Kisah Bilal Mengikat Khalid bin Walid karena Perintah Umar bin Khattab
loading...
A
A
A
Mereka berbisik-bisik, saling bertanya-tanya. Apa yang dikehendaki dengan Saifullah sesudah pemandangan yang sangat menghina bagi seorang prajurit itu. Lebih-lebih dia seorang jenderal jenius, yang telah membebaskan Irak dan Syam, yang menundukkan Persia dan Romawi?!
Hanya karena sepuluh ribu dirham itu saja tangan diikat dan topi kehormatannya dicopot, padahal dia yang telah menghasilkan rampasan perang sampai ratusan ribu, bahkan jutaan?
Apa artinya sepuluh ribu dirham itu sampai dia mendapat penghinaan begitu berat? Adakah itu untuk dirinya lalu disembunyikan dari Abu Ubaidah dan dari Khalifah? Tidak! Malah diberikannya kepada Asy'as bin Qais, seorang amir - seorang pemimpin Kindah dan orang yang telah menghadapi cobaan berat dalam hal membebaskan Irak dan Syam.
Berapa seringnya Asy'as dan orang semacam dia, orang terpandang yang telah terjun dalam beberapa peristiwa dan berjuang mati-matian menghadapi bahaya.
Sungguh ini hukuman yang terlalu keras dari pihak Amirulmukminin terhadap orang yang sudah mendapat kepercayaan besar dari Rasulullah, dari Abu Bakr dan dari kaum Muslimin!
Dari mimbar Abu Ubaidah melihat kepada semua orang yang hadir di tempat itu. Jelas sekali tampak di wajah mereka keheranan yang luar biasa dan rasa tidak setuju. Tetapi dalam peristiwa ini, semua itu hanya membuatnya makin membisu, yang memang sudah menjadi sikapnya sejak ia memanggil Khalid dan memerintahkan yang lain melaksanakan perintah Umar itu.
Barangkali rasa kebingungan dan penyesalannya melihat pemandangan itu tidak kurang dari hadirin yang lain. Dia tahu lebih banyak daripada yang lain, tindakan apa yang akan diambil Umar terhadap Khalid karena rasa bangganya dan tindakannya yang tergesa-gesa dalam menghadapi perang serta kecenderungannya yang begitu kuat pada kebebasan menyatakan pendapat.
Dalam tahun-tahun selama kekhalifahan Umar ia sudah mencurahkan segala perhatiannya untuk menghilangkan dari hati Amirulmukminin anggapannya yang tidak baik dan rasa kesalnya terhadap Khalid.
Contoh untuk itu ketika Umar mengecam pujian orang kepada Khalid setelah pembebasan Kinnasrin dan kemenangan-kemenangan telak yang telah diperolehnya.
Akan sia-sia begitu sajakah semua perjuangannya itu?! Teriakan Umar ketika itu: "Biarlah Khalid memimpin dirinya sendiri. Semoga Allah memberi rahmat kepada Abu Bakar ! Ternyata mengenai orang-orang penting dia lebih tahu dari saya," bukan hanya teriakan kagum atas peranan Khalid yang begitu agung sehingga sebagai balasannya pimpinan Kinnasrin diserahkan kepadanya.
Akan tetapi sungguhpun begitu ia tetap kesal kepada Khalid! Kalau yang demikian ini sudah mengherankan, maka yang lebih mengherankan lagi adalah datangnya perintah dengan pemecatan Khalid saat dalam puncak kejayaannya.
Semua orang bicara tentang peranannya itu: Persia, Romawi, orang-orang Arab dan kaum Muslimin. Semua mereka hormat atas keagungannya dengan menganggukan kepala, semua mengagumi kejeniusannya yang luar biasa itu!
Begitu keadaan Abu Ubaidah dan semua pasukan Muslimin dalam menyaksikan pemandangan itu. Lalu bagaimana Khalid sendiri? Mampukah kita membayangkan apa yang sedang berkecamuk dalam hatinya saat itu, apa yang sedang membahana dalam pikirannya?
Kata-kata tercengang, pedih, kebanggaan yang terluka, kemarahan yang terpendam, pemberontakan di hati yang membara, secara satu persatu atau bersama-sama, rasanya akan terlalu sempit ruangan untuk dapat melukisan apa yang sekarang sedang bergejolak dalam hati laki-laki yang tak pernah menudukkan kepala itu, tak pernah merendahkan diri selama hidupnya.
Bahkan di zaman jahiliahnya dan di zaman islamnya pun sudah merupakan lambang kebanggaan, kehormatan dan harga diri yang tinggi. Dialah pahlawan dengan cirinya yang khas.
Alangkah sering sudah pedang Khalid memenggal kepala orang yang begitu angkuh, dialah jenderal perkasa yang dengan kemampuannya telah menunduk kan kabilah-kabilah dan kerajaan-kerajaan besar.
