Mengapa Kemenangan bagi Palestina Tidak Disegerakan? Begini Jawaban Raghib Sirjani
loading...
A
A
A
Mengapa kemenangan bagi Palestina tidak disegerakan? Prof Dr Raghib Sirjani mengungkap bahwa pertanyaan yang sama juga pernah disampaikan oleh seorang sahabat bernama Khabab kepada Baginda Rasulullah SAW .
Suatu kali Khabab bercerita, "aku pernah datang pada Rasulullah SAW, tatkala saat itu kami sedang mengalami tekanan dari musyrikin Quraisy , lalu aku bertanya pada Rasul: wahai Rasul, tidakkah engkau meminta pada Allah (agar kemenangan disegerakan)?"
Raqhib Sirjani lalu mengutip Al Quran pada Surat Yunus ayat 22:
Huwalladzî yusayyirukum fil-barri wal-baḫr, ḫattâ idzâ kuntum fil-fulk, wa jaraina bihim birîḫin thayyibatiw wa fariḫû bihâ jâ'at-hâ rîḫun ‘âshifuw wa jâ'ahumul-mauju ming kulli makâniw wa dhannû annahum uḫîtha bihim da‘awullâha mukhlishîna lahud-dîn, la'in anjaitanâ min hâdzihî lanakûnanna minasy-syâkirîn
Artinya: Dialah (Allah) yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan (dan berlayar) di lautan sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, lalu meluncurlah (kapal) itu membawa mereka dengan tiupan angin yang baik dan mereka bergembira karenanya. Kemudian, datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru dan mereka pun mengira telah terkepung (bahaya). Maka, mereka berdoa dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (seraya berkata), “Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” ( QS Yunus : 22)
Ini adalah sebuah perumpamaan ketika orang-orang naik kapal. Ketika kondisi baik-baik saja, mereka gembira ria. Namun perhatikan, ketika tiba-tiba datang badai yang bergemuruh, "...maka mereka berdoa dengan tulus ikhlas kepada Allah semata. (Seraya berkata), “Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS Yunus : 22)
Raghib Sirjani menjelaskan keikhlasan dan keteguhan senantiasa ketika datang di masa-masa sulit. "Allah ingin memberi kita kesempatan untuk kembali pada-Nya di saat-saat berat," tuturnya.
Kala zaman sedang keras dan keadaan tidak berpihak pada kita, justru di situ, “seorang hamba akan lebih dekat pada Allah, makin khusyu' doanya dan makin murnilah pengharapan-Nya pada Allah, bukan lagi pada manusia.
Hal ini disampaikan Raghib Sirjani sebagaimana diposting akun gen.saladin di Instagram pada Ahad 2 Juni 2024.
Raghib Sirjani dikenal sangat peduli pada Palestina. Beliau menggunakan sudut pandang sejarah untuk mengajak kita bagaimana caranya merealisasikan pembebasan Masjid Al Aqsha .
Hingga kini, Raqhib Sirjani mengisi materi di dua saluran televisi; Channel Al-Quds dengan materi bersambung Fathu Filasthin (Pembebasan Palestina) setiap Jumat, dan Channel Al-Risalah dengan materi Khattuzzaman; Qishshah Filastîn (Garis Masa; Kisah Palestina) setiap Senin, yang disiarkan ulang setiap Selasa dan Sabtu.
Selanjutnya, pada tadabbur Surat Yunus itu, Raqhib Sirjani melanjutkan Surat Yunus ayat 23. "...Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka, malah mereka berbuat kezaliman di bumi tanpa (alasan) yang benar..." (QS Yunus 23).
Rasa aman, nyaman, merasa tidak ada apa-apa dan tenggelam dalam kenikmatan seringkali menjadikan manusia lupa pada pertolongan Allah. Sebab itulah, dalam sejarah manusia, kata Dr Raghib, masa perjuangan selalu lebih lama daripada masa menikmati.
Rasulullah SAW berjuang 20 tahun lebih hingga kelak Makkah dibebaskan, namun Rasul wafat 3 tahun kemudian. Shalahuddin Al Ayyubi berjuang membebaskan Al Aqsha puluhan tahun lamanya, namun beliau hanya menikmati pembebasannya 6 tahun hingga beliau wafat.
Akan tetapi, yang dikenang dan dipelajari dari manusia-manusia hebat itu justru adalah daya juangnya menghadapi masa-masa berat. "Dan, itulah yang sedang kita alami sekarang. Masa kemenangan pasti datang, Allah yang menjanjikan itu", tutur Dr Raghib, "Dan Allah memberi kesempatan pada kita untuk beribadah sebaik-baiknya di masa berat ini."
Suatu kali Khabab bercerita, "aku pernah datang pada Rasulullah SAW, tatkala saat itu kami sedang mengalami tekanan dari musyrikin Quraisy , lalu aku bertanya pada Rasul: wahai Rasul, tidakkah engkau meminta pada Allah (agar kemenangan disegerakan)?"
Raqhib Sirjani lalu mengutip Al Quran pada Surat Yunus ayat 22:
هُوَ الَّذِيْ يُسَيِّرُكُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ حَتّٰٓى اِذَا كُنْتُمْ فِىْ الْفُلْكِۚ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيْحٍ طَيِّبَةٍ وَّفَرِحُوْا بِهَا جَاۤءَتْهَا رِيْحٌ عَاصِفٌ وَّجَاۤءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَّظَنُّوْٓا اَنَّهُمْ اُحِيْطَ بِهِمْۙ دَعَوُا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۚ لَىِٕنْ اَنْجَيْتَنَا مِنْ هٰذِهٖ لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ ٢٢
Huwalladzî yusayyirukum fil-barri wal-baḫr, ḫattâ idzâ kuntum fil-fulk, wa jaraina bihim birîḫin thayyibatiw wa fariḫû bihâ jâ'at-hâ rîḫun ‘âshifuw wa jâ'ahumul-mauju ming kulli makâniw wa dhannû annahum uḫîtha bihim da‘awullâha mukhlishîna lahud-dîn, la'in anjaitanâ min hâdzihî lanakûnanna minasy-syâkirîn
Artinya: Dialah (Allah) yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan (dan berlayar) di lautan sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, lalu meluncurlah (kapal) itu membawa mereka dengan tiupan angin yang baik dan mereka bergembira karenanya. Kemudian, datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru dan mereka pun mengira telah terkepung (bahaya). Maka, mereka berdoa dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (seraya berkata), “Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” ( QS Yunus : 22)
Ini adalah sebuah perumpamaan ketika orang-orang naik kapal. Ketika kondisi baik-baik saja, mereka gembira ria. Namun perhatikan, ketika tiba-tiba datang badai yang bergemuruh, "...maka mereka berdoa dengan tulus ikhlas kepada Allah semata. (Seraya berkata), “Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS Yunus : 22)
Raghib Sirjani menjelaskan keikhlasan dan keteguhan senantiasa ketika datang di masa-masa sulit. "Allah ingin memberi kita kesempatan untuk kembali pada-Nya di saat-saat berat," tuturnya.
Kala zaman sedang keras dan keadaan tidak berpihak pada kita, justru di situ, “seorang hamba akan lebih dekat pada Allah, makin khusyu' doanya dan makin murnilah pengharapan-Nya pada Allah, bukan lagi pada manusia.
Hal ini disampaikan Raghib Sirjani sebagaimana diposting akun gen.saladin di Instagram pada Ahad 2 Juni 2024.
Raghib Sirjani dikenal sangat peduli pada Palestina. Beliau menggunakan sudut pandang sejarah untuk mengajak kita bagaimana caranya merealisasikan pembebasan Masjid Al Aqsha .
Hingga kini, Raqhib Sirjani mengisi materi di dua saluran televisi; Channel Al-Quds dengan materi bersambung Fathu Filasthin (Pembebasan Palestina) setiap Jumat, dan Channel Al-Risalah dengan materi Khattuzzaman; Qishshah Filastîn (Garis Masa; Kisah Palestina) setiap Senin, yang disiarkan ulang setiap Selasa dan Sabtu.
Selanjutnya, pada tadabbur Surat Yunus itu, Raqhib Sirjani melanjutkan Surat Yunus ayat 23. "...Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka, malah mereka berbuat kezaliman di bumi tanpa (alasan) yang benar..." (QS Yunus 23).
Rasa aman, nyaman, merasa tidak ada apa-apa dan tenggelam dalam kenikmatan seringkali menjadikan manusia lupa pada pertolongan Allah. Sebab itulah, dalam sejarah manusia, kata Dr Raghib, masa perjuangan selalu lebih lama daripada masa menikmati.
Rasulullah SAW berjuang 20 tahun lebih hingga kelak Makkah dibebaskan, namun Rasul wafat 3 tahun kemudian. Shalahuddin Al Ayyubi berjuang membebaskan Al Aqsha puluhan tahun lamanya, namun beliau hanya menikmati pembebasannya 6 tahun hingga beliau wafat.
Akan tetapi, yang dikenang dan dipelajari dari manusia-manusia hebat itu justru adalah daya juangnya menghadapi masa-masa berat. "Dan, itulah yang sedang kita alami sekarang. Masa kemenangan pasti datang, Allah yang menjanjikan itu", tutur Dr Raghib, "Dan Allah memberi kesempatan pada kita untuk beribadah sebaik-baiknya di masa berat ini."
(mhy)