengan bantuan Allah dan pertolongan Allah, berangkatlah Anda bersama pasukan Muslimin yang di bawah pimpinan Anda."

"Janganlah Anda menginjak batu yang keras, agar anak buah Anda tidak kesakitan, janganlah hak mereka ditahan sehingga mereka tidak mensyukuri nikmat dan janganlah ajak mereka memasuki rimba belantara."

"Saya lebih menyukai seorang Muslim daripada 100.000 dinar. Berangkatlah langsung sampai mencapai Mah. Saya sudah menulis surat ke Kufah agar menyongsong Anda di sana. Kalau pasukan Anda sudah berkumpul, hadapilah Firozan dan satuan-satuan Persia dan asing lainnya yang bergabung dengan dia. Salam bagi Anda."



Kepada Abdullah bin Abdullah bin Itban dan kepada pimpinan Kufah sesudah Sa'd bin Abi Waqqas Umar menulis agar ia mengerahkan pihak Kufah bersama Nu'man bin Muqarrin begini dan begini.

"Saya sudah menulis kepadanya agar berangkat dari Ahwaz ke Mah dan bergabung di sana untuk kemudian bersama-sama berangkat ke Nahawand. Saya sudah mengangkat Huzaifah bin Yaman untuk memimpin mereka sampai dapat bergabung dengan Nu'man. Dan kepada Nu'man pun saya sudah menulis: Jika terjadi sesuatu kepada Anda, maka pimpinan di tangan Huzaifah bin Yaman, dan jika terjadi sesuatu terhadap Huzaifah, maka pimpinan di tangan Nu'aim bin Muqarrin."

Umar menyerahkan surat itu kepada Sa'ib bin Aqra' untuk dibawa ke Kufah, dan Sa'ib sendiri sebagai penanggung jawab rampasan perang.

Umar berpesan kepadanya: "Jika Allah memberi kemenangan kepada kalian bagikanlah rampasan perang itu kepada mereka. Janganlah Anda mengecoh saya dan janganlah menyampaikan hal-hal yang sia-sia kepada saya. Jika mereka mendapat bencana, janganlah kita saling membuat kesulitan."

Pada hari yang sama ia menulis juga kepada Abu Musa Asy'ari agar memberangkatkan pasukan Basrah ke Mah di bawah pimpinan Nu'man bin Muqarrin, dan menulis kepada Salma bin Qain dan Harmalah bin Rabtah dan komandan-komandan pasukan yang lain yang ada di antara Persia dengan Ahwaz.

"Untuk membuat pasukan Persia itu lalai dari kalian, dan dengan demikian kalian dapat membuat pagar betis untuk rakyat dan negeri kalian, dan tetaplah berada di perbatasan Persia dengan Ahwaz sampai ada perintah dari saya."



Maksud Umar dengan perintahnya itu hendak memutuskan bala bantuan Persia kepada pasukan Nahawand dan jangan sampai dengan itu Firozan bertambah kuat.

Dengan semua itulah Umar berjaga-jaga untuk menghadapi bahaya yang beritanya sudah datang berturut-turut. Ia sudah menyiapkan segala yang diperlukan di sekitarnya agar pasukan Muslimin dapat menghadapi pasukan Persia cukup tangguh tanpa merasa ragu.

Pasukan itu akhirnya berangkat ke Mah untuk bergabung dengan Nu'man bin Muqarrin. Mereka terdiri dari beberapa pahlawan yang cukup perkasa dan siap menghadapi mara bahaya, di antaranya ada yang sudah pernah mengalami perang Kadisiah, Mada'in dan lain-lain, dan ini akan menambah kebanggaan bagi mereka.

Mereka yang belum ikut dalam perang Kadisiah juga akan segera ke Nahawand, sebelum menjadi kebanggaan yang lain dan mengunggulinya dalam perjuangan.

Tatkala sudah sampai di Hulwan Nu'man ingin memetik berita­berita mengenai pasukan Persia, kalau-kalau mereka sudah menyebarkan mata-mata sepanjang jalan itu yang patut mendapat perhatian.



Tiga orang dilepas untuk merintis dan mengadakan penyelidikan, yaitu Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi, Amr bin Ma'di Karib az-Zabidi dan Amr bin Abi Sulma al-Mazani. Ketiganya berangkat melakukan perjalanan selama sehari penuh sampai malam.

Amr bin Abi Sulma kembali dengan berita bahwa ia tidak melihat sesuatu. Tulaihah bin Khuwailid yang pergi sepanjang malam itu kemudian kembali. Ketika ditanya mengapa ia kembali, ia menjawab: Kami sudah mengadakan perjalanan selama sehari semalam tetapi kami tidak melihat sesuatu, dan saya khawatir kami akan sesat di jalan.

Sementara Tulaihah tanpa pedulikan kedua sahabatnya itu meneruskan perjalanan sampai ke Nahawand. Ia berhasil mengetahui keadaan mereka serta berita-berita tentang mereka.

Sekembalinya ia melapor kepada Nu'man bahwa ia tak melihat sesuatu yang perlu dikhawatirkan di Nahawand. Sesudah itu Nu'man mengumumkan ia akan segera berangkat. Ia memimpin pasukannya sampai ke dekat perbentengan musuh. Ketika itu pasukan Muslimin bertakbir tiga kali yang membuat pasukan Persia panik dan ketakutan.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3265 seconds (0.1#10.140)