Kita lihat dia sekarang diikat dengan serbannya - orang yang sudah mengikat ribuan tawanan perang dengan rantai! Sudah kita lihatkah dia sekarang dituduh mengkhianati harta Muslimin padahal melalui tangannya Allah telah mengangkat martabat Islam dan kaum Muslimin! Ironis sekali!
Hanya karena sepuluh ribu dirham itu saja tangan diikat dan topi kehormatannya dicopot, padahal dia yang telah menghasilkan rampasan perang sampai ratusan ribu, bahkan jutaan?
Apa artinya sepuluh ribu dirham itu sampai dia mendapat penghinaan begitu berat? Adakah itu untuk dirinya lalu disembunyikan dari Abu Ubaidah dan dari Khalifah? Tidak! Malah diberikannya kepada Asy'as bin Qais, seorang amir - seorang pemimpin Kindah dan orang yang telah menghadapi cobaan berat dalam hal membebaskan Irak dan Syam.
Berapa seringnya Asy'as dan orang semacam dia, orang terpandang yang telah terjun dalam beberapa peristiwa dan berjuang mati-matian menghadapi bahaya.
Sungguh ini hukuman yang terlalu keras dari pihak Amirulmukminin terhadap orang yang sudah mendapat kepercayaan besar dari Rasulullah, dari Abu Bakr dan dari kaum Muslimin!
Dari mimbar Abu Ubaidah melihat kepada semua orang yang hadir di tempat itu. Jelas sekali tampak di wajah mereka keheranan yang luar biasa dan rasa tidak setuju. Tetapi dalam peristiwa ini, semua itu hanya membuatnya makin membisu, yang memang sudah menjadi sikapnya sejak ia memanggil Khalid dan memerintahkan yang lain melaksanakan perintah Umar itu.
Barangkali rasa kebingungan dan penyesalannya melihat pemandangan itu tidak kurang dari hadirin yang lain. Dia tahu lebih banyak daripada yang lain, tindakan apa yang akan diambil Umar terhadap Khalid karena rasa bangganya dan tindakannya yang tergesa-gesa dalam menghadapi perang serta kecenderungannya yang begitu kuat pada kebebasan menyatakan pendapat.
Dalam tahun-tahun selama kekhalifahan Umar ia sudah mencurahkan segala perhatiannya untuk menghilangkan dari hati Amirulmukminin anggapannya yang tidak baik dan rasa kesalnya terhadap Khalid.
Contoh untuk itu ketika Umar mengecam pujian orang kepada Khalid setelah pembebasan Kinnasrin dan kemenangan-kemenangan telak yang telah diperolehnya.
Akan sia-sia begitu sajakah semua perjuangannya itu?! Teriakan Umar ketika itu: "Biarlah Khalid memimpin dirinya sendiri. Semoga Allah memberi rahmat kepada Abu Bakar ! Ternyata mengenai orang-orang penting dia lebih tahu dari saya," bukan hanya teriakan kagum atas peranan Khalid yang begitu agung sehingga sebagai balasannya pimpinan Kinnasrin diserahkan kepadanya.
Akan tetapi sungguhpun begitu ia tetap kesal kepada Khalid! Kalau yang demikian ini sudah mengherankan, maka yang lebih mengherankan lagi adalah datangnya perintah dengan pemecatan Khalid saat dalam puncak kejayaannya.
Semua orang bicara tentang peranannya itu: Persia, Romawi, orang-orang Arab dan kaum Muslimin. Semua mereka hormat atas keagungannya dengan menganggukan kepala, semua mengagumi kejeniusannya yang luar biasa itu!
Begitu keadaan Abu Ubaidah dan semua pasukan Muslimin dalam menyaksikan pemandangan itu. Lalu bagaimana Khalid sendiri? Mampukah kita membayangkan apa yang sedang berkecamuk dalam hatinya saat itu, apa yang sedang membahana dalam pikirannya?
Kata-kata tercengang, pedih, kebanggaan yang terluka, kemarahan yang terpendam, pemberontakan di hati yang membara, secara satu persatu atau bersama-sama, rasanya akan terlalu sempit ruangan untuk dapat melukisan apa yang sekarang sedang bergejolak dalam hati laki-laki yang tak pernah menudukkan kepala itu, tak pernah merendahkan diri selama hidupnya.
Bahkan di zaman jahiliahnya dan di zaman islamnya pun sudah merupakan lambang kebanggaan, kehormatan dan harga diri yang tinggi. Dialah pahlawan dengan cirinya yang khas.
Alangkah sering sudah pedang Khalid memenggal kepala orang yang begitu angkuh, dialah jenderal perkasa yang dengan kemampuannya telah menunduk kan kabilah-kabilah dan kerajaan-kerajaan besar.
Kita lihat dia sekarang diikat dengan serbannya - orang yang sudah mengikat ribuan tawanan perang dengan rantai! Sudah kita lihatkah dia sekarang dituduh mengkhianati harta Muslimin padahal melalui tangannya Allah telah mengangkat martabat Islam dan kaum Muslimin! Ironis sekali